Articles
            
            
            
            
            
                            
                    
                        Optimalisasi Fungsi Rumah Sebagai Tempat Pembinaan Warga Gereja di Masa Pandemi Covid-19 
                    
                    Purim Marbun                    
                     DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.53547/diegesis.v3i1.64                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
This writing is motivated by the problem of the lack of church members who use the house as a place of spiritual formation. This is due to the lack of family skills in carrying out coaching tasks both practically and theologically. Another problem is that many coaching programs are centered in the church, thus consuming family time. During the Covid-19 Pandemic, it was necessary to attend church from home in accordance with government recommendations. By using a qualitative approach, and using a descriptive analysis study research method, accompanied by a descriptive analysis study it was found that the house can be used as a place for the formation of church members. Optimization of the house as a place for fostering church members is done by expanding the dimensions of the function of the house that is not only a place to live but as a place to educate, a place of worship and the ongoing community of faith. AbstrakTulisan ini dilatarbelakangi adanya masalah minimnya warga gereja yang memanfaatkan rumah sebagai tempat pembinaan rohani. Hal ini disebabkan kurangnya ketrampilan keluarga melakukan tugas-tugas pembinaan baik secara praktis maupun teologis. Masalah yang lain adalah banyaknya program pembinaan yang berpusat di gereja, sehingga menyita waktu keluarga. Dalam masa Pandemi Covid-19, mengharuskan bergereja dari rumah sesuai dengan anjuran pemerintah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan memakai metode penelitian studi deskriptif analisis, disertai dengan kajian analisis deskriptif didapati bahwa rumah dapat dijadikan sebagai tempat pembinaan warga gereja. Optimaliasasi rumah sebagai tempat pembinaan warga gereja, dilakukan dengan cara memperluas dimensi fungsi rumah yang bukan saja sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat mendidik, tempat beribadah dan berlangsungnya komunitas iman.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Epistemologi Hermeneutika dan Implikasinya bagi Pentakostalisme di Indonesia 
                    
                    Hasudungan Sidabutar; 
Purim Marbun                    
                     Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.282                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Epistemologi hermeneutika merupakan pokok penting dalam memahami Alkitab. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan landasan epsitemologis hermeneutika untuk menolong kaum Pentakosta dalam menginterpretasikan Alkitab. Penulis menggunakan analisis kepustakaan tentang epistemologi hermeneutik dan Pentakosta. Kesimpulan yang didapatkan bahwa epistemologi hermeneutika merupakan cara untuk meneliti dan memahami teks Alkitab secara hakiki dan dapat dipertangungwajabkan. Titik pokok hermeneutik pentakostalisme terletak pada penekanan pengalaman-pengalaman adikodrati lewat Roh Kudus bukan pada kognitif proporsional yang mengakibatkan  mereka terjebak pada aspek praktis dan bersifat pragmatis. Kaum Pentakostalisme perlu untuk merekontruksi ulang pendekatan hermeneutiknya sehingga ada keseimbangan antara pengalaman dan pengetahuan. Hal ini akan menolong untuk mampu membedakan proyeksi diri dan menempatkan secara epistemologis antara pengalaman individual maupun pengalaman secara kolektif dan tidak terlalu tergesa-gesa membangun doktrin diatasnya, dan apalagi mengklaim sebagai kebenaran yang paling Alkitabiah. Setiap ajaran yang bersumber dari hasil hermeneutika Alkitab, harus dapat dipertanggungjawabkan dan bukan asal diyakini.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Implementasi Makna Teologis Persekutuan dalam Praktik Ibadah Virtual Masa Kini: Refleksi Teologis Ibrani 10:19-25 
                    
                    Abraham Geraldi; 
Purim Marbun; 
Dio Angga Pradipta Gunawan                    
                     KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta Vol 5, No 1: Juli 2022 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Jember 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.47167/kharis.v5i1.115                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
This research covered the contrary viewpoint to the practice of virtual worship that hasn’t been containing or removing the element of fellowship as duly due to do with virtual without physically meeting or physical contact reality. On other hand, fellowship is one of the church’s callings and Hebrews 10:19-25 affirmed and recommended for every believer to fellowship constantly from their worship meeting. This research aims to find out what is the meaning of fellowship worship within Hebrews 10:19-25 and find out the implementation of practical virtual worship in this era, so that can answer all the contrary viewpoints about fellowship in virtual worship. The researcher used the research method with descriptive qualitative and library research as a type of this research. Data analyzed with content analysis method with exegesis study. The resources were taken from the Bible, books, journals, and other literature related to this research. The research found that: (1) The theology’s meaning of fellowship contained in Hebrews 10:19-25 consist of three meanings divine fellowship, fellowship in the present period and in the future period; (2) The fellowship according to Hebrews 10:19-25 have two urgencies that are to realize faith, love, and hope also to savor the manifestation of eschatological fellowship; (3) The appropriate implementation from practical virtual worship to realize the theology’s meaning of this fellowship are worship using the digital platform of video conference, forming and worshiping within a small group and worship with utilization family community in house. AbstrakPenelitian ini dilatar belakangi oleh adanya pandangan yang kontra terhadap pelakasanaan ibadah virtual yang dianggap tidak mengandung atau telah menghilangkan unsur persekutuan sebagaimana mestinya karena tidak adanya pertemuan fisik ataupun kontak fisik secara langsung. Di sisi yang lain, bersekutu adalah salah satu tugas gereja dan di dalam Ibrani 10:19-25 juga ditegaskan serta dianjurkan agar setiap orang percaya tetap bersekutu melalui pertemuan ibadah yang dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan bagaiamana makna sebenarnya dari persekutuan ibadah yang tergandung dalam Ibrani 10:19-25 dan   mencari implementasinya dalam praktik ibadah virtual di masa kini agar dapat menjawab setiap pandangan yang kontra mengenai persekutuan dalam ibadah virtual. Peneliti menggunakan metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian library research dan selanjutnya data dianalisis dengan metode analisis isi (content analysis) melalui studi eksegesis. Sumber data diperoleh dari Alkitab, buku-buku, jurnal-jurnal dan literatur lainnya yang berkaitan dengan materi penelitian. Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa: (1) Makna teologis persekutuan yang terkandung dalam Ibrani 10:19-25 terdiri atas tiga makna yaitu persekutuan Ilahi, masa kini dan masa mendatang; (2) Persekutuan menurut Ibrani 10:19-25 memiliki dua urgensi yaitu untuk mewujudkan iman, kasih serta pengharapan dan untuk mengecap manifestasi persekutuan eskatologis; (3) Implementasi yang tepat dari makna teologis persekutuan tersebut dalam pelaksanaan ibadah virtual adalah melangsungkan peribadahan  menggunakan platform digital video conference, membentuk dan melaksanakan peribadahan dalam kelompok kecil serta pelaksanaan ibadah dengan pemanfaatan komunitas keluarga di rumah. 
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Desain Pemuridan sebagai Model Pembinaan Warga Gereja Berkelanjutan bagi Jemaat 
                    
                    Purim Marbun                    
                     Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.259                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
One of the problem for spiritual formation is finding and determining a sustainable coaching model. The church must be have sustainable spiritual formation models for carried out mature spirituality church members. The program of Church Community Development often does not reach the final goal, namely faith maturity which is marked by changing in character, this is due the absence of consistent, planned and measurable model spiritual formation. Starting from this issue, this research seeks and describe ideas about discipleship as a model sustainable spiritual formation for church growth. Discipleship as a model of sustainable church formation is carried out not only in the form of classical teaching but also individually. The research method in this paper is a qualitative study with a literature analysis approach. The final result of this research shows design nurturing by consistent and continuous discipleship is able to achieve measurable spiritual maturity.Salah satu masalah pembinaan jemaat ialah mencari dan menentukan model pembinaan yang dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mendewasakan kerohanian jemaat. Pembinaan Warga Gereja (PWG) sering tidak mencapai tujuan akhir yakni kedewasaan iman yang ditandai dengan perubahan karakter, hal ini disebabkan belum adanya  model yang konsisten, terencana dan terukur dalam pembinaan warga gereja. Bertitik tolak pada  masalah ini, artikel ini berupaya memberikan paparan dan gagasan tentang pemuridan sebagai model pembinaan iman yang dilakukan secara konsisten dan kontiniu. Pemuridan sebagai model pembinaan warga gereja yang berkelanjutan dilaksanakan bukan hanya dalam bentuk pengajaran klasikal melainkan juga secara individual. Metode penelitian dalam tulisan ini ialah studi kualititatif dengan pendekatan analisis kepustakaan. Hasil akhir dari penelitian ini menemukan disain pembinaan melalui pemuridan yang konsisten dan berkelanjutan untuk  mencapai kedewasaan rohani yang terukur sesuai indikator yang telah ditetapkan.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Epistemologi Hermeneutika dan Implikasinya bagi Pentakostalisme di Indonesia 
                    
                    Hasudungan Sidabutar; 
Purim Marbun                    
                     Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.282                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Epistemologi hermeneutika merupakan pokok penting dalam memahami Alkitab. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan landasan epsitemologis hermeneutika untuk menolong kaum Pentakosta dalam menginterpretasikan Alkitab. Penulis menggunakan analisis kepustakaan tentang epistemologi hermeneutik dan Pentakosta. Kesimpulan yang didapatkan bahwa epistemologi hermeneutika merupakan cara untuk meneliti dan memahami teks Alkitab secara hakiki dan dapat dipertangungwajabkan. Titik pokok hermeneutik pentakostalisme terletak pada penekanan pengalaman-pengalaman adikodrati lewat Roh Kudus bukan pada kognitif proporsional yang mengakibatkan  mereka terjebak pada aspek praktis dan bersifat pragmatis. Kaum Pentakostalisme perlu untuk merekontruksi ulang pendekatan hermeneutiknya sehingga ada keseimbangan antara pengalaman dan pengetahuan. Hal ini akan menolong untuk mampu membedakan proyeksi diri dan menempatkan secara epistemologis antara pengalaman individual maupun pengalaman secara kolektif dan tidak terlalu tergesa-gesa membangun doktrin diatasnya, dan apalagi mengklaim sebagai kebenaran yang paling Alkitabiah. Setiap ajaran yang bersumber dari hasil hermeneutika Alkitab, harus dapat dipertanggungjawabkan dan bukan asal diyakini.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Membangun Kepemimpinan Kristen Tranfromnasional di masa pandemic Covid-19: Membangun Kepemimpinan Kristen Tranfromnasional di masa pandemic Covid-19 
                    
                    Purim Marbun; 
Efesus Suratman; 
Muryati Muryati Muryati; 
Yusak Setianto                    
                     CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 3 No. 2 (2022): November 2022 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.46348/car.v3i2.92                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Abstract The pandemic period provides various kinds of impacts, one of which is the impact on the leadership aspect. Changes in the situation can affect the leadership process, with this problem the church needs to have a strategy in dealing with this. Appropriate responses and changes are needed to offset the impact of the pandemic. It is in this changing situation that Transnational Christian leadership is needed. The purpose of this research is so that Christian leaders can be built in times of this Pandemic. The research method used in this research is descriptive qualitative. To obtain the necessary data through a literature review for transformative leadership. From this research, the results were found, namely by building leadership that is Transnational Christian Leadership during the Covid-19 pandemic, it has an influence on those who are led to remain confident and confident, always optimistic and have an attitude of helping each other during this pandemic. The people they lead are expected to be more confident and optimistic to optimize their potential, as well as develop other abilities to be able to survive through difficult situations.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Desain Pemuridan sebagai Model Pembinaan Warga Gereja Berkelanjutan bagi Jemaat 
                    
                    Purim Marbun                    
                     Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.259                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
One of the problem for spiritual formation is finding and determining a sustainable coaching model. The church must be have sustainable spiritual formation models for carried out mature spirituality church members. The program of Church Community Development often does not reach the final goal, namely faith maturity which is marked by changing in character, this is due the absence of consistent, planned and measurable model spiritual formation. Starting from this issue, this research seeks and describe ideas about discipleship as a model sustainable spiritual formation for church growth. Discipleship as a model of sustainable church formation is carried out not only in the form of classical teaching but also individually. The research method in this paper is a qualitative study with a literature analysis approach. The final result of this research shows design nurturing by consistent and continuous discipleship is able to achieve measurable spiritual maturity.Salah satu masalah pembinaan jemaat ialah mencari dan menentukan model pembinaan yang dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mendewasakan kerohanian jemaat. Pembinaan Warga Gereja (PWG) sering tidak mencapai tujuan akhir yakni kedewasaan iman yang ditandai dengan perubahan karakter, hal ini disebabkan belum adanya  model yang konsisten, terencana dan terukur dalam pembinaan warga gereja. Bertitik tolak pada  masalah ini, artikel ini berupaya memberikan paparan dan gagasan tentang pemuridan sebagai model pembinaan iman yang dilakukan secara konsisten dan kontiniu. Pemuridan sebagai model pembinaan warga gereja yang berkelanjutan dilaksanakan bukan hanya dalam bentuk pengajaran klasikal melainkan juga secara individual. Metode penelitian dalam tulisan ini ialah studi kualititatif dengan pendekatan analisis kepustakaan. Hasil akhir dari penelitian ini menemukan disain pembinaan melalui pemuridan yang konsisten dan berkelanjutan untuk  mencapai kedewasaan rohani yang terukur sesuai indikator yang telah ditetapkan.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Epistemologi Hermeneutika dan Implikasinya bagi Pentakostalisme di Indonesia 
                    
                    Hasudungan Sidabutar; 
Purim Marbun                    
                     Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022 
                    
                    Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.282                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Epistemologi hermeneutika merupakan pokok penting dalam memahami Alkitab. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan landasan epsitemologis hermeneutika untuk menolong kaum Pentakosta dalam menginterpretasikan Alkitab. Penulis menggunakan analisis kepustakaan tentang epistemologi hermeneutik dan Pentakosta. Kesimpulan yang didapatkan bahwa epistemologi hermeneutika merupakan cara untuk meneliti dan memahami teks Alkitab secara hakiki dan dapat dipertangungwajabkan. Titik pokok hermeneutik pentakostalisme terletak pada penekanan pengalaman-pengalaman adikodrati lewat Roh Kudus bukan pada kognitif proporsional yang mengakibatkan  mereka terjebak pada aspek praktis dan bersifat pragmatis. Kaum Pentakostalisme perlu untuk merekontruksi ulang pendekatan hermeneutiknya sehingga ada keseimbangan antara pengalaman dan pengetahuan. Hal ini akan menolong untuk mampu membedakan proyeksi diri dan menempatkan secara epistemologis antara pengalaman individual maupun pengalaman secara kolektif dan tidak terlalu tergesa-gesa membangun doktrin diatasnya, dan apalagi mengklaim sebagai kebenaran yang paling Alkitabiah. Setiap ajaran yang bersumber dari hasil hermeneutika Alkitab, harus dapat dipertanggungjawabkan dan bukan asal diyakini.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Sinergitas Kepemimpinan Senior Dan Muda Di Gkii Se-Jabodetabek Dalam Menghadapi Dampak Pandemi 19 Dan Disrupsi Era: Sebuah Kajian Kepemimpinan Transformatif 
                    
                    Anggi Maringan Hasiholan; 
Purim Marbun                    
                     HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 6, No 2 (2021): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2021 
                    
                    Publisher : STTI Harvest Semarang 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (306.742 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.52104/harvester.v6i2.73                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Leadership has always been a never-ending problem. One of them is the younger generation, who leads the senior generation. This is not without reason. The Covid-19 pandemic and the disruption of the era brought significant changes in the church's life, including the Church of the Victory for the Indonesian Faith in Jabodetabek. As a church that has experienced a significant change in the percentage of young leadership, GKII in Jabodetabek faces new problems related to the cooperation built between generations within it. Coordination needs to create transformative leadership that carries out the internalization of the church's vision and mission. The research method used is descriptive qualitative with data collection techniques through observation and interviews, analyzed by an implementation. The study results stated that GKII throughout Jabodetabek had synergized between young and senior leaders to achieve shared visions and missions despite Covid-19 and the era's disruption. There were five implementations: Equipping Leaders, establishing a diaconal body, making GKII Apps and Websites, monthly discussion and evaluation meetings between leaders, and a balanced percentage of young and senior leaders.AbstrakKepemimpinan selalu menjadi masalah yang tidak pernah selesai. Salah satunya adalah kehadiran generasi muda yang memimpin di kalangan generasi senior. Hal ini bukanlah tanpa alasan, pandemi Covid-19 dan disrupsi era membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan gereja, termasuk Gereja Kemenangan Iman Indonesia Se-Jabodetabek. Sebagai gereja yang telah mengalami perubahan persentase kepemimpinan muda yang signifikan, GKII Se-Jabodetabek mendapat masalah baru terkait kerja sama yang dibangun antar generasi yang ada didalamnya. Koordinasi perlu dilakukan guna terciptanya kepemimpinan transformatif yang melaksanakan internalisasi visi dan misi gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara yang dianalisis secara implementasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa GKII Se-Jabodetabek telah melakukan sinergi antara pemimpin muda dan senior untuk mencapai visi-misi bersama meskipun telah terjadi Covid-19 dan disrupsi era. Terdapat lima implementasi yang dilakukan yaitu, Equipping Leaders, membangun badan diakonia, membuat GKII Apps dan Website, rapat diskusi dan evaluasi setiap satu bulan sekali antara para pemimpin, dan persentase yang seimbang antara pemimpin muda dan senior.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        DESAIN PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN BERBASIS KELUARGA 
                    
                    Purim Marbun                    
                     Diegesis : Jurnal Teologi Vol 8 No 2 (2023): DIEGESIS: JURNAL TEOLOGI 
                    
                    Publisher : Bethel Press 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.46933/DGS.vol8i2145-168                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
This article aims to provide a simple explanation of the duties and responsibilities of the family in instilling religious values as the foundation for religious moderation in the Indonesian context. The background of this research is that the emergence of various intolerance actions in this country that tend to wear religious clothes as a shield cannot be denied, it is undeniable that the family is negligent in providing the basics of true faith coupled with adequate education regarding respect and respect for fellow believers. The writing method used in this article is a literature study which will dissect and analyze various ideas and concepts to produce a design for instilling values in sowing family-based religious moderation. The results of this study answer that the inculcation of religious values in the family will also build an attitude of moderation in one's religion when outside the family environment both at school and elsewhere.