Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA Saridewi, Tri Ratna; Siregar, Amelia Nani
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 5 No 1 (2010)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.498 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v5i1.277

Abstract

Saat ini sentra pengembangan produksi padi di jalur pantai utara, namun ke depan ada pemikiran untuk mengembangkan peningkatan produksi padi di daerah selatan, diantaranya adalah di Kabupaten Tasikmalaya. Dalam pelaksanaan tugas, penyuluh pertanian di Tasikmalaya dihadapkan pada masalah kelembagaan, karena belum memiliki Badan Pelaksana Penyuluhan, dan masih bergabung dengan Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan. Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui hubungan antara peran penyuluh dengan peningkatan produksi padi, (2) Mengetahui hubungan antara adopsi teknologi oleh petani dengan peningkatan produksi padi, dan (3) Mengetahui peran penyuluh dan adopsi teknologi oleh petani dalam peningkatan produksi padi. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan September 2009 di Kabupaten Tasikmalaya. Populasi dari penelitian ini adalah petani padi yang telah berusaha tani minimal 2 tahun di Kabupaten Tasikmalaya. Sampel penelitian adalah petani padi sebanyak 30 orang yang dipilih berdasarkan snowball sampling. Variabel dan Indikator Penelitian adalah peran penyuluh (X1), adopsi teknologi oleh petani (X2) dan Peningkatan produksi (Y). Untuk analisis, dilakukan uji korelasi dan regresi terhadap variabel tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Peran penyuluh di Kabupaten Tasikmalaya tidak berkontribusi dan tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi (2) Adopsi teknologi oleh petani di Kabupaten Tasikmalaya tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi, dan (3) Peran penyuluh dan adopsi teknologi di Kabupaten Tasikmalaya secara bersama-sama bersinergi meningkatkan produksi padi.
Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan Agrowisata CV Wanda Strawberry di Kabupaten Bandung Barat: Landscape Planning for Agrotourism Development CV Wanda Strawberry in West Bandung Regency Faizi, Muhammad Dendy; Saridewi, Tri Ratna; Ilhami, Wasissa Titi
Jurnal Agroekoteknologi dan Agribisnis Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Agroekoteknologi dan Agribisnis
Publisher : Politeknik Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51852/jaa.v8i2.543

Abstract

Tata ruang lanskap pada agrowisata di CV Wanda Strawberry masih belum optimal karena perencanaan lanskap agrowisata belum dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lanskap tata ruang agrowisata yang telah diterapkan, melakukan analisis pasar pada pengembangan lanskap tata ruang agrowisata, membuat perencanaan lanskap tata ruang agrowisata, dan menganalisis penerimaan pendapatan agrowisata. Penelitian dilaksanakan pada tanggal April hingga Juli 2022. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, pengisian kuesioner, dan pengumpulan data sekunder. Responden berasal dari pengelola dan pengunjung agrowisata yang dipilih secara acak sebanyak 30 orang. Analisis secara deskriptif yang digunakan adalah analisis kondisi umum, analisis pasar dan analisis penerimaan. Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan lanskap tata ruang agrowisata yang ada pada saat ini masih belum optimal. Berdasarkan hasil analisis pasar menunjukkan kepentingan dan prioritas pengembangan fasilitas yang diinginkan oleh pengunjung, perlu penambahan fasilitas luas jalan masuk, luas lahan parkir, tempat bersantai (gazebo dan tempat duduk), tempat beribadah (musala), tempat bermalam (homestay), kantin/kafe, tempat sampah, toilet/WC, tempat berfoto, dan wifi area. Hasil perencanaan lanskap berupa peta layout agrowisata, block plan agrowisata, dan gambaran fasilitas agrowisata. Penerimaan perusahaan pada kegiatan agrowisata saat ini layak untuk dikembangkan dan masih berpotensi untuk dikembangkan lebih luas lagi.
Prospek Pengembangan Hortikultura (Studi Kasus: Subang, Jawa Barat) Saridewi, Tri Ratna; Ilhami, Wasissa Titi; Syafaruddin
Jurnal Agroekoteknologi dan Agribisnis Vol. 9 No. 1 (2025): Jurnal Agroekoteknologi dan Agribisnis
Publisher : Politeknik Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51852/za6kj569

Abstract

The Government of Subang Regency acknowledges the strategic role of horticultural production in supporting regional development financing. However, the recent decline in pineapple production, which has long been the region’s flagship commodity, highlights the need to identify alternative horticultural products with strong economic potential. This study aims to explore the added value of selected commodities through the development of derivative products that can enhance competitiveness and sustainability. A descriptive approach was employed, using two stages of Focus Group Discussions (FGDs). The first stage served to verify and validate preliminary findings, while the second stage focused on designing development strategies. Twenty respondents participated, representing the Department of Agriculture, agribusiness entrepreneurs, banking institutions, and millennial farmers. The results show that pineapple, mangosteen, and mango are the most promising commodities for agribusiness expansion. Processing these fruits into derivative products reduces the risk of post-harvest losses, extends shelf life, ensures year-round availability, creates new product varieties, and offers potential health and cultural value. These innovations provide higher economic returns, increase farmers’ income, strengthen business sustainability, and diversify market opportunities. To achieve these outcomes, continuous promotion is needed to improve consumer awareness, alongside the development of commercial seed production using certified superior seeds. The findings suggest that value-added horticultural products can significantly enhance the contribution of the agricultural sector to regional economic development in Subang.
Payment for Environmental Services Approach to Reduce Flood in Ciliwung Watershed Saridewi, Tri Ratna; Hadi, Setia; Fauzi, Akhmad; Rusastra, I Wayan
BIOTROPIA Vol. 24 No. 2 (2017): BIOTROPIA Vol. 24 No. 2 August 2017
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11598/btb.2017.24.2.619

Abstract

Spatial planning has already been stipulated in Ciliwung Watershed, but its implementation is often not in line with the rapid development activities. To fulfill space demand, agricultural and forest areas are converted into open or built-up areas because the economic appreciation of forest and agricultural land is lower than that of open or built-up areas. Payment for Environmental Services (PES) is a tool designed to overcome environmental mismanagement, which is beneficial for the lives of rural communities. PES should be considered in the formulation of spatial planning. This study was aimed to develop optimum land use pattern in reducing flood in Ciliwung Watershed, using PES approach. This study used a dynamic system approach, consisting of submodels for land use pattern change, runoff, value of farmland, upstream subsidy policy, population dynamics, and environmental services. The results showed that the PES policy should be able to maintain the existence of paddy fields and dryland farming areas and to reduce runoff if it is implemented in the form of guaranteed access to the market, and held in conjunction with efforts to prevent land conversion and to implement reforestation policies. The optimum land use pattern under this condition shall be reached in 2023, which consisted of 0.82% water bodies, 10.74% forest areas, 70.34% built-up areas, 8.16% dryland farming areas, 4.97% grassland areas, 2.39% paddy field areas, and 2.58% open areas. This land use pattern can reduce runoff in Ciliwung River from 972.04 to 850 cm, and this level is considered to be flood-free. Communities living in the upstream areas are the most effective managers of the watershed.