Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS PENERAPAN LEAN SIX DALAM MENINGKATKAN TURNAROUNDTIME(TAT) DI LABORATORIUM KLINIK PRODIA BANDUNG Fithriyah, Ghina; Gustira Rahayu, Ira; Kurniawan, Entuy; Wahyuni, Yeni
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 4 No. 3 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dengan menetapkan penyebab penyakit, menunjang      sistem                        kewaspadaan   dini,         monitoring  pengobatan, pemeliharaan kesehatan, dan pencegahan timbulnya penyakit. Laboratorium Klinik Prodia adalah Perusahaan           yang    bergerak                      dalam     bidang  pelayanan  kesehatan           khususnya laboratorium klinik yang sangat memperhatikan mutu hasil. Kesalahan baik pada tahap pra-analitik, analitik maupun post-analitik atau sering disebut laboratory error yang dapat mempengaruhi akurasi hasil pemeriksaan laboratorium. Dalam menghadapi persaingan yang ketat, Laboratorium Prodia dituntut untuk bekerja dengan professional, sehingga dalam hal ini menuntut pula Laboratorium Klinik Prodia Bandung untuk bekerja dengan lebih professional. Selain itu Laboratorium Klinik Prodia Bandung dituntut menjaga TAT (Turnaround time).Terlambatnya hasil pemeriksaan yang diberikan kepada pasien bisa penyebabkan potensial ketidakpuasan. Penelitian ini bertujuan Untuk Mengetahui Nilai Sigma Untuk Evaluasi TurnAroundTime (TAT), mengetahui adanya waste pada evaluasi TAT dan memberikan solusi serta usulan tindakan perbaikan dalam meningkatkan TAT di Prodia Bandung. Penelitian ini mengevaluasi                        TAT(Turn         Around     Time)     periode     Januari-Juni2023.     Peneliti mengidentifikasi aktivitas-aktivitas layanan dan mengevaluasinya dengan metode Lean Six Sigma, yaitu perpaduan antara metode Lean thinking dan Six Sigma. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya perbaikan proses dalam lima langkah kerja Six Sigma (DMAIC) dengan mengidentifikasi sembilan jenis waste (E-DOWNTIME). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar waste yang terjadi selama periode Januari- Juni 2023 adalah W (Waiting), O (Over Production) dan E (Excess processing). 
ANALISIS PELAPORAN NILAI KRITIS HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DI RUMAH SAKIT MAYJEND HM RYACUDU KABUPATEN LAMPUNG UTARA Hidayat, Rahmat; Kurniawan, Entuy; Rahayu, Ira Gustira; Wiryanti, Wiwin
Jurnal ARSI : Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Critical values are abnormal values indicating high-risk/pathophysiological conditions that threaten the patient's life and require immediate medical intervention. Reporting critical laboratory values must be done quickly and accurately to the patient's responsible physician (DPJP) to ensure prompt and appropriate treatment. The aim of this study is to understand the reporting of critical laboratory values and its impact on the clinical decisions of doctors. This research uses both quantitative and qualitative methods with a descriptive analysis approach. Data collection was conducted through in-depth interviews, documentation, and observation. Informants were 15 DPJP. The results of this study show that the reporting system for critical laboratory values is functioning well/appropriately, with an average reporting time of 14.6 minutes, the fastest being 9 minutes, and the longest being 22 minutes. However, some DPJPs desire faster reporting times because the current system still uses manual methods, such as mobile phone calls or direct delivery of critical lab results to the ward by staff. Consequently, if there are disruptions in mobile phone service or a shortage of staff, it can take longer. Meanwhile, the timeliness of reporting and the accuracy of critical laboratory values in relation to the doctor's clinical decisions have been satisfactory/appropriate.
ANALISIS UNIT COST PEMERIKSAAN BREAKPOINT CLUSTER REGION - ABELSON (BCR-ABL) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Permana, Gusti Putra; Rahayu, Ira Gustira; Kurniawan, Entuy; Rohayati, Rohayati
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 4 No 2 (2024): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v4i2.2151

Abstract

Latar Belakang: Breakpoint Cluster Region Abelson (BCR-ABL) adalah pemeriksaan untuk mendeteksi ekspresi fusi protein BCR-ABL yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi ada atau tidaknya Kromosom Philadelphia (Ph 1 chr). RSUP Dr. Hasan Sadikin melakukan pemeriksaan BCR-ABL dengan metode PCR. Harga pemeriksaan ini terhitung mahal dan tidak ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga laboratorium harus melakukan pooling sampel untuk menekan unit cost hal ini menyebabkan waktu tunggu hasil pemeriksaan BCL-ABL menjadi 1 bulan. Terdapat metode lain pemeriksaan BCR-ABL yaitu Tes Cepat Molekuler (TCM) yang diwakili GenXpert yang memiliki sensitivitas yang sama dengan metode PCR. Dengan metode TCM pemeriksaan ini dapat segera dikerjakan dan hasil dapat dikeluarkan pada hari yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi unit cost pemeriksaan BCR-ABL menggunakan TCM dibandingkan dengan PCR. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif secara kuantitatif dengan desain menghitung unit cost berdasarkan biaya-biaya dari aktivitas yang dilakukan dari pemeriksaan PCR dan TCM mulai dari pasien datang hingga keluar hasil. Populasi dari penelitian ini adalah reagen PCR BCR-ABL dan TCM BCR-ABL di logistik laboratorium dan sedangkan sampel dari penelitian ini adalah pasien yang diperiksa BCR-ABL di RSUP Dr. Hasan Sadikin. Hasil: Diperoleh unit cost dari pemeriksaan BCR ABL metode TCM yaitu Rp.2.338.246,00 dan unit cost dari pemeriksaan BCR ABL metode PCR yaitu Rp.6.816.739,00 dengan selisih selisih Rp.4.502.460.00. Kesimpulan: Bahwa metode TCM adalah yang paling efektif dan efisien untuk pemeriksaan BCR-ABL dengan harga yang lebih murah dan waktu tunggu pemeriksaan lebih cepat. Kata Kunci : BCR ABL, Unit Cost , Tes Cepat Molekuler
PERBANDINGAN LAMA WAKTU PENUNDAAN SPESIMEN FESES TERHADAP PEMERIKSAAN SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN METODE KATO−KATZ Jenita Nurrafikasari, Putri; Sulaeman; Sundara Mulia, Yuliansyah; Kurniawan, Entuy
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 5 No. 2 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Soil transmitted helminth (STH) is a parasitic worm whose spread requires soil media. The spesieses of STH that infect humans are Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, and Ancylostoma duodenale. The Kato-katz method is easy to perform but requires accuracy in counting the number of worm eggs. The number of worm eggs found can be influenced by the length of time the sample is delayed. This research aims to determine the difference in the number of STH eggs based on the length of time delayed fresh feces samples in less than 3 hours and delayed feces samples less than 72 hours using the Kato-katz method. The research was conducted with feces samples from Padjadjaran University which indicated the presence of STH eggs. The results found in the delayed feces samples < 72 hours eggs are less than in fresh feces samples in < 3 hours. The number of Ascaris lumbricoides eggs in fresh samples in < 3 hours was 4,950 EPG while in samples delayed < 72 hours was 3,495 EPG. The number of Trichuris trichiura eggs in fresh samples in < 3 hours was 510 EPG while in samples delayed < 72 hours was 450 EPG. Based on Twoway Anova test obtained sig value. < 0.05 from the time delay to the results of the eggs found, namely 0.037. So, it can be interpreted that there is an influence in the length of time delayed examination of feces samples on the number of Soil transmitted helminth eggs found.
PERBANDINGAN METODE KATO – KATZ DENGAN METODE STOLL UNTUK PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTH PADA SAMPEL FESES Octania nugraha, Hanayori; Sulaeman; Sundara, Yuliansyah; Kurniawan, Entuy
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 5 No. 2 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Soil transmitted helminth (STH) is a group of intestinal parasitic worms of the nematode class that can cause human infection through soil contaminated with their eggs or larvae. Soil transmitted helminth types that most commonly infect humans are Ascaris lumbricoides (A. lumbricoides), Trichuris trichiura (T. trichiura) and hookworms (Necator americanus (N. americanus) and Ancylostoma duodenale (A. duodenale). The intended purpose of this study is to determine the similarity of worm egg identification results between the Kato-Katz and the Stoll method. The statistical analysis applied in this study is Paired T test. The results of this study showed that the Kato-Katz and Stoll methods applied to five feces samples indicated Soil Transmitted Helminth (STH) worms in the laboratory of the Poltekkes Kemenkes Bandung found the presence of the two most common types of worm eggs; Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura. Meanwhile, hookworm eggs were not found in the two methods. It was found that the number of Ascaris lumbricoides eggs was more when compared to Trichuris trichiura. Statistical data identified that both methods had a normal distribution (Shapiro-Wilk test) with a difference (Paired T_test, p=0.024). Where the most eggs were found in the Kato-Katz method. The Kato-Katz and Stoll methods for Trichuris trichiura had a correlation (r=0.893, p=0.0001). The sensitivity of these two methods is 100%, but the specificity cannot be calculated because all samples were positive for STH. Therefore, WHO recommends the Kato-Katz method in the examination of STH infection because it is superior in the detection of worm eggs.
ANALISIS RENCANA PENGEMBANGAN LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS SINDANGWANGI KABUPATEN PANGANDARAN Rizal Apriansyah Pratama; Kurniawan, Entuy; Feisal Rinaldi, Sonny; Gustira Rahayu, Ira
Journal of Health Service Management Vol 28 No 02 (2025)
Publisher : Departemen of Health Policy and Management, Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281 Telp 0274-547490

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpk.v28i02.19268

Abstract

Latar belakang: Transformasi pelayanan primer di Indonesia menuntut laboratorium Puskesmas melaksanakan fungsi tambahan sesuai fungsi labkesmas Tingkat 1. Penambahan tersebut merupakan gambaran dari perubahan yang akan dihadapi oleh organisasi sehingga memerlukan strategi perencanaan yang baik dalam mengembangkan fungsi laboratorium untuk meminimalisasi ketidaktepatan pengambilan keputusan. Puskesmas Sindangwangi yang merupakan Puskesmas yang memiliki laboratorium didalamnya perlu mempersiapkan perencanaan untuk mengembangkan laboratoriumnya sesuai standar labkesmas tingkat 1. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang dihadapi serta memformulasikan strategi untuk pengembangan laboratorium, kemudian membentuk indikator kinerja utama dan program kerja strategis dalam mengembangkan laboratorium Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Pangandaran sesuai kriteria Labkesmas tingkat 1. Metode: Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang akan disajikan secara deskriptif berdasarkan pengambilan data melalui wawancara mendalam (Depth interview), Focus Group Discussion (FGD), observasi dan dokumentasi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 8 peluang dan 2 tantangan yang dihadapi organisasi serta memiliki 6 kekuatan dan 5 kelemahan dengan perolehan skor matriks EFE (3.12) dan IFE (2.68). Skor tersebut menggambarkan posisi organisasi pada posisi Growth and Build sehingga strategi yang dibentuk pada matriks TOWS adalah strategi intensif atau agresif. Terdapat 5 strategi prioritas hasil analisis dengan matriks QSPM dan terbentuk 14 indikator kinerja yang dikelompokan menjadi 5 indikator kinerja utama dan program kerja strategis yang ditargetkan terlaksana ditahun 2025 hingga 2028 dengan pertimbangan aspek ekonomi, sumber daya manusia dan budaya organisasi. Kesimpulan: Gambaran laboratorium Puskesmas Sindangwangi didukung oleh regulasi dari pemerintah pusat dan daerah, sistem pengajuan kebutuhan, program universal health coverage (UHC), sasaran program dari demografi masyarakat yang mendukung dan geografi Puskesmas yang strategis, namun terdapat tantangan berupa penyelenggaraan teknis yang belum mendetail serta penurunan pendapatan daerah yang berpengaruh pada alokasi anggaran ke Puskesmas. Kekuatan organisasi terletak pada ketersediaan SDM, sistem pelayanan primer yang terintegrasi dengan 3 sumber anggaran serta tata kelola, komitmen organisasi yang baik dan sarpras yang masih ada dari di laboratorium sebelumnya. Kelemahan organisasi belum sepenuhnya memiliki peralatan yang dibutuhkan, peran laboratorium belum optimal pada beberapa program, alokasi anggaran yang terfragmentasi, ketersediaan komponen penunjang yang belum optimal dan perjanjian kerja sama dengan jejaring Puskesmas yang belum diperbarui. Hasil analisis memperoleh 5 strategi yang direncanakan melalui 5 indikator kinerja utama dan program kerja strategis yang diarahkan pada pembangunan gedung, pemenuhan kebutuhan dasar labkesmas tingkat 1, peningkatan kompetensi SDM serta pengembangan sistem yang ditargetkan seluruhnya pada tahun 2028 sesuai roadmap dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Analisis Unit Cost Quality Control Kimia Klinik dengan Metode Activity Based Costing di Laboratorium Rumah Sakit Paru dr. H. A. Rotinsulu Suryadi, Arfiah Azzahra Nissa; Kurniawan, Entuy; Rahayu, Ira Gustira; Rinaldi, Sonny Feisal; Hidayatullah, Taufik
Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science Vol 6 No 1: April 2025
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53699/joimedlabs.v6i1.192

Abstract

Hospital laboratories must comply with quality and safety standards as they are responsible for patients' health test results. Laboratory test results must be reliable, so the quality of laboratory services needs to be improved, including implementing quality control measures. Conducting a unit cost analysis for quality control activities is necessary to determine the expenses incurred for each quality control activity. The objective of this writing is to determine the unit cost for Clinical Chemistry Quality Control in the laboratory using the Activity-Based Costing method. Data collection techniques include interviews, observations, and document studies. Various costs are involved in determining the ABC method, including labor costs, depreciation costs for equipment or buildings, and other costs. In addition to cost data, cost drivers are also important in determining them. The equipment used in this research is the Sysmex BX with a total of 14 examination parameters, including glucose, total bilirubin, direct bilirubin, SGOT / AST, SGPT / ALT, total protein, albumin, urea, creatinine, uric acid, cholesterol, triglycerides, HDL, LDL. Based on the research results, the cost of QC for clinical chemistry examinations is Rp. 102,477