Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Transformasi Lembaga Pendidikan Islam di Minangkabau: Peralihan dari Tradisional ke Modern dalam Perspektif Sejarah dan Dinamika Sosial Nilma Yola; Amri, Mufti Ulil; Thania, Cut Ezha
TADRIBUNA Vol 5 No 1 (2024): Juli-Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Hidayatullah Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61456/tjiec.v5i1.191

Abstract

Tulisan ini bertujuan mengetahui bagaimana transformasi atau perubahan lembaga pendidikan Islam yang terdapat di wilayah Minangkabau mulai dari lembaga tradisional hingga modern. Adapun metode penelitian yang digunakan pada tulisan ini adalah metode penelitian sejarah dengan teknik pengumpulan data dari tinjauan kepustakaan. Setiap sumber yang diperoleh, akan dilakukan kritik sumber baik secara internal maupun eksternal. Kemudian, data yang sudah dikritisi dikelompokkan berdasarkan klasifikasi data masing-masing. Setelah itu dilakukan interpretasi data hasil penelitian dan dituliskan dalam bentuk paragraf serta dilakukan analisis terhadap data-data yang kredibilitas untuk digunakan. Hasil dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan pengetahuan tentang beberapa jenis lembaga pendidikan Islam yang terdapat di wilayah Minangkabau yakni dimulai dari lembaga surau, pesantren, madrasah, pondok pesantren tradisional hingga moderen, serta juga terdapat tiga universitas Islam negeri.
Universalitas Syariat: Nilai-Nilai Transedental Dalam Eksistensi Manusia Siregar, Muhammad Habibi; Amri, Mufti Ulil; Andy.N, Nofri
Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/turast.v12i1.5818

Abstract

This research article describes how the understanding of relation between all elements tis world which reflect of God’s law (sunnatullah). Due if a person begins to realize that he is part of the cosmic world, of course he tries to find the essence of this life in another dimension. It seems that heaven, which is described as a place of pleasure when Allah first created a human named Adam, is on a certain side of that part of the cosmic world. It is assumed that there is a planet that is perfect for supporting human life in other parts of that part of the cosmic world. This is very different from the heaven promised by Allah in the hereafter, giving rise to another interpretation that there is a very perfect planet to support human life. Then the words came down when Allah ordered the Prophet Adam after breaking His command to describe that the location of the promised heaven was above its meaning in the cosmic part itself. Because it is necessary to broaden the horizons of thinking that is more careful in capturing God's messages that are depicted in the qauniyah and qauliyah verses. For the reason, this article shows that many things are not explored in discussing the essence of the creation of Allah's creatures in this world.Artikel penelitian ini menguraikan tentang bagaimana pemahaman tentang hubungan antar seluruh unsur alam semesta yang merupakan refleksi dari hukum Tuhan (sunnatullah). Karena jika seseorang mulai menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari alam semesta, tentu ia akan berusaha mencari hakikat kehidupan tersebut pada dimensi yang lain. Tampaknya surga yang digambarkan sebagai tempat kenikmatan saat pertama kali Allah menciptakan manusia bernama Adam berada pada sisi tertentu dari bagian alam semesta tersebut. Diduga terdapat planet yang sangat sempurna untuk menopang kehidupan manusia di bagian lain dari bagian alam semesta tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan surga yang dijanjikan Allah di akhirat, sehingga memunculkan penafsiran lain bahwa terdapat planet yang sangat sempurna untuk menopang kehidupan manusia. Kemudian turunlah firman tersebut ketika Allah memerintahkan Nabi Adam setelah berbuka untuk menguraikan bahwa letak surga yang dijanjikan tersebut berada di atas maknanya pada bagian alam semesta itu sendiri. Karena itu perlu adanya perluasan cakrawala berpikir yang lebih cermat dalam menangkap pesan-pesan Tuhan yang tergambar dalam ayat-ayat qauniyah dan qauliyah. Oleh karena itu, tulisan ini menunjukkan bahwa banyak hal yang belum tereksplorasi dalam membahas hakikat penciptaan makhluk Allah di dunia ini.
Model Pemerintahan Adat pada Nagari di Sumatera Barat Azwar, Welhendri; Hasanuddin, Hasanuddin; Muliono, Muliono; Permatasari, Yuli; Amri, Mufti Ulil; Yurisman, Yurisman
Jurnal Bina Praja Vol 12 No 1 (2020)
Publisher : Research and Development Agency Ministry of Home Affairs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21787/jbp.12.2020.33-42

Abstract

Law No. 6 of 2014 concerning Villages provides opportunities for indigenous communities to form indigenous village governments. Nagaris have an established government system, and yet it is getting blurry and dysfunctional institutionally as rules and regulations concerning village governments change. This study aims to explore and rediscover the nagari government models according to the Minangkabau customs. Data were collected with a mixed-method approach, including survey, observation, interview, and focus group discussion (FGD) methods. This study found that, first, there are two nagari government models in the Minangkabau customs, namely the aristocratic model and the democratic model. Second, the cultural identity of the Minangkabau society is reflected in the concept of banagari, as the traditional system and the government system as an autonomous and independent entity. Third, the nagari government system accommodates two systems that are running simultaneously, namely the state government system and the indigenous government system, in the context of banagari life by using a system that divides the government into three branches, namely an executive, a legislature, and a judiciary.