Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Emulgator Polisorbat 60–Sorbitan 60 Terhadap Kestabilan Fisik Krim Pemutih Ekstrak Metanol Rimpang Lakka-Lakka (Curculigo orchioides Gaertn.). Kolobani, Matias Nataniel; Pua Upa, Nurul Fatmawati; Purnasari, Cahyani; Wardani, Nimas Prita Rahajengningtyas Kusuma; Kale, Maria Laurenci Fanny Permata
Archives Pharmacia Vol 7, No 1 (2025): ARCHIVES PHARMACIA
Publisher : Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/ap.v7i1.8899

Abstract

Mekanisme kerja bahan pemutih salah satunya adalah menghambat aktivitas enzim tyrosinase. Ekstrak metanol rimpang Lakka-Lakka (Curculigo orchioides Gaertn.) telah diteliti dapat menghambat aktivitas enzim tyrosinase dengan nilai IC50 10,2 bpj. Oleh karena itu dapat diformulasi menjadi krim pemutih yang stabil secara fisika kimia dan aman untuk digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi krim pemutih tipe a/m dari ekstrak metanol rimpang Lakka-Lakka (Curculigo orchioides Gaertn.) yang stabil secara fisik dengan emulgator Polisorbat 60-Sorbitan 60.Pada penelitian ini rimpang Lakka-Lakka dimaserasi dengan menggunakan penyari metanol kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian dibuat sediaan krim pemutih tipe a/m dengan menggunakan emulgator Polisorbat 60–Sorbitan 60 dengan konsentrasi 1%, 2% dan 4%. Pengujian kestabilan fisik krim meliputi pengukuran viskositas, tetesan terdispersi, pengukuran pH, dan inversi fase sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat selama 12 jam secara bergantian pada suhu 5oC dan 35oC sebanyak 10 siklus.Pengujian kestabilan fisik memperlihatkan krim yang menggunakan emulgator Polisorbat 60-Sorbitan 60 pada konsentrasi 1%, 2% dan 4 % stabil secara fisik karena viskositas, tetes terdispersi, pH tidak mengalami perubahan yang signifikan dan krim tidak mengalami inversi fase sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat. Formula krim yang paling stabil yaitu krim dengan emulgator Polisorbat 60-Sorbitan 60 konsentrasi 4% karena berdasarkan hasil uji viskositas krim ini paling kental, dimana semakin kental suatu krim maka semakin mampu mencegah terjadinya penggabungan tetesan terdispersi dan sedimentasi atau kriming yang menghasilkan terjadi pemisahan fase.
Studi In Silico: Potensi Senyawa Spesifik Kulit Batang Faloak (Sterculia quadrifida R. Br) sebagai Anti-Helmintik Riwu, Audrey Gracelia; Riwu, Katty Hendriana Priscilia; Pua Upa, Nurul Fatmawati; Kale, Maria Laurenci Fanny Permata; Jannah, Insani Fitrahulil; Wuhan, Yustinus Oswin Primajuni
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 8 No 2 (2025): Agustus, 2025
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v8i2.25038

Abstract

Helminthiasis remains a significant global public health issue, particularly in tropical and subtropical regions. The extensive and repeated use of synthetic anthelmintic agents, including albendazole and mebendazole, has contributed to the emergence of drug resistance among various parasitic species. Therefore, the exploration of plant-derived compounds with potential anthelmintic activity is urgently needed. This study investigated the potential of bioactive compounds from the stem bark of Faloak (Sterculia quadrifida R. Br) as inhibitors of the Mitochondrial Rhodoquinol-Fumarate Reductase (MRFR) protein through an in silico approach. Five compounds: epicatechin, d-catechin, catechin-(4α→8)-catechin, spinasterol, and spinasterone were analyzed, with Atpeni as the control. Drug-likeness evaluation was conducted using Lipinski’s Rule of Five, while molecular docking, visualization and molecular interaction analysis was performed using PyRx, PyMOL, and Discovery Studio. Four compounds satisfied Lipinski’s criteria, indicating favorable pharmacokinetic properties. Among them, spinasterol and spinasterone demonstrated the strongest binding affinities to MRFR (–10.1 and –9.2 kcal/mol, respectively), exceeding that of the control ligand (–6.4 kcal/mol). Hydrophobic interactions involving key residues such as Leu146, Ala149, and Val153 contributed to complex stability. These results suggest that Faloak stem bark contains promising bioactive compounds that may serve as natural anti-helmintic candidates, warranting further in vitro and in vivo validation