Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kajian Mutu dan Karakteristik Pengolahan Peeled Tail On (PTO) Stretched Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Handoko, Yudi Prasetyo; Siregar, Resmi Rumenta; Melfina, Vivin; Siregar, Arpan Nasri
Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam Vol 6, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bjsj.v6i1.13221

Abstract

Pengolahan udang vannamei Peeled Tail On (PTO) stretched wajib dilakukan sesuai prosedur operasional yang baik dan terstandar, sehingga karakteristik proses dan produk berupa mutu, rendemen, penerapan rantai dingin, serta produktivitas memenuhi standar dan diterapkan sesuai ketentuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati alur proses pengolahan udang vannamei PTO stretched, menguji mutu bahan baku dan produk, mengamati suhu, menghitung rendemen dan produktivitas karyawan. Metode penelitian dengan observasi, partisipasi aktif, pengisian scoresheet, dan pengolahan beserta analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil alur proses untuk mengolah udang vannamei PTO Stretched beku memiliki 20 tahapan proses dimulai penerimaan bahan baku hingga ke pemuatan. Mutu bahan baku melalui uji organoleptik bernilai 8 dan nilai sensori produk akhir mendapatkan nilai 8. Rantai dingin telah diterapkan dengan baik pada setiap tahapan proses. Rendemen udang vannamei tahap HO ke HL adalah sebesar 70,52±0,52%, dan rendemen tahap HL menjadi PTO adalah 87,05±0,20%. Produktivitas karyawan pada tahap pemotongan kepala adalah 15,58±0,96 kg/jam/orang, dan tahap pengupasan kulit dan pencukitan usus sebesar 10,70±0,58 kg/jam/orang. 
Karakteristik Fisiko-kimia Agar-agar dari Gracilaria verrucosa pada Lokasi yang Berbeda Siregar, Resmi Rumenta; Permadi, Aef; Wijaya, Virgian Mega
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 19, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Politeknik - Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v19i2.993

Abstract

Berbagai upaya mendapatkan agar-agar yang baik telah dilakukan seperti modifikasi penanganan hingga modifikasi proses pengolahannya. Namun mutu bahan baku yang masih rendah, masih menjadi permasalahan. Beberapa studi terkait mutu yang berkaitan dengan penanganan, metode dan waktu pemanenan serta teknik penanaman telah banyak dilakukan. Namun identifikasi terhadap mutu agar-agar yang dihasilkan dari Rumput laut Gracilaria verrucosa hubungannya dengan lokasi hidupnya belum dilakukan, sehingga penelitian ini diharapkan memberikan informasi lokasi perairan yang terbaik diantara tiga lokasi (Serang, Brebes, dan Pasuruan) dilihat dari mutu agar-agar yang dihasilkan. Metode penelitian dilakukan dengan observasi dan ekperimental laboratorium. Agar-agar diolah sesuai dengan metode di PT. Java Biocolloid, yang meliputi seleksi bahan baku, perlakuan basa, perlakuan asam 1, pemucatan, perlakuan asam 2, ekstraksi, filtrasi, penjendalan, pengepresan, pengeringan dan penepungan. Pengujian karakteristik agar-agar dilakukan di laboratorium milik PT. Java Biocolloid, meliputi uji kadar air, kadar abu, viskositas, gelling point, dan pH. Data dianalisis dengan ANOVA dengan taraf signifikansi 95%, dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Penelitan menunjukkan bahwa, agar-agar terbaik diperoleh dari Serang dengan viskositas 7,67 cP; gelling point 34,17oC; pH 7, 7; kadar air 20,15% dan kadar abu 4,35%. Nilai tersebut memenuhi standar PT. Java Biocolloid. Terdapat perbedaan yang nyata pada viskositas, gelling point, kadar air dan kadar abu pada ketiga lokasi, sedangkan pH tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Uji Tukey menunjukkan bahwa viskositas dan gelling point agar-agar dari Serang berbeda dengan viskositas dan gelling point agar-agar dari Brebes dan Pasuruan. Kadar air agar-agar dari Serang dan Brebes berbeda dengan agar-agar dari Pasuruan. Kadar abu berbeda pada ketiga lokasi.ABSTRACTSome techniques have been done to produced good quality of agars such as modifying handling and processing steps. In fact, quality of raw material was the main problem. Several studies on the quality of seaweed have been carried out. However, identification of the quality of agars produced from Gracilaria verrucosa in relation to the location has not been done. Thus, this research is expected to shown the best location (Serang, Brebes, and Pasuruan) in terms of the agars quality. Research was carried out by observation and laboratory experiments. Agars was produced based on PT. Java Biocolloid methode, include raw material selection, alkaline treatment, acid treatment, bleaching, extraction, filtration, densification, pressing, drying, and flouring. Physicochemical characteristics was tested at the PT. Java Biocolloid laboratory, include water content, ash content, viscosity, gelling point and acidity. Data were analyzed by one way ANOVA (95% of significance level), followed by Tukey. Result shown that the best quality of agars is from Serang which 7.67 cP of viscosity; 34.17oC of gelling point; 7.7 of pH; 20.15% of water content; and 4.35% of ash. These compositions meets the PT. Java Biocolloid requirements. Statistic analysis show the differencies on viscosity, gelling point, water content, ash of agars at three locations, while location did not have effect on pH. Furthermore, viscosity and gelling point of agars from Serang were different from Brebes and Pasuruan. While water content of agars at Serang and Brebes is different from agars at Pasuruan. Ash content was different at all locations.
Pengendalian Mutu Produk Sate Bandeng (Chanos chanos) di UMKM Rizky Banten Siregar, Resmi Rumenta; Octikharisma, Aliffia Yusti; Sayuti, Muhammad
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v19i1.521

Abstract

Sate bandeng merupakan salah satu bentuk diversifikasi olahan ikan bandeng yang berasal dari Banten. Selama proses produksi, ditemukan dua jenis kecacatan pada produk tersebut yaitu daun terbuka dan kepala terputus. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi proses pengolahan, menentukan kandungan gizi sate bandeng dan untuk mengevaluasi jenis kecacatan yang paling sering terjadi dan batas kendali terhadap jenis kecacatan. Metode yang digunakan yakni deskriptif komparatif dan kuantitatif dengan menggunakan SPSS, di antaranya flowchart, checksheet, diagram pareto, histogram, dan peta kontrol. Berdasarkan hasil penelitian nilai organoleptik bahan baku didapatkan nilai 7 dan untuk nilai sensori pada produk akhir 7-8 yang sudah sesuai dengan standar. Sate bandeng yang dihasilkan mengandung 2.81% kadar abu, 29.58% kadar protein, 2.19% kadar lemak, dan 64.82% kadar air. Total kecacatan yang paling sering terjadi yaitu kepala putus sebanyak 230 ekor dengan persentase 69.27% dan daun terbuka sebanyak 102 ekor dengan persentase 30.72%. Faktor utama penyebab kerusakan adalah kurangnya keahlian karyawan atau pekerja. Dengan demikian diperlukan pelatihan bagi karyawan terkait prosedur dan tata cara pengolahan yang baik dan benar.
Pengamatan Sistem Rantai Dingin, Pengujian Mutu, Rendemen, Produktivitas dan Kelayakan Dasar Pengolahan Fillet Ikan Lemadang (Coryphaena hippurus) Beku Sayuti, Mohammad; Berlian, Tasha Putri; Siregar, Resmi Rumenta
Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam Vol 6, No 2 (2024): September 2024
Publisher : POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bjsj.v6i2.15120

Abstract

Ikan lemadang (Coryphaena hippurus) merupakan hasil tangkapan sampingan (by catch), walaupun jumlah produksi masih relatif kecil, namun permintaan pasar ikan lemadang cukup tinggi, sehingga memberikan peluang besar bagi Indonesia sebagai produsen untuk ekspor dalam bentuk segar maupun beku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem rantai dingin, mutu, rendemen, produktivitas dan kelayakan dasar pada pengolahan fillet ikan lemadang (Coryphaena hippurus) beku. Pengujian mutu bahan baku dan produk akhir meliputi dari pengujian organoleptik mengacu SNI 4110:2020 ikan beku, SNI 2696:2013 fillet ikan beku, pengujian produk akhir meliputi pengujian mikrobiologi Angka Lempeng Total (ALT), E. coli mengacu SNI 01-2332.1-2015, pengujian Salmonella berdasarkan SNI ISO 6579-1.2017, pengujian Vibrio cholerae berdasarkan SNI 01-2332.4-2006. Pengamatan penerapan rantai dingin dilakukan pada produk, air dan suhu ruang selama proses produksi, pengamatan rendemen, produktivitas dilakukan 8 kali pengamatan dengan masing-masing 3 kali ulangan, penerapan dan penilaian kelayakan dasar diamati pada penerapan GMP dan SSOP di unit pengolahan berdasarkan Permen KP No. 17 Tahun 2019. Hasil penerapan rantai dingin pada produk, air dan ruangan sudah diterapkan dengan baik. Hasil uji organoleptik bahan baku dan produk akhir mendapatkan nilai rata-rata 8. Hasil uji mikrobiologi pada produk fillet ikan lemadang beku pada ALT yaitu 2,2x103 Koloni/g, E. coli <1,8 MPN/g, Salmonella dan V. cholerae negatif. Hasil rata-rata rendemen fillet 66,05%, skinning dan trimming 42,76%. Hasil rata-rata produktivitas skinning dan trimming 90,37 kg/jam/orang. GMP dan SSOP telah dilaksanakan dengan baik sesuai Permen KP No.17 Tahun 2019, namun terdapat 2 temuan minor sehingga mendapatkan nilai SKP dengan predikat “A”. Secara keseluruhan produk fillet lemadang beku telah memenuhi standar SNI 2696:2013 tentang fillet ikan beku.
Analisis Penerapan Sistem Rantai Dingin dan Identifikasi Mutu, Rendemen dan Produktivitas pada Pengolahan Fillet Ikan Lemadang (Coryphaena hippurus) Beku Berlian, Tasha Putri; Siregar, Resmi Rumenta; Sayuti, Mohammad
Proceedings of The Vocational Seminar on Marine & Inland Fisheries Volume 1 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/voc_seminar.v1i1.15202

Abstract

Ikan lemadang (Coryphaena hippurus) adalah hasil samping tangkapan (by catch) yang sering tidak terlalu diperhitungkan karena jumlahnya relatif sedikit. Namun permintaan pasar terhadap ikan lemadang yang cukup tinggi, menjadi peluang untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem rantai dingin, mengidentifikasi mutu ikan lemadang, menganalisis rendemen dan produktivitas pada pengolahan fillet ikan lemadang (Coryphaena hippurus) beku. Pengujian mutu bahan baku dan produk akhir meliputi pengujian organoleptik (SNI 4110:2020), dan pengujian fillet ikan beku (SNI 2696:2013). Pengujian mutu produk akhir meliputi pengujian mikrobiologi meliputi pengujian  Angka Lempeng Total (ALT) dan bakteri patogen meliputi  E. coli, Salmonella, dan Vibrio cholerae Pengamatan penerapan rantai dingin dilakukan dengan mengukur suhu produk selama proses produksi. Pengamatan rendemen dilakukan pada tahap pemfilletan dan skinning/trimming,  sedangkan perhitungan produktivitas karyawan dilakukan pada tahap  skinning dan trimming. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan rantai dingin pada produk sudah diterapkan dengan baik, dimana ikan diolah dalam kondisi beku (suhu berkisan antara - 15,2°C sampai -21,3 °C). Nilai organoleptik bahan baku dan produk akhir rata-rata 8. Uji mikrobiologi menunjukkan bahwa kandungan ALT fillet lemadang beku yaitu 2,2x103 kol/g, E. coli <1,8 APM/g, Salmonella dan V. chlorea negatif. Rendemen rata-rata pada tahap pemfilletan, skinning/trimming mencapai 66,05% dan 42,76%.  Produktivitas tenaga kerja pada tahap skinning/trimming mencapai 90,37 kg/jam/orang.
Performance of The Histamine Level During Tuna Steak Processing Ginting, Emmya Karina; Siregar, Resmi Rumenta; Masengi, Simson; Napitupulu, Romauli Juliana
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 7, No 2 (2024): JKPT Desember 2024
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v7i2.14079

Abstract

This research aims to observe the suitability of tuna processing with the Indonesian National Standards and analyze the increase of histamine levels during the processing steps of steak tuna at tuna processing plant located in Medan, North Sumatra. This research was conduct with observation using a questionnaire. The questionnaire was created referring to the Indonesian National Standards regarding to frozen tuna steak processing steps. Testing for histamine levels was carried out using the ELISA method. Data was analyzed using gap analysis and the increase in histamine levels was analyzed using Microsoft Excel to see the trend of increasing histamin e levels during the tuna fish processing steps. The research results show that the level of suitability of the processing steps at processing plant is 98.37%, with a gap level of 1.73%. This mean that processing of frozen tuna steak products has been carried out well. The histamine at four steps  showed that there was increasing of histamine levels from receiving raw materials to the final product up to 800%. The highest increase occurred in the loining proccess to the steak cutting steps which is up to 200%; followed by the steak cutting to the final product increased up to 80%; and receiving raw materials to loining steps increased up to 66,7%. Although the increasing of the histamine was high (up to 800% from the histamine levels of the raw materials), the histamine of the final product was still low (only 2.7 ppm) and still meets the Processing Unit requirements (max 30 ppm), as well as the Indonesian National Standard.