Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK DAUN JAMBU BOL (Syzigium Malaccense) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA SS400 DALAM MEDIA H2SO4 Hijiriani, Awi Anugrah; Ibrahim, Ishak; Kurniawan, Eddy; Bahri, Syamsul; Zulnazri, Zulnazri
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 5 No. 1 (2025): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS)-April 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v5i1.16493

Abstract

Peristiwa erosi dilandasi oleh bentuk-bentuk elektrokimia, yaitu (perubahan/reaksi kimia) yang meliputi kedekatan energi. Bagian tertentu dari baja bertindak sebagai poros negatif (anoda oksidasi negatif), sedangkan bagian lainnya bertindak sebagai poros positif (katoda pengurangan positif).. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa positif tanin dalam daun jambu bol, menganalisa kehilangan berat, menganalisa laju korosi, menganalisa efisiensi inhibisi ekstrak daun jambu bol serta menganalisa Scanning Electron Microscopy pada baja ss400 adanya dan tanpa inhibitor. Penelitian ini dilakukan di Teknik Kimia, Universitas Malikussaleh, dengan metode ekperimental laboratorium. Pada penelitian sebelumnya melakukan variasi konsentrasi inhibitor dan waktu perendaman baja, dipenelitian ini melakukan variasi perbedaan konsentrasi media korosif serta variasi konsentrasi inhibitor. Diperoleh hasil analisa kehilangan berat  tertinggi pada baja konsentrasi inhibitor 0 gr/L dalam konsentrasi asam sulfat 4 M sebesar 4,958 gram dan nilai terendah pada baja dengan konsentrasi inhibitor 125 gr/L dalam media korosif 2 M sebesar 3,711 gram. Diperoleh  nilai laju korosi terendah terdapat pada baja konsentrasi inhibitor 125 gr/L pada media korosif 2M dengan nilai laju korosi sebesar 494,1696 mpy dan nilai laju korosi tertinggi terdapat pada baja konsentrasi inhibitor 0 gr/L pada media korosif 6M dengan nilai laju korosi sebesar511,2145 mpy. Diperoleh efisiensi inhibisi tertinggi terdapat pada baja dengan konsentrasi inhibitor 125 gr/L didalam media korosif  3M dengan nilai efisiensi inhibitor sebesar 29,56%. Semakin pekat konsentrasi inhibitor maka semakin menurun nilai kehilangan berat dan nilai laju korosi.Kata Kunci : Efisiensi Inhibisi, Inhibitor, Kehilangan Berat, Konsentrasi, Korosi, dan Laju Korosi
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN TEMBAKAU (NICOTIANA TABACUM) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA ST-37 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ASAM KLORIDA Sutoyo, Ahmed; Muhammad, Muhammad; Bahri, Syamsul; Za, Nasrul; ibrahim, ishak
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 5 No. 2 (2025): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS)-Mei 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v5i2.17270

Abstract

Menurunnya kualitas suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya disebut korosi. Dengan memperkenalkan inhibitor korosi, baik organik maupun anorganik, atau bahan kimia, korosi dapat dihentikan sebelum hal ini terjadi. Dengan sendirinya, inhibitor korosi adalah bahan yang, ketika dimasukkan ke dalam lingkungan, menghambat atau memperlambat laju korosi logam. Meskipun penelitian ini telah dilakukan sebelumnya, namun berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan asam klorida sebagai media korosi, daun tembakau Gayo berwarna coklat dan hijau digunakan sebagai ekstrak bahan alami, dan terdapat variasi konsentrasi inhibitor (100, 130, 160, dan 190 ppm) dan lama perendaman (3, 6, 9, dan 12 hari).
ANALISIS KINERJA INHIBITOR KOROSI DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI PADA PLAT BAJA SS400 DALAM AIR LAUT DENGAN VARIASI KONSENTRASI DAN WAKTU PERENDAMAN Lirinzha, Rizkha; Maulinda, Leni; Nurlaila, Rizka; Ibrahim, Ishak; ZA, Nasrul; Sulhatun, Sulhatun
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 5 No. 1 (2025): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS)-April 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v5i1.20551

Abstract

Korosi terjadi dari proses degradasi material dengan lingkungannya yang disebabkan oleh reaksi kimia. Air laut mengandung mikrobakteri yang hidup di laut dan ion klorida (Cl-) yang cukup banyak sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya korosi. Karena hal tersebut, air laut disebut juga sebagai media korosif. Dalam mencegah korosi, cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan inhibitor korosi karena proses yang mudah dan hemat biaya. Salah satu zat yang berfungsi sebagai anti korosi yaitu tanin yang diperoleh dari proses ekstraksi daun jambu biji. Tanin dapat bereaksi menjadi senyawa kompleks kelat besi logam dari hasil reaksi antara gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada cincin aromatisnya. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisa efesiensi ekstraksi dari jaun jambu biji sebagai sumber zat pemghambat laju korosi pada plat baja ss400 serta pengaruh variasi waktu perendaman media korosif dan variasi konsentrasi ekstrak daun jambu biji pada media korosif berupa air laut terhadap kecepatan korosi. Penelitian ini memvariasikan waktu perendaman dalam media korosif yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 hari serta memvariasikan konsentrasi inhibitor yaitu 0, 200, 250, dan 300 ppm. Kemudian dianalisa uji fitokimia tanin, menghitung nilai laju korosi dan inhibisi korosi. Hasil penelitian menunjukkan perolehan nilai efesiensi yang paling tinggi terjadi pada konsentrasi inhibitor 300 ppm selama 12 hari senilai 0.5421%.
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DARI DAUN KIRINYUH (Chromolaena Odorata) SEBAGAI ACTIVE INGREDIENTS DENGAN MENGGUNAKAN SABUN COLEK DAN MINYAK TANAH siregar, annisa febrianti; muarif, agam; ulfa, raudhatul; ibrahim, ishak; sulhatun, sulhatun; Fikri, Ahmad
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 5 No. 2 (2025): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS)-Mei 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v5i2.20605

Abstract

Kirinyu adalah suatu gulma perdu berkayu yang tumbuh cepat, gampang untuk didapat, dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan insektisida herbal dengan nama latin chromolaena odorata.tanaman ini mengandung bahan aktif alkaloid pirolidin, yang efektif dalam membasmi ulat dan menarik hama ke tanaman kebun, sehingga dapat digunakan untuk membuat insektisida herbal. Penelitian ini sudah dilakukan sebelumnya, yang belum pernah dilakukan dengan waktu perendaman 5, 10 dan 15 jam dengan berat daun kirinyu yang dipakai sebanyak 300, 350 dan 450 gram. Untuk mendapatkan insektisida herbal dari daun kirinyu, pertama-tama takar 150 gram daun kirinyu dan blender hingga halus. Selanjutnya, tambahkan bubuk daun kirinyu ke dalam wadah 2 liter, kemudian ditambahkan dengan 2 gram sabun dan 25 ml minyak tanah. Kemudian campuran daun kirinyu dengan bahan penambah direndam selama 2 jam kemudian disaring dan filtratnya diuji parameter uji LD50 pada jangkrik, kontak langsung dengan pestisida dan melalui pemberian residu pestisida pada tanaman daun Kirinyu. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan berat daun Kirinyu sebesar 150 gram dan lama perendaman divariasikan yaitu 5, 10 dan 15 jam. Setelah 150 gram, pengujian dilakukan dengan berat daun kirinyu 200, 250, 300, dan 450 gram dengan waktu 5, 10 dan 15 jam dengan pengujian lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas insektisida alami daun kirinyu dipengaruhi secara nyata oleh lama perendaman dan berat bahan baku. sekarang
PERBANDINGAN BIOAKTIVATOR PADA FERMENTASI PUPUK ORGANIK CAIR DARI KULIT KOPI DAN AIR TAHU Mulya, Maulana Heru; Kurniawan, Eddy; Jalaluddin, Jalaluddin; Ibrahim, Ishak; Kamar, Iqbal
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 5 No. 1 (2025): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS)-April 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v5i1.20953

Abstract

Pupuk adalah material yang diberikan kepada tumbuhan sebagai sumber nutrisi tambahan. Pembuatan pupuk dapat menggunakan limbah yang berasal dari tumbuhan seperti limbah kulit kopi dan limbah buangan industri berupa air tahu. Dalam pembuatan pupuk organik cair dibutuhkan bioaktivator untuk mempercepat proses fermentasi dan meningkatkan kualitas pupuk menjadi lebih baik. Jenis bioaktivator yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan bioaktivator yang paling efektif dalam meningkatkan kualitas kandungan pada pupuk organik cair sesuai dengan Menteri Pertanian No.261/KPTS/SR.310/M/4/2019 menggunakan bioaktivator M21 Dekomposer dan EM4 dengan volume masing-masing 75 ml dan waktu fermentasi selama 14 hari. Parameter yang di analisa adalah kandungan Nitrogen, Posfor, kalium, C-Organik, dan Rasio C/N. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bioaktivator M21 Dekomposer dalam pengolahan pupuk organik cair menghasilkan hasil terbaik dengan Kadar Nitrogen 0,84%, Posfor 0,52%, kalium 0,45%, C-organik 12,21, dan rasio C/N 14,54%. Sedangkan EM4 dengan kadar Nitrogen 0,77%, Posfor 0,47%, kalium 0,33%, C-organik 8,80%, dan rasio C/N 11,43%. Bioaktivator M21 Dekomposer lebih unggul dibandingkan EM4 disebabkan jumlah mikroorganisme yang terkandung di dalamnya lebih tinggi. Jumlah mikroorganisme akan terus berkembang sehingga akan meningkatkan kandungan bahan organik pada pupuk. Namun demikian hasil penelitian belum memenuhi baku mutu berdasarkan menteri pertanian No.261/KPTS/SR.310/M/4/2019 meskipun C-organik dan C/N sudah  memenuhi persyaratan.
Sosialisasi Potensi Getah Pohon Pisang dan Tepung Ketan sebagai Perekat dari Biobriket Serbuk Gergaji di Desa Matang Keupula Sa, Kec.Madat, Kab.Aceh Timur Sylvia, Novi; Devi, Sri Marlia; Dewi, Rozanna; Hasfita, Fikri; Maulinda, Leni; Fibarzi, Wiza Ulfa; Jalaluddin, Jalaluddin; Ibrahim, Ishak
Jurnal Malikussaleh Mengabdi Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Malikussaleh Mengabdi, April 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jmm.v4i1.21568

Abstract

Kegiatan pengabdian dilaksanakan di Desa Matang Keupula Sa, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur, yang memiliki potensi limbah biomassa berupa serbuk gergaji dari usaha ketam perabot dan limbah getah pohon pisang yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan limbah lokal menjadi energi alternatif dalam bentuk biobriket dengan perekat alami dari getah pisang dan tepung ketan. Metode yang digunakan meliputi penyuluhan, demonstrasi pembuatan briket, serta pengujian nilai kalor dari biobriket yang dihasilkan. Kegiatan ini menyasar kelompok petani dan ibu rumah tangga sebagai penerima manfaat utama. Hasil kegiatan menunjukkan respon positif dan antusiasme tinggi dari masyarakat terhadap inovasi ini, terutama setelah menyaksikan langsung efektivitas penggunaan getah pisang sebagai perekat. Komposisi perekat terbaik diperoleh dari campuran getah pisang dan tepung ketan dengan rasio 2:1 pada konsentrasi 40%, yang mampu menghasilkan nilai kalor tertinggi sebesar 6784,69 cal/gr. Selain meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan energi terbarukan, kegiatan ini juga membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah dan potensi nilai ekonominya. Dengan metode pelibatan masyarakat secara aktif dan pemanfaatan potensi lokal, kegiatan pengabdian ini diharapkan menjadi titik awal dalam pengembangan energi alternatif yang berkelanjutan di daerah pedesaan.
Pembuatan Bioetanol Dari Campuran Kulit Singkong dan Kulit Pisang Kepok dengan Proses Fermentasi Menggunakan Ragi Roti Chatimah, Husnul; Ibrahim, Ishak; Ginting, Zainuddin; Kurniawan, Eddy; Muhammad, Muhammad
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 5 No. 4 (2025): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS)-Agustus 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v5i04.20304

Abstract

Bioetanol pada dasarnya disebut juga molekul etanol atau alkohol yang diproduksi dengan mengaplikasikan mikroorganisme untuk memfermentasi biomassa. Dengan memanfaatkan limbah singkong dan kulit pisang yang dibuang di masyarakat, khususnya oleh pedagang gorengan dan kiripik, tujuan riset ini disebut juga untuk mengidentifikasi sifat-sifat bioetanol yang terbuat dari bahan-bahan limbah tersebut dengan memeriksa kepadatan, rendemen, dan kandungan bioetanolnya. Dengan mengaplikasikan campuran kulit singkong dan kulit pisang (100:0, 50:50, dan 0:100), teknik riset mengaplikasikan hidrolisis, fermentasi, dan distilasi. Variasi massa ragi yang diaplikasikan disebut juga 4 g, 6 g, dan 8 g, beserta waktu fermentasi selama 1, 3, 5, 7, dan 9 hari. Dari hasil riset dapat disimpulkan bahwa hasil terbaik diperoleh dari bahan baku kulit singkong dan kulit pisang kepok (0:100) dengan massa ragi 8 g dan lama fermentasi 9 hari disebut juga kepadatan 0,7907 gr/ml, kadar bioetanol 23,3434%, dan rendemen 4,4155%. Hasil analisis kadar bioetanol dengan GC-MS memaparkan adanya etanol.Kata Kunci:Bioetanol, Densitas, Fermentasi, Kadar Bioetanol dan Yield.
Pembuatan Biochart dari Ampas Tebu (Saccharum Officinarum L) dengan Menggunakan Metode Pirolisis Lambat Faisal; Kamar, Iqbal; Adenia, Irma; Ibrahim, Ishak; Hakim, Lukman
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol. 5 No. 4 (2025): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS)-Agustus 2025
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v5i04.23616

Abstract

Biochart merupakan istilah baru yang digunakan untuk menggambarkan arang (arang yang berserbuk halus) berpori terbuat dari berbagai biomassa. Pada penelitian ini menggunakan limbah ampas tebu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu pirolisis terbaik yang dapat menghasilkan biochart, menilai pengaruh variasi ukuran partikel terhadap karakteristik biochart yang dihasilkan dari ampas tebu, dan mengidentifikasi interaksi antara waktu pirolisis dan variasi ukuran partikel dalam mempengaruhi kualitas biochart. Parameter yang dianalisis meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan kadar karbon terikat. Proses pirolisis dilakukan dengan memasukkan ampas tebu kedalam alat pirolisis dengan suhu 300°C dengan variasi waktu 1jam, 2jam, 3jm dan 4jam. Lalu arang tesebut di haluskan, kemudian diayak menggunakan variasi mesh 40, 60, 80 dan 100. Uji kualitas biochart mengacu pada standart SNI 06-3730-1995 dengan fokus pada kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan kadar karbon terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pirolisis 300°C dan ukuran partikel 100 mesh menghasilkan biochart dengan kualitas terbaik pada waktu 4 jam, yakni kadar air terendah yaitu 1,082%, kadar abu tertinggi yaitu 10,572%, zat volatil terendah yaitu 2,730%, dan karbon terikat tertinggi yaitu 85,616%.