Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

DETERMINE THE POLICY TARGET TO INCREASE INSTITUTIONAL DELIVERY AMONG INDONESIAN FEMALE WORKERS Syahri, Isyatun Mardhiyah; Laksono, Agung Dwi; Fitria, Maya; Rohmah, Nikmatur; Lolong, Dina Bisara; Alruwaili, Abdulah Saleh
Indonesian Journal of Health Administration (Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia) Vol. 12 No. 2 (2024): December
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jaki.v12i2.2024.228-237

Abstract

Introduction: Indonesia continues to face a significant challenge in terms of maternal and infant mortality. The government is working to promote the use of health facilities for childbirth to mitigate maternal mortality. Aim: The study aims to determine the policy target to increase the rate of institutional delivery among female workers in Indonesia. Methods: The study analyzed secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey. It conducted cross-sectional research on 30,173 female workers. In addition to institutional delivery as the dependent variable, we examined eight independent variables: residence, age, education, marital status, wealth, insurance, antenatal care (ANC), and parity. The analysis involved bivariate method followed by binary logistic regression in the last stage. Results: Approximately 70.6% of female workers had institutional delivery. Female workers in urban areas were 1.157 times more likely than rural workers to perform institutional delivery (95%CI 1.153-1.161). Three worker characteristics (age, education, and marital status) were related to institutional delivery. Wealthier workers had a greater the possibility of executing institutional delivery. Insured workers were more likely than the uninsured ones to deliver in health facilities. Female workers with adequate ANC were 1.210 times more likely than those with inadequate ANC to execute institutional delivery (95%CI 1.166-1.256). Additionally, women with fewer childbirths had a higher probability of performing an institutional delivery. Conclusion: The policy target to increase institutional delivery was women workers in rural areas who were older, had poor education, were divorced/widowed, were the poorest, had inadequate ANC, were uninsured, and were grand multiparous. Keywords: institutional delivery, institutional birth, maternal health, female worker, public health.
Pelatihan Peregangan pada Pekerja Konveksi Sebagai Upaya Penurunan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Syahri, Isyatun Mardhiyah; Asfriyati, Asfriyati; Sanusi, Sri Rahayu; Mutiara, Erna; Fitria, Maya
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Kesehatan Vol 6, No 2 (2025): Edisi Juli
Publisher : LPPM Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jpmik.v6i2.6530

Abstract

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan salah satu permasalahan kesehatan kerja yang umum dialami oleh pekerja, khususnya di sektor konveksi yang melibatkan posisi duduk membungkuk dan aktivitas berulang dalam jangka waktu lama. Posisi seharusnya dilakukan dengan punggung tetap tegak dan siku sejajar meja kerja untuk mencegah ketegangan otot. Pekerja konveksi di Pusat Industri Kecil (PIK) Kota Medan tergolong kelompok yang sangat rentan terhadap gangguan ini sebab proses kerja yang monoton, repetitif, dan dilakukan tanpa penerapan ergonomi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pekerja mengenai bahaya MSDs serta memberikan solusi praktis melalui pelatihan peregangan yang mudah diterapkan di lingkungan kerja. Metode yang digunakan adalah kombinasi ceramah edukatif dan intervensi peregangan praktis, yang dilengkapi dengan media video peregangan dari Kementerian Kesehatan RI, diskusi interaktif, serta evaluasi dengan pre-test dan post-test. Kegiatan ini diikuti oleh 30 pekerja konveksi dan mencakup tahapan sosialisasi awal, penyuluhan materi, simulasi gerakan peregangan, hingga dokumentasi akhir. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam tingkat pengetahuan pekerja setelah pelatihan, dari 47% menjadi 80%. Selain itu, keluhan nyeri pada leher, bahu dan punggung yang sebelumnya dirasakan banyak peserta mengalami penurunan. Pelatihan ini dinilai sangat relevan dengan kebutuhan mitra, bersifat praktis, tidak memerlukan alat tambahan, dan dapat dilakukan secara mandiri. Dampak positif kegiatan ini tidak hanya terlihat pada aspek pengetahuan, tetapi juga pada perubahan perilaku dan semangat menjaga kesehatan kerja. Keberhasilan program ini menunjukkan potensi replikasi di sektor kerja lain yang memiliki risiko serupa, dengan dukungan pemantauan berkelanjutan untuk hasil yang optimal
Pelatihan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi SMP dan SMA Swasta IT Al Munadi Medan Fitria, Maya; Asfriyati, Asfriyati; Syahri, Isyatun Mardhiyah; Sanusi, Sri Rahayu; Lubis, Halinda Sari; Ishak, Aulia; Situmorang, Syafrizal Helmi
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Kesehatan Vol 5, No 2 (2024): Edisi Juli
Publisher : LPPM Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jpmik.v5i2.6157

Abstract

Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah 9.6 juta kematian per-tahun. Kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita. Kasusnya terdeteksi sekitar 2 juta kanker payudara baru, yang merupakan sekitar 23% dari seluruh jenis kanker. Perempuan adalah kelompok yang berisiko tinggi terkena kanker. Pengobatan kuratif untuk kanker belum tersedia, beberapa pendekatan telah dianjurkan untuk meningkatkan kesadaran melakukan deteksi dini kanker melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan pencegahan kanker payudara harus mendapatkan perhatian khusus, terutama pada anak remaja terutama di sekolah. Siswi dianggap sebagai kader kesehatan di sekolah yang dapat memberikan dampak positif dan meningkatkan kesadaran tentang kanker payudara serta diharapkan dapat membantu menyebarkan pengetahuan dan kesadaran di antara keluarga, teman, dan komunitas mereka secara luas. Pelatihan pemeriksaaan payudara sendiri dilaksanakan pada 169 orang siswi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) serta prakteknya. Hasil kegiatan ini telah terbentuk kader kesehatan sekolah yang menjadi duta kesehatan sekolah yang berasal dari siswa-siswi sekolah yang berjumlah 16 orang yang berasal dari kelas VII sampai kelas X. Kesimpulan dari kegiatan ini yaitu terjadi peningkatan pengetahuan siswi tentang pencegahan kanker payudara serta mampu mempraktekkan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) dengan benar. Telah terbentuk kader kesehatan sekolah untuk meningkatkan komitmen dan kepatuhan siswi-siswi akan deteksi dini kanker payudara.
Dara Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada karyawan Perusahaan Telekomunikasi di Sumatera Utara citra, dara; Syahri, Isyatun Mardhiyah
Jurnal Penelitian Kesmasy Vol 8 No 1 (2025): Jurnal Penelitian Kesmasy
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Deli Husada Delitua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36656/jpksy.v8i1.2652

Abstract

Kelelahan mata merupakan suatu kondisi di mana otot-otot mata dipaksa untuk bekerja berlebih, khususnya saat digunakan untuk melihat objek pada jarak dekat dalam durasi waktu yang cukup lama. Gangguan penglihatan, khususnya kelelahan mata, dapat terjadi karena penggunaan komputer. Berdasarkan data dari Occupational Safety and Health Administration (OSHA), dilaporkan bahwa sekitar 80% dari 40 juta pengguna komputer mengalami kelelahan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada karyawan Perusahaan Telekomunikasi di Sumatera Utara. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pengguna komputer di PLN Icon Plus SBU Regional Sumatera Utara yang berjumlah 51 orang. Pengumpulan data diambil melalui kuesioner VFI, meteran saku, dan lux meter yang kemudian dianalisis menggunakan uji Korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan 36 karyawan (70,6%) mengalami kelelahan mata dan 15 karyawan (29,4%) tidak mengalami kelelahan mata. Keluhan kelelahan mata yang selalu dirasakan oleh karyawan adalah mata terasa berat, penglihatan terasa kabur, penglihatan terasa ganda atau berbayang, mengantuk, sering mengucek mata, dan sakit kepala. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara durasi penggunaan komputer (p value = 0,000), jarak pandang komputer (p value = 0,001), dan tingkat pencahayaan (p value = 0,004) dengan kelelahan mata. Disarankan agar karyawan melakukan istirahat mata dengan metode 20-20-20, mengatur jarak pandang mata dengan monitor minimal 50 cm, instansi diharapkan dapat menerapkan pencahayaan yang sesuai dengan standar, mengadakan program pemeriksaan mata secara rutin, dan memasang antiradiasi pada layar monitor untuk meminimalisir risiko terjadinya kelelahan mata.
The Effect of Lack of Control on Unsafe Action on Workers in the X Apartment Construction Project Salmah, Umi; Syahri, Isyatun Mardhiyah; Syahputra, Dimas Aditya
Jurnal Multidisiplin Madani Vol. 4 No. 6 (2024): June 2024
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/mudima.v4i6.9636

Abstract

Work accidents are generally caused by two main factors: unsafe actions and unsafe conditions. According to the domino theory, lack of control and basic causes are the main causes of hazardous actions. This study aims to analyze the determinants of the causes of unsafe actions in the construction project of X Apartment. This research is a quantitative study with a crossectional design, conducted at the X  Apartment construction project from September 2023 to March 2024. The population was 200 workers, with a sample of 134 workers based on the Slovin formula. Data analysis used linear regression tests and path analysis. The results showed that the highest age was 22-37 years as many as 95 people (70.9%) and the highest level of education among workers was high school as many as 85 people (62.9%). There is an effect of lack of control on unsafe action (0.001), It is recommended that workers pay attention to their physical capabilities and not push themselves beyond the limits of their physical abilities. Management is also expected to pay attention to the physical capabilities of workers to avoid unsafe acts
Non-Ergonomic Posture and Repetition with Low Back Pain Complaints in Bakers Khairani, Rahmadina; Silaban, Gerry; Syahri, Isyatun Mardhiyah
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 7 No. 1 (2023): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v7i1.666

Abstract

Abstrak Postur tidak ergonomik dan repetisi dalam bekerja meningkatkan resiko mengalami keluhan low back pain. Tujuan penelitian ini ialah menganalisis hubungan postur tidak ergonomik dan repetisi dengan keluhan low back pain pada pembuat kue. Penelitian ini merupakan observational analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 69 orang, sementara sampel sebesar 62 orang dipilih dengan purposive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi. Keluhan low back pain diukur dengan instrumen Visual Analog Scale serta pemeriksaan fisik sederhana berupa pemeriksaan spasme otot punggung bawah, tungkai atas, tungkai bawah dan dilanjutkan dengan lesegue test. Postur tidak ergonomik dan repetisi diukur menggunakan lembar observasi RULA dan timer. Analisis data yang digunakan adalah uji Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara postur tidak ergonomi dan repetisi dengan keluhan low back pain (p=0.010; p=0.041<0,05). Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan kepada pemilik usaha dalam mengambil kebijakan terkait kesehatan kerja khususnya low back pain serta dapat meningkatkan kesadaran pekerja untuk memperhatikan pola hidup yang sehat serta aktifitas fisik guna meminimalisir risiko nyeri. Kata kunci: low back pain, postur, repetisi     Abstract A posture that is not ergonomic and repetitive at work increases the risk of experiencing low back pain complaints. The study aimed to analyze the correlation between non-ergonomic posture and repetition with complaints of low back pain in cake makers. The study was an observational analytic with a cross-sectional approach. The population was 69 people, 62 samples were selected by purposive sampling with the inclusion criteria. Complaints of low back pain were measured using the Visual Analog Scale instrument as well as a simple physical examination in the form of examining the muscle spasms of the lower back, upper limbs, lower legs and followed by a lesegue test. Non-ergonomic postures and repetitions were measured using the RULA observation sheet and a timer. The data analysis used the Pearson test. There was a significant positive correlation between non-ergonomic posture and repetition with complaints of low back pain (p=0.010; p=0.041<0.05). This research can provide information as material for consideration to business owners in making policies related to occupational health, especially low back pain, and can increase worker awareness to pay attention to a healthy lifestyle and physical activity to minimize the risk of pain. Keywords: low back pain, posture, repetition
Analysis of the Casual Factors of Musculoskeletal Disorders Complaints in Crane Operator Workers Batubara, Zsa Zsa Dwita Sari; Silaban, Gerry; Syahri, Isyatun Mardhiyah
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 7 No. 1 (2023): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v7i1.667

Abstract

Abstrak Gangguan muskuloskeletal menyebabkan kerusakan yang terjadi pada otot, tendon, ligamen, saraf perifer, sendi, tulang rawan dan/atau pembuluh darah pendukung. Kondisi tersebut diperburuk oleh keadaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab terjadinya keluhan gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik dan pendekatan cross-sectional. Besar sampel 63 orang dipilih dengan purposive sampling. Data keluhan gangguan muskuloskeletal dikumpulkan dengan kuesioner survei keluhan GOTRAK oleh SNI 9011:2021, penilaian postur kerja menggunakan SNI 9011:2021 Pengukuran dan evaluasi potensi bahaya ergonomi di tempat kerja, getaran menggunakan alat human vibration meter, aktifitas fisik menggunakan kuesioner PAL dan kelelahan menggunakan alat ukur reaction timer. Data dianalisis menggunakan uji spearman untuk melihat korelasi dan regresi linier berganda. Nilai koefisien postur kerja sebesar 0,264 p < 0,001, getaran sebesar 0,440 p < 0,001) berpengaruh positif terhadap gangguan muskuloskletal. Faktor risiko pekerjaan dengan gangguan muskuloskletal, interaksi getaran dengan aktifitas fisik memiliki nilai koefisien paling penting yaitu 3,128, diikuti oleh postur kerja dengan usia sebesar 0,250. Ada hubungan yang searah antara postur kerja dan getaran terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal serta semua faktor moderasi. Kata kunci: gangguan muskuloskeletal, operator crane, postur kerja, getaran, GOTRAK Abstract Musculoskeletal disorders cause damage to muscles, tendons, ligaments, peripheral nerves, joints, cartilage, and supporting blood vessels. The condition is exacerbated by working conditions. This study aimed to analyze the factors that cause complaints of musculoskeletal disorders. This research was quantitative research with an analytic descriptive method with a cross-sectional approach. A sample of 63 people was selected by purposive sampling. Data on complaints of musculoskeletal disorders were collected using the GOTRAK complaint survey questionnaire by SNI 9011:2021, assessment of work posture using SNI 9011:2021 Measurement and evaluation of potential ergonomic hazards in the workplace, vibration using the human vibration meter, physical activity using the PAL questionnaire, and fatigue using reaction timer measuring device. Data were analyzed using the Spearman test to see a correlation and multiple linear regression. The work posture coefficient 0.264 p<0.001, and vibration 0.440 p<0.001) had a positive effect on musculoskeletal disorders. The occupational risk factors with musculoskeletal disorders and vibration interactions with physical activity had the most important coefficient value of 3.128, followed by work posture with an age of 0.250. There is a direct correlation between work posture and vibration on complaints of musculoskeletal disorders and all moderating factors. Keywords: musculoskeletal disorders, crane operators, work posture, vibration, GOTRAK