Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENERAPAN WARNA DENGAN TEKNIK TRADISONAL BALI PADA KERAJINAN WAYANG KULIT DI DESA PUAYA SUKAWATI Suryana, Wawan; Sukayasa, Komang Wahyu
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 3, No 1 (2015): REALITAS TRADISI DALAM PERSEPSI VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa STSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The art in Bali have a close link with the religious, belief and tradition rituals. They cannot be separated from one another. They have become a part of Bali community. The handicraft tha have grown in Bali can be categorized into two. The first one is those that have a close connection with religious rituals, and the second is the ones that have a close connection with use materials. Among the handicraft products that this centre has produced is the leather pupper handicraft. This handicraft has a wide-ranging meaning and very monumental. This handicraft has been made to meet three different needs. Initially, it was made to meet the needs of religious rituals. Then, it was made to meet the needs of art performance. And recently, it has been made for trading purpose. Sukawati is one of the famous development centers for this industry. This industrial area has been able to sell this handicraft to both domestic and international market. In addition, one of its sub-areas, Puaya Village, has been successful in combining between the traditional technique and modern colors for this handicraft.Keywords: Craft, Wayang, Traditional, Coloring___________________________________________________________________ Kesenian di Bali sangat erat hubungannya dengan upacara agama, kepercayaan dan adat istiadat. Kesemuanya merupakan suatu rangkaian kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut hidup dan berkembang secara bersamaan di tengah-tengah masyarakat Bali. Kerajinan rakyat yang berkembang di Bali dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu seni kerajinan yang bertalian erat dengan upacara agama dan seni kerajinan yang berhubungan dengan benda pakai. Dari berbagai jenis kerajinan yang ada, salah satunya adalah seni kerajinan wayang. Kerajinan ini memiliki makna yang luas dan sangat monumental. Kerajinan wayang pada mulanya dibuat untuk kepentingan agama, selanjutnya sebagai seni pertunjukan dan dalam perkembangannya kini ada yang diperjual-belikan. Daerah Sukawati merupakan salah satu pusat pengembangan kerajinan wayang kulit yang dipasarkan secara domistik dan manca negara. Proses pembuatan wayang kulit di desa Puaya menggunakan teknik tradisional dengan warna-warna modern yang memiliki daya tarik tersendiri.Kata Kunci: Kerajinan, Wayang, Kria Tradisional, Pewarnaan
Visualisasi Topeng Barongan di Blora, Jawa Tengah Suryana, Wawan; Rahim, Muhamad Ali
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 9 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v9i1.43750

Abstract

One of the traditional crafts of the Indonesian people is masks, mask crafts almost every region or tribe has a tradition of making masks, especially masks made of wood, this is because Indonesia has many very fertile wood forests. The problem is what is the philosophical meaning of the Barongan mask in Blora. The research method uses qualitative descriptive. The results are that many craftsmen make their work made of wood, namely the village of Brabowan Blora, Central Java Province, one of the villages in Blora, the community lives from the craft of making barongan masks that utilize teak wood waste. The findings of this study are that the art of barongan masks is thriving in Blora so that it indirectly develops other infrastructure, one of which is the home industry for making barongan masks, with the existence of a home industry indirectly barongan masks continue to be produced in the village of Brabowan barongan masks live and can support other Blora people Abstrak Salah satu kerajinan tradisi masyarakat nusantara adalah topeng, kerajinan topeng hampir tiap daerah atau suku mempunyai tradisi pembuatan topeng terutama topeng yang terbuat dari bahan kayu ini disebabkan karena Indonesia banyak tumbuh hutan kayu yang sangat subur. Permasalahannya apa makna filosofis dari topeng Barongan di Blora. Metode penelitian, menggunakan deskriptif kualitatif. Hasilnya banyak pengrajin membuat karyanya terbuat dari kayu adalah desa Brabowan Blora Provinsi Jawa Tengah salah satu desa di Blora masyarakatnya hidup dari kerajinan membuat topeng barongan yang memanfaatkan limbah kayu jati. Temuan penelitian ini kesenian topeng barongan tumbuh subur di Blora sehingga secara tidak langsung menumbuh kembangkan infrastruktur lainnya salah satunya adalah home industri pembuatan topeng barongan, dengan adanya home industri secara tidak langsung topeng barongan terus di produksi di desa Brabowan topeng barongan hidup dan bisa menghidupi masyarakat Blora lainnya.
Visualisasi Perempuan Heroik Dari Majapahit dalam Karya Seni Lukis Kontemporer Abidin, Zeta Ranniry; Suryana, Wawan
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 9 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v9i1.44187

Abstract

The Majapahit Kingdom represents a significant chapter in the history of the Nusantara and is considered a foundational precursor to the formation of Indonesia. This study centers on one of its prominent figures, the Maharani of Majapahit, Gayatri Rajapatni. Not many have recorded the history of the greatness of Majapahit in politics, culture, and art until it is conveyed to the young generation of Indonesia today. Presenting this in a more contemporary way and acceptable to the younger generation is a challenge in itself. This study aims to visualize the history of Majapahit into the visual language of contemporary painting so that it can touch the interests of the younger generation. This objective is pursued through a qualitative descriptive method combined with a visual language approach. The research sample consists of a sculpture originating from the Majapahit Kingdom. The result are presented as digital paintings that visually interpret and represent the historical narrative of Majapahit. So, the potential for color and visual tendencies will be more progressive and contemporary. Abstrak Kerajaan Majapahit merupakan sejarah kebesaran atas Nusantara yang menjadi cikal bakal berdirinya Indonesia. Fokus penelitian ini bertumpu pada Maharani Majapahit yaitu Gayatri Rajapatni. Belum banyak yang merekam sejarah kebesaran Majapahit baik dalam politik, budaya, dan seni hingga tersampaikan ke generasi muda Indonesia saat ini. Mempresentasikan hal tersebut dengan cara yang lebih kekinian dan dapat diterima generasi muda merupakan sebuah tantangan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk memvisualisasikan sejarah Majapahit dalam aspek politik, budaya, dan seni ke dalam bahasa rupa lukisan kontemporer sehingga mampu menyentuh minat generasi muda. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan bahasa rupa. Sampel penelitian ini adalah karya seni patung yang digagas dari kerajaan Majapahit. Hasil penelitian berupa karya seni lukis kontemporer yang merepresentasikan sejarah Kerajaan Majapahit dalam kajian politik, budaya, dan seni dalam bahasa visual kontemporer. Jadi, potensi akan kecenderungan warna dan visual akan lebih progresif dan kekinian.
TRANSFORMASI VISUAL TOPENG BARONGAN DI DESA PANJER KECAMATAN PLOSOKLATEN KABUPATEN KEDIRI Suryana, Wawan; Ali Rahim, Muhamad; Rakhmatdyanti, Nosy
SIBATIK JOURNAL: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, Dan Pendidikan Vol. 4 No. 6 (2025)
Publisher : Penerbit Lafadz Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/sibatik.v4i6.2765

Abstract

Panjer Village is located in Plosoklaten District, Kediri Regency, famous for making barongan mask artwork made from wood waste and animal skin. The community lives together and holds fast to customs and traditions. In addition to making masks, they also work as farmers, plantation workers and construction workers as their livelihoods. The purpose of this study was to determine the visual expression of barongan artwork initiated from used goods (wood and leather waste). The research method used was a qualitative descriptive method. The results of this study indicate that the visual expression of the barongan mask has undergone a transformation in the form of shape, appearance, material, and coloring. This transformation is caused by innovation, artist creativity, progress in the era, as well as the socio-cultural environment and market demands.
Revitalisasi Makna dan Estetika Batik Parang: Dari Sakralitas Keraton ke Ekspresi Kontemporer Pandanwangi, Ariesa; Ernawan, Erika; Suryana, Wawan; Effendi, Ismet Zainal
Ganaya : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8 No 3 (2025)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/ganaya.v8i3.4744

Abstract

Parang batik is a very important form of cultural heritage, possessing sacred value. This batik originated from the palace environment and was worn by a limited circle. The challenge arose regarding how to revitalize the Parang motif so that it could be accepted and worn by the younger generation without losing its philosophical value. The goal was to introduce new values to the Parang batik motif, with the hope that it could be integrated into the creative industry in the future. A qualitative descriptive method with a historical approach was used to uncover the origins of the Parang batik motif and its philosophical meaning. An artistic approach was then used to reveal the results of the revitalization, which were analyzed through visual objects. The composition, pattern structure, and color were analyzed to reveal the results of the revitalization. This process involved adjusting the visual form while maintaining the motif's identity. However, aesthetic touches were added that were in line with the tastes of the younger generation. The results obtained include samples of Parang batik from the revitalization process. The background of the Parang motif was retained, but additional visual elements in the form of horizontal floral arrangements were added at the bottom of the fabric, creating a more modern compositional dynamic. The floral pattern is repeated vertically in bold colors, which differs from the traditional, more muted colors. This study concludes that the revitalization of Parang batik was achieved by using striking colors while maintaining the background of the Parang motif.
Pelatihan SDGs melalui Praktik Ikat Celup untuk Remaja di Kampung Sindangsari Desa Ciwideuy Pandanwangi, Ariesa; Ernawan, Erika; Effendi, Ismet Zainal; Suryana, Wawan; Ratnadewi
Jurnal Atma Inovasia Vol. 5 No. 5 (2025)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v5i5.11286

Abstract

Kampung Sindangsari, Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey, memiliki sekelompok remaja, yang tergabung dalam kader posyandu. Mereka memiliki aktivitas yang dapat dimanfaatkan baik untuk ibu dan anak juga remaja setempat. Selain itu, pentingnya peningkatan kegiatan remaja di Kampung Sindangsari menjadi perhatian utama. Selain itu juga, aktivitas ikat celup dapat menjadi sarana pemberdayaan bagi remaja, mengingat keterampilan ini tidak hanya melatih kreativitas, tetapi juga dapat membuka peluang ekonomi baru. Dengan melibatkan remaja dalam kegiatan positif seperti ini, diharapkan mereka bisa lebih aktif dan memiliki keterampilan yang bermanfaat untuk masa depan. Langkah ini penting untuk memperkuat posyandu sebagai pusat kegiatan sosial dan kesehatan yang dinamis dan relevan dengan kebutuhan komunitas setempat. Permasalahan dalam pengabdian ini bagaimana meningkatkan ketrampilan remaja yang mengedukasi dan dapat menjadi mentor selanjutnya bagi remaja lainnya. Tujuannya agar dapat meningkatkan kreativitas dalam proses pembelajaran seni rupa di sekolah. Metode yang dipergunakan adalah metode participation action reseach (PAR). Temuan dalam pengabdian ini para remaja pada awalnya mengalami kesulitan namun ketika diberikan pendampingan mereka dapat melakukan proses kreatifnya dengan baik. Evaluasi dilakukan berbasis penilaian artistik dengan indikator teknik pewarnaan dan jejak lipatan yang dihasilkan dari teknik ikat celup. Melalui wawancara langsung dengan ke 33 peserta, diperoleh masukan berupa kepuasan hasil pelatihan, dan semangat untuk membuat kembali dengan kain yang mereka miliki masing-masing. Hasil dari pengabdian ini, peserta dapat meningkatkan ketrampilannya melalui teknologi sederhana yaitu metode lipat sama kaki, persegi, cara pewarnaan, dan hasilnya beragam motif dapat diciptakan oleh 33 peserta dengan warna-warna yang kontras.