Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP KANDUNGAN ALBUMIN DAN TINGKAT KESUKAAN UNTUK MINUMAN KESEHATAN: The Effect of Extraction Temperature of Snakehead Fish (Channa Striata) on Albumin Concentration and Sensory Preference for Healthy Drinks Products Maulid, Deden Yusman; Syaban, Rafli; Abrian, Satriya; Pangestika, Widya; Siregar, Arpan Nasri; Arumsari, Kusuma; Nusaibah, Nusaibah; Andayani, Tri Rahayu; Herry, Herry; Yuniarti, Endah
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 12 No. 2 (2024)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.12.2.2024.47024

Abstract

Snakehead (Channa striata) is widely found in open water such as rivers and swamps in Indonesia. Snakehead contains albumin which is useful for accelerating the wound healing process. The purpose of this study was to determine the best extraction temperature that can produce the highest albumin content and is preffered by panelist when applied to healthy drinks. This study consisted of three treatments, namely the extraction temperature of 60°C, 70°C, and 80°C. The parameters observed were the yield of snakehead extract, protein content of snakehead, albumin content, and the level of preference (Hedonic). The yield of snakehead extract refers to the method developed by Asikin, 2017. Protein content was tested using the Kjeldahl method, albumin content was tested using the BCG (Brom Cresil Green) method. The preference level test was based on the method developed by Rahayu (2017). The highest yield of snakehead extract was obtained at a temperature of 80°C, namely 54,6%. The highest protein content was found in the 60°C temperature treatment, which was 3,62%. The highest albumin content was found at 80°C temperature treatment, which was 0,04 g/dl. The results of the hedonic test show that there is no difference sgnificantly between treatments with the limit value is still preferred (5). Keyword:     albumin, snakehead, healthy drinks, sensory   Ikan gabus (Channa striata) banyak terdapat di perairan terbuka seperti sungai dan rawa yang ada di Indonesia. ikan gabus memiliki kandungan albumin yang bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan suhu ekstraksi terbaik yang dapat menghasilkan kandungan albumin yang paling tinggi serta disukai oleh panelis ketika diaplikasikan ke minuman kesehatan. Penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan yaitu suhu ekstraksi 60°C; 70°C; dan 80°C. Parameter yang diamati adalah rendemen ekstrak ikan gabus, kandungan protein ikan gabus, kandungan albumin, serta tingkat kesukaan (Hedonik). Rendemen ekstrak ikan gabus mengacu kepada metode yang dikembangkan Asikin, 2017. Kandungan protein di uji menggunakan metode Kjeldahl, kandungan albumin di uji dengan metode BCG (Brom Cresil Green), uji tingkat kesukaan mengacu kepada metode yang dikembangkan Rahayu (2017). Hasil rendemen ekstrak ikan gabus tertinggi didapatkan pada suhu 80°C yaitu 54,6%. Kandungan protein tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 60°C yaitu 3,62%. Kandungan albumin tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 80°C yaitu 0,04 g/dl. Hasil uji hedonik terhadap minuman kesehatan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan dengan batasan nilai masih disukai (5). Kata kunci:       ekstrak albumin, ikan gabus, minuman kesehatan, sensori
Kajian Mutu dan Karakteristik Pengolahan Peeled Tail On (PTO) Stretched Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Handoko, Yudi Prasetyo; Siregar, Resmi Rumenta; Melfina, Vivin; Siregar, Arpan Nasri
Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam Vol 6, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bjsj.v6i1.13221

Abstract

Pengolahan udang vannamei Peeled Tail On (PTO) stretched wajib dilakukan sesuai prosedur operasional yang baik dan terstandar, sehingga karakteristik proses dan produk berupa mutu, rendemen, penerapan rantai dingin, serta produktivitas memenuhi standar dan diterapkan sesuai ketentuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati alur proses pengolahan udang vannamei PTO stretched, menguji mutu bahan baku dan produk, mengamati suhu, menghitung rendemen dan produktivitas karyawan. Metode penelitian dengan observasi, partisipasi aktif, pengisian scoresheet, dan pengolahan beserta analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil alur proses untuk mengolah udang vannamei PTO Stretched beku memiliki 20 tahapan proses dimulai penerimaan bahan baku hingga ke pemuatan. Mutu bahan baku melalui uji organoleptik bernilai 8 dan nilai sensori produk akhir mendapatkan nilai 8. Rantai dingin telah diterapkan dengan baik pada setiap tahapan proses. Rendemen udang vannamei tahap HO ke HL adalah sebesar 70,52±0,52%, dan rendemen tahap HL menjadi PTO adalah 87,05±0,20%. Produktivitas karyawan pada tahap pemotongan kepala adalah 15,58±0,96 kg/jam/orang, dan tahap pengupasan kulit dan pencukitan usus sebesar 10,70±0,58 kg/jam/orang. 
Pengaruh penambahan tepung Sargassum sp. dan Ulva lactuca terhadap penerimaan dan nilai gizi kue kastengel: Effect of adding Sargassum sp. and Ulva lactuca flour on the acceptance and nutritional value of kaasstengels cookies Nusaibah, Nusaibah; Rhamadani , Thia Jenika; Arumsari, Kusuma; Siregar, Arpan Nasri; Andayani, Tri Rahayu; Maulid, Deden Yusman; Pangestika, Widya
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 6 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(6)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i6.53338

Abstract

Rumput laut Sargassum sp. dan Ulva lactuca dikenal memiliki kadar serat pangan yang cukup tinggi. Serat pangan tersebut dapat menyehatkan saluran pencernaan serta membantu mengenyangkan dalam waktu lama. Kue kering kastengel merupakan salah satu camilan yang tinggi kalori sehingga diperlukan tambahan dari bahan lain yang dapat meningkatkan nilai gizinya terutama serat pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan formulasi terbaik penambahan tepung rumput laut Sargassum sp. dan U. lactuca pada kue kering kastengel berdasarkan tingkat kesukaan, nilai gizi proksimat, dan predictive dietary fiber. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan, yaitu P0 sebagai kontrol (tanpa penambahan tepung Sargassum sp. dan U. lactuca), P1 dengan penambahan tepung Sargassum sp. 1,13%, P2 dengan penambahan tepung U. lactuca 1,13% dan P3 dengan penambahan kombinasi tepung Sargassum sp. dan U. lactuca masing-masing sebanyak 0,56%. Parameter yang diuji meliputi uji hedonik, proksimat, dan predictive dietary fiber. Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung Sargassum sp. dan U. lactuca berpengaruh terhadap tingkat kesukaan, nilai proksimat, serta predictive dietary fiber kastengel. Formulasi terbaik pada perlakuan P2 dengan nilai proksimat kadar abu 2,51±0,03%bk, lemak 34,29±0,34%bk, protein 5,89±0,32%bk, karbohidrat 57,31±0,01%bk, predictive dietary fiber 1,65% b/b, serta disukai oleh panelis pada seluruh parameter. Penambahan tepung rumput laut dapat meningkatkan kadar abu, protein dan predictive dietary fiber, namun dapat menurunkan tingkat kesukaan terhadap kue kastengel.
PELATIHAN PEMBUATAN STEAK IKAN NILA DI DESA CINTAKARYA, KABUPATEN PANGANDARAN Pangestika, Widya; Nusaibah, Nusaibah; Arumsari, Kusuma; Maulid, Deden Yusman; Siregar, Arpan Nasri; Andayani, Tri Rahayu
Reswara: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v5i1.3756

Abstract

Desa Cintakarya yang terletak pada Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, merupakan desa yang dikenal dengan desa budidaya ikan nila. Banyaknya bahan baku ikan nila hasil budidaya di desa ini menumbuhkan semangat masyarakat sekitar untuk terus berinovasi dalam melakukan pengolahan pasca panen untuk memperpanjang masa simpan produk perikanan ini. Selama ini, masyarakat di Desa Cintakarya hanya mengolah ikan nila dengan cara dibakar saja. Padahal, masih banyak jenis olahan diversifikasi produk perikanan lainnya yang dapat dihasilkan untuk membuka peluang usaha baru dan meningkatkan ekonomi masyarakat pada desa tersebut. Salah satu jenis produk olahan perikanan yang inovatif dan mampu mendorong penjualan produk hasil pengolahan pasca panen adalah steak ikan nila. Steak ikan nila merupakan hasil pengembangan produk berbahan baku ikan nila dengan rasio penggunaan ikan nila terhadap tepung tapioka adalah 6,67:1. Pelatihan yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Juni 2023 di Blok Nyalindung, Desa Cintakarya ini dihadiri oleh 10 orang ibu PKK. Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah praktik langsung. Steak ikan nila diolah dengan cara mencetak adonan bakso ke dalam bentuk steak, kemudian dipanggang di atas pemanggang hingga berwarna kecoklatan. Selain pengolahan, masyarakat juga diberikan pendampingan dalam mengemas produk. Produk dapat dikemas menggunakan kemasan thinwall agar lebih menarik perhatian dan meningkatkan daya jual. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi kepada Masyarakat Desa Cintakarya terkait salah satu jenis produk diversifikasi olahan hasil perikanan agar pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam mengolah ikan nila ke dalam bentuk steak ikan dan cara pengemasannya dapat meningkat.
PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) DAN SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES (SSOP) PADA PENGOLAHAN SCALLOP DI PT. INDO LAUTAN MAKMUR, SIDOARJO, JAWA TIMUR Pangestika, Widya; Sivana, Siska; Widianto, David Indra; Maulid, Deden Yusman; Siregar, Arpan Nasri; Andayani, Tri Rahayu
MARLIN Vol 6, No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V6.I2.2025.%p

Abstract

Good manufacturing practices (GMP) adalah cara atau teknik berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. GMP memiliki tujuan khusus yaitu untuk memberikan beberapa prinsip dasar yang penting dalam produksi makanan, mulai dari bahan baku hingga sampai konsumen akhir, untuk menjamin bahwa makanan yang diproduksi aman dan layak untuk dikomsumsi oleh manusia, mengarahkan industri agar memenuhi berbagai persyaratan produksi. Sanitation standard operating prosedure (SSOP) merupakan prosedur standar penerapan prinsip pengelolaan yang dilakukan melalui kegiatan sanitasi dan hygiene. Scallop merupakan salah satu produk vallue added yang diolah dari lumatan daging ikan yang disebut surimi dan bahan tambahan lainnya, berbentuk bulat dan pipih. Scallop merupakan salah satu produk frozen food yang digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan karena scallop adalah produk olahan setengah jadi yang sangat praktis untuk dikomsumsi. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan scallop  diantaranya adalah surimi, tepung tapioka, Isolate Soy Protein (ISP), tepung telur, mentega, minyak wijen, minyak sawit, bawang daun, bawang bombai. Proses pengolahan scallop adalah penerimaan bahan baku surimi, pencampuran, pencetakan dan perebusan I, perebusan II, perendaman, pemotongan, pembekuan mesin IQF, pengemasan I, pengecekan serpihan logam, pengemasan II, penyimpanan, distribusi. Mesin dan peralatan yang digunakan adalah troli pengangkut bahan baku dan produk jadi, keranjang berlubang, silent cutter, IQF, keranjang tidak berlubang, timbangan duduk, mesin sealer, mesin potong scallop, cold storage, hand palet, meat ball, dan conveyor.
PROSES PENGOLAHAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) LOIN MASAK BEKU DI PT. X - JAKARTA UTARA Hutagalung, Anni Kholila; Handoko, Yudi Prasetyo; Yuliandri, Rahmat; Siregar, Arpan Nasri; Ginanjar, Martin Anjar; Widianto, David Indra
MARLIN Vol 4, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V4.I2.2023.71-83

Abstract

Ikan cakalang merupakan jenis ikan pelagis yang banyak dijumpai di perairan Indonesia, selain menjadi bahan konsumsi cakalang juga merupakan komoditas ekspor. Kelemahan ikan cakalang termasuk jenis komoditas yang mudah rusak (perishable food) apabila penanganan atau pengolahannya tidak dilakukan secara tepat dan cermat. Oleh karena itu selama mungkin, salah satunya yaitu dengan menjadikannya loin masak beku, dengan pengolahan yang menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP). Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui alur proses, mutu bahan baku dan produk akhir, penerapan suhu, rendemen, produktivitas tenaga kerja, penerapan penilaian kelayakan dasar dan pengelolaan limbah yang dihasilkan. Metode pengambilan data yang dilakukan primer dan sekunder. Pengolahan cakalang masak beku terdiri 25 tahapan proses, mutu bahan baku dan produk telah memenuhi standar, penerapan suhu diterapkan dengan baik, rendemen sudah memenuhi standar, produktivitas telah memenuhi standar, kebersihan kesehatan karyawan belum terpenuhi, dan pengolahan limbah padat dan cair sudah dilaksanakan dengan baik. Pengolahan yang dilakukan di PT. X telah diterapkan dengan baik.Skipjack tuna is a pelagic fish species that is a food for consumption and an export commodity. Applying GMP and SSOP in processing frozen cooked skipjack tuna products is needed to produce the best possible product quality. This study aims to determine the process flow, quality of raw materials and final products, application of temperature, yield, labor productivity, application of basic feasibility assessment, and waste management. Data collection methods were carried out by observation, participation, and use of secondary data. The results of this study are frozen cooked skipjack tuna processing consists of 25 stages of the process, the quality of raw materials and products has met the standards, the application of temperature is well applied, the yield has met the standards,productivity has met the standards. Employee health hygiene clauses found major discrepancies. Solid and liquid waste management has been implemented properly
KARAKTERISTIK MUTU PENGOLAHAN RAJUNGAN (Portunnus pelagicus) PASTEURISASI DALAM KALENG DI PT. NCM, MAKASSAR Sipahutar, Yuliati H.; Wiran, La Ode Ibnu; Siregar, Arpan Nasri; Sirait, Jaulim
MARLIN Vol 5, No 1 (2024): (FEBRUARI) 2024
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V5.I1.2024.25-35

Abstract

Pengalengan adalah metode pengawetan makanan dengan cara memanaskannya dalam suhu yang dapat membunuh mikroorganisme, dan kemudian menutupnya dalam kaleng. Penelitian bertujuan untuk  dengan mengetahui proses pengolahan rajungan pasteurisasi dalam kaleng. Metode dilakukan dengan observasi dan survei, dengan meninjau secara cermat langsung di lokasi pengolahan, mulai dari bahan baku masuk, proses pengolahan hingga pemuatan. Pengujian mutu bahan baku daging rajungan rebus dingin dan daging rajungan pasteurisasi dalam kaleng meliputi mutu sensori, mikrobiologi (Angka Lempeng Total/ALT. Escherichia coli dan salmonella) dan kimia (chloramphenicol).  Analisa data dilakukan dengan deskriptif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur proses pengolahan ranjungan terdiri dari 12 tahapan yaitu receiving, sortasi, metal detecting, mixing, filling & weighing, seaming, Pasteurisasi, chilling, packing , chillstorage, stuffing. Hasil uji nilai sensori daging rajungan rebus dingin rata-rata  7.16,  dan sensori rajungan kaleng pasteurisasi nilai rata-rata 8.59. Hasil uji mikrobiologi daging rajungan rebus dingin ALT berkisar 3x101-1,3x102 kol/gram, E.coli < 3 dan Salmonella negative, chloramphenicol 0,012. Hasil uji mikrobiologi daging rajungan pasteurisasi dalam kaleng berkisar 3x101-1,3x102 kol/gram, E.coli < 3 dan Salmonella negative. Hasil uji kimia daging rajungan rebus dingin rata-rata kadar air 70%,chloramphenicol 0,012 ppb dan  rajungan kaleng pasteurisasi nilai rata-rata kadar air 70% dan chloramphenicol 0,11 ppb
PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) DAN SANITASION STANDARD OPERATION PROCEDURES (SSOP) PADA PENGOLAHAN FILLET IKAN KERAPU (Epinephelus sp) BEKU Sirait, Jaulim; Siregar, Arpan Nasri; Mayangsari, Tri Putri; Sipahutar, Yuliati H
MARLIN Vol 3, No 1 (2022): (Februari 2022)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V3.I1.2022.43-53

Abstract

Ikan kerapu merupakan komoditas penting sebagai komoditas unggulan ekspor non migas Indonesia. Indonesia merupakan eksportir kerapu terbesar dunia, terutama ekspor kerapu hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan GMP dan SSOP pada proses pengolahan fillet ikan kerapu (Epinephelus sp) beku. Metode dilakukan dengan observasi dan survei, dengan mengikuti secara langsung seluruh proses pengolahan, mulai dari penerimaan bahan baku hingga pengangkutan, dengan melakukan pengujian mutu (organoleptik dan mikrobiologi), pengamatan rantai dingin, rendemen, produktivitas tenaga kerja. Analisa data dilakukan dengan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan GMP dan SSOP sudah dilakukan dengan baik sesuai SNI No. 2696:2013 tentang fillet ikan beku. Hasil pengujian mutu organoleptik bahan baku dan produk akhir adalah 8, uji mikrobiologi berkisar 3 × 103 kol/gr untuk pengujian ALT, <3,0 APM/gr untuk pengujian E.colli dan hasil negatif untuk pengujian Salmonella, sesuai dengan SNI. Penerapan rantai dingin telah dilakukan dengan baik dengan suhu ikan kerapu bahan baku 1,58°C . Rendemen pada proses pemfilletan dan perapihan rata-rata 49,9% dan 64,6%, sesuai dengan standar perusahaan. Produktivitas tenaga kerja pada proses pemfilletan dan perapihan adalah 97,79 dan 107, 89 kg/jam/org, sesuai dengan standar perusahaan.Grouper fish is an important commodity in Indonesian waters which has bright marketing prospects, both domestic and export. Grouper fish is Indonesia's leading non-oil and gas export commodity, in addition to seaweed, shrimp and tuna. Indonesia is the world's largest export of grouper, especially live grouper exports. This study aims to see the processing of frozen grouper fillets. The method is carried out by observation and survey, by directly following the entire processing process, from receiving raw materials to transportation, by conducting quality testing (organoleptic and microbiological), cold chain observation, yield, labor productivity. Data analysis was done descriptively. The results showed that the processing was carried out properly according to SNI No. 2696: 2013 concerning frozen fish fillets. The results of the organoleptic quality test of raw materials and final products were 8, microbiological tests ranged from 3 × 103 cabbage / gr for the ALT test, <3.0 APM / gr for the E. coli test and negative results for the Salmonella test, according to SNI. The application of cold chain has done well with the raw material temperature of grouper 1.580C. The yields in the filling and tidying process averaged 49.9% and 64.6%, according to company standards. The labor productivity in the filling and tidying process was 97.79 and 107.89 kg / hour / person, according to company standards.
Karakteristik serum wajah dari sediaan filtrat rumput laut Eucheuma cottonii dan Ulva lactuca: Characteristics of facial serum from seaweed filtrate of Eucheuma cottonii and Ulva lactuca Nusaibah, Nusaibah; Muhammad, Taufik; Pangestika, Widya; Siregar, Arpan Nasri; Utami, Kamilia Dwi
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 26 No. 3 (2023): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 26 (3)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v26i3.46874

Abstract

Kulit membutuhkan antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang di antaranya berasal dari polusi udara dan paparan sinar ultraviolet. Rumput laut Eucheuma cottonii dan Ulva lactuca dikenal memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi. Produk perawatan kulit salah satunya serum dapat dijadikan alternatif dalam mengurangi permasalahan pada kulit melalui penambahan bahan aktif dari rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi terbaik dan pengaruh penambahan E. cottonii dan U. lactuca terhadap karakteristik produk serum wajah melalui parameter uji hedonik, pH, kelembapan, homogenitas, viskositas, dan aktivitas antioksidan. Perlakuan dalam penelitian dibagi menjadi empat, yaitu serum tanpa penambahan filtrat rumput laut (F0), serum dengan penambahan filtrat E. cottonii (F1), serum dengan penambahan filtrat U. lactuca (F2), dan serum kombinasi filtrat E. cottonii dan U. lactuca (F3). Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis dan one way ANOVA. Penambahan filtrat E. cottonii dan U. lactuca dapat memengaruhi nilai antioksidan, hedonik, homogenitas, pH, viskositas, dan kelembapan pada produk serum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula serum terbaik diperoleh pada perlakuan penambahan filtrat E. cottonii (F1) dengan aktivitas antioksidan (IC50) sebesar 299,29 µg/mL, kelembapan 58,42%, nilai pH 6,25, viskositas 276,71 cP dan paling disukai oleh panelis berdasarkan parameter ketampakan, warna, aroma, tekstur, dan homogenitas.