Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Effect of Casein Phospopeptide-Amorphous Calcium Phospate (CPP-ACP) on Demineralized Deciduous Enamel. rachmawati, dini; Kurniawati, Chandrasari; Hakim, Lukman; Roeswahjuni, Neny
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2019.003.02.5

Abstract

Casein Phophopeptide-Amorphous Calcium Phospahte (CPP-ACP) is a material in the field of dentistry that contains casein in the form of Casein Phosphopeptide (CPP), a high level of calcium and phosphate that’s capable to slow down demineralization. CPP-ACP is able to localized calcium ion and phosphate on tooth surface to help maintain neutral condition on dental enamel so buffer process by saliva is secured and remineralization process happened which can been seen through several factors such as dental enamel hardness, dental enamel morphology structure, and enamel translucency. Objective: the purpose of this study is to understand the remineralization effect of CPP-ACP on demineralized enamel of deciduous teeth. Methods: This study is experimental study with pre- and post-test control group using 2 maxillary incisive groups. Control group is soaked in mineral water for 14 days, and treatment group is soaked in soft drinks for 14 days, then CPP-ACP is applicated for 14 days. Result: Shown that CPP-ACP application increase calcium and phosphate levels on demineralized maxillary deciduous incisive teeth. Conclusion CPP-ACP can be used as alternative remineralization material on deciduous teeth.Keywords: CPP-ACP, Remineralization, Demineralization
COMPARISON OF THE ACCURACY OF MANUAL CEPHALOMETRY RADIOGRAPHIC MEASUREMENTS AND WEB-BASED DIGITAL SOFTWARE Puspitasari, Yustisia; Oemar Mattalitti, Sitti Fadhilah; Novawaty, Eva; Roeswahjuni, Neny
Dentino: Jurnal Kedokteran Gigi Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : FKG ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentino.v9i1.18864

Abstract

Background: Determining anatomical landmarks - in the cranium, maxilla and mandible - as well as measuring skeletal and dental angles on cephalometric radiographs are supporting examinations that determine important diagnoses in orthodontic treatment. Traditionally, cephalometric analysis has been performed by tracing radiographic landmarks on acetate overlays and measuring linear and angular variables using protractor. However, despite its widespread use in orthodontics, the technique is time consuming and has several drawbacks, including a high risk of error in tracing, landmark identification, and measurement. Objective: to evaluate the difference of cephalometric measurements using manual and digital technique. Method: pre-treatment cephalometric digital radiographs of 40 patients were traced manually and digitally using WebCeph Ver. 1.0.0 computer software program by the same investigator. A total of 8 anatomical landmarks were located and five angular measurements based on Steiner Analysis were measured. Independent t-tests and Mann-Whitney tests were used to compare the difference of manual and digital measurements. Result: the p-values for SNA, SNB, ANB, I-NA, I-NB were greater than 0.05 (p>0.05). Conclusion: There were no significant difference between manual and digital tracing cephalometric technique using WebCeph for SNA, SNB, ANB, I-NA and I-NB Keywords: Cephalometric measurement, Digital cephalometric analysis, Steiner Analysis, Tracing cephalometry, WebCeph
Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap perawatan ortodonti melalui edukasi dan pemeriksaan maloklusi gigi Silviana, Nur Masita; Roeswahjuni, Neny; Damaryanti, Endah; Komaruzzaman, Abdur Razaq
Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS) Vol 7 No 3 (2024)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jipemas.v7i3.21186

Abstract

Maloklusi merupakan hubungan antara lengkung rahang atas dan bawah serta susunan gigi yang tidak normal. Gigi berjejal merupakan gambaran maloklusi yang prevalensinya terbanyak. Area gigi berjejal memudahkan terjadinya retensi plak yang dapat memicu terjadinya masalah periodontal seperti gingivitis dan karies gigi. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi pada siswa sekolah tentang maloklusi dan perawatan ortodonti serta mendapatkan gambaran kasus maloklusi yang dihubungkan dengan kebersihan gigi siswa SDN Jatimulyo 2 Kota Malang. Penyuluhan dilakukan pada siswa kelas 5 dan 6 dilanjutkan pemeriksaan kasus maloklusi menggunakan Indeks ICON (Index of Complexity, Outcome, and Need), tingkat kebersihan mulut menggunakan OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified), dan diakhiri dengan sikat gigi bersama Evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa setelah dilaksanakannya kegiatan ini. Hasil pemeriksaan rongga mulut menunjukkan sebagian besar siswa mengalami kasus maloklusi dengan kategori sedang sebanyak 52,4% dan status kebersihan giginya rata-rata juga berada pada kategori sedang. Diperlukan edukasi yang berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran siswa terhadap kesehatan gigi terutama maloklusi.
Pola Rugae Palatina Antar Jenis Kelamin Pada Maloklusi Kelas I Angle Fase Geligi Permanen Di Populasi Jawa Kurniawati, Sari; Fidya, Fidya; Swastirani, Astika; Roeswahjuni, Neny; Sundoro, Narindra Putri
Acta Odontologica Indonesia Vol 1, No 2 (2025): December Edition
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/actodont.27952

Abstract

Latar Belakang: Tumbuh kembang Rugae palatina dimulai saat masa intrauterine. Morfologi rugae palatina sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik, termasuk pertumbuhan yang berbeda berdasarkan jenis kelamin. Populasi Jawa memiliki distribusi paling besar di Indonesia. Populasi yang berbeda mengekspresikan adanya variasi, sehingga menunjukkan adanya peran genetik dalam pembentukan pola rugae palatina. Rugae palatina dan maloklusi dental berada pada kompleks orofasial yang sama. Baik rugae palatina maupun benih gigi berasal dari asal yang sama yakni stem cells neural crest. Kelas maloklusi Angle dengan ukuran dan bentuk palatal yang berbeda akan mempengaruhi rugae palatina. Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan pola rugae palatina antara laki laki dan perempuan pada maloklusi kelas I Angle fase geligi permanen di populasi Jawa. Metode: Jenis Penelitian adalah penelitian observasional cross sectional, menggunakan sampel model studi maloklusi kelas I Angle fase geligi permanen populasi Jawa, yang dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Dilanjutkan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil: Hasil uji Mann Whitney menunjukkan jika jumlah pola wavy pada rugae palatina kanan, menunjukan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan (p<0.05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan pada pola rugae palatina antara laki-laki dan perempuan. Pola wavy menunjukkan prevalensi paling tinggi. Pola straight mendominasi perempuan, sedangkan pola wavy mendominasi laki-laki.