Articles
POLA SEBARAN SEDIMEN DI KOLAM DERMAGA JAMRUD NILAM BERLIAN DAN MIRAH DI PELABUHAN TANJUNG PERAK,SURABAYA
Sasi, Gea Amara;
Bintoro, Rudi Siap;
Widagdo, Supriyatno
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 2, No 1: April 2020
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v2i1.38
Tanjung Perak Surabaya, sebagai salah satu Pelabuhan yang sangat ramai berpotensi mengalami pendangkalan yang disebabkan oleh pengendapan atau penumpukan sedimen suspense maupun material sedimen lainnya yang terbawa oleh arus yang menuju masuk ke Pelabuhan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola sebaran sedimen. Data penelitian meliputi data utama dan data pendukung, data utama berupa sampel sedimen grab, sampel sedimen trap, peta batimetri, data pendukung berupa arus, pasut, dan konsentrsi TSS. Metode yang digunakan dalam penelitian metode sampling dan menganalisis hasil sampel sedimen di laboratorium. Hasil dari 9 stasiun pengamatan di Pelabuhan Tanjung Perak menunjukan Jenis sedimen yang didominasi oleh Silt Clay Loam,, nilai konsentrasi TSS 0.32-0.07 (g/l). Kecepatan laju sedimentasi yang terakumulasi berkisar antara 0.124-1.233(g/ml/hari). Overlay peta batimetri menunjukkan adanya sebaran endapan sedimen di area pintu masuk Pelabuhan tanjung Perak(tengah).
KAITAN FASE IOD DENGAN FAKTOR MET-OCEAN DI PERAIRAN BARAT DAN SELATAN SUMATERA
Taruna, Ananda Rizki;
Widagdo, Supriyatno;
Prasetyo, Eko
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 1, No 1: April 2019
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v1i1.21
Tujuan kajian ini adalah untuk identifikasi fase Indian Ocean Dipole (IOD), yang dipakai untuk mengetahui keterkaitan interaksi antara faktor meteorologi dan oseanografi. Identifikasi menggunakan korelasi Pearson, sedangkan analisis spasial menggunakan Inverse Distance Weight (IDW). Kajian dilakukan di Perairan Barat dan Selatan Sumatera. Fase IOD tahun 2015 dan 2010 terjadi 2 kali fase. Fase IOD negatif (-) normal tahun 2015 selama 2 periode yakni Februari-Maret, IOD positif (+) selama 10 periode dan IOD positif lemah terjadi selama 6 periode mulai Juni hingga November. Tahun 2010 kejadian IOD positif selama 10 periode, fase normal 8 periode dan fase lemah selama 2 periode (Maret-April). Konfigurasi tahun 2015 saat IOD negatif normal berkorelasi sangat sempurna terhadap seluruh parameter pada Musim Barat, koefisien seluruh parameter yakni direntang 0,8≤r≤1. Interaksi saat IOD fase positif lemah yakni berkorelasi sangat kuat terhadap curah hujan, berkorelasi baik terhadap kecepatan angin yang meningkat dan cukup baik terhadap penurunan SST selama Musim Timur. Periode tahun 2010 kejadian IOD positif lemah terjadi di Musim Peralihan, sifat hubungan terhadap curah hujan Nias-Padang sangat kuat sedangkan hubungan korelasi terhadap lainya sangat buruk. Fase IOD negatif terjadi selama Musim Peralihan 2, hubungan korelasi terhadap seluruh parameter tidak dapat dijadikan acuan karena hanya terdapat 2 variansi data bulanan. Berdasarkan hasil analisis, karakteristik fase IOD tahun 2015 lebih terlihat jelas mengakibatkan perubahan faktor met-ocean.
SEBARAN SALINITAS DAN TEMPERATUR PERMUKAAN PADA SAAT SPRING TIDE DAN NEAP TIDE DI ESTUARIA SUNGAI PORONG, SIDOARJO
Saadah, Via Hofsotus;
Widagdo, Supriyatno
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 2, No 1: April 2020
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v2i1.39
Wilayah perairan estuari sungai Porong perairan yang merupakan campuran massa air tawar dan air laut. Campuran massa air tersebut sangat terkait oleh distribusi salinitas, temperatur tehadap pasang surut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan sebaran salinitas dan temperatur pada saat pasang dan surut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel secara insitu dan diolah menjadi peta tematik menggunakan software ArcMap 10.0 untuk mengetahui persebaran salinitas dan temperatur di perairan Estuari Sungai Porong. Nilai sebaran salinitas tertinggi saat spring tide sebesar 12‰, sedangkan sebaran salinitas terendah saat neap tide sebesar 1‰, saat air pasang bergerak kearah hulu, pengangkutan salinitas dari air asin masuk ke sungai pada kondisi pasang memberikan pengaruh naiknya nilai salinitas, begitu juga sebaliknya, saat surut air dari daratan masuk ke sungai membawa air tawar mengalir ke muara. Sebaran temperatur permukaan terendah saat spring tide 28.57°C, dan tertinggi saat neap tide 36.59°C. saat pasang air laut membawa temperatur yang rendah ke arah muara, begitupun saat surut air pasokan dari daratan menyebabkan temperatur permukaan di sungai menjadi hangat.
KARAKTER PARAMETER METEO-OSEANOGRAFI DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISTRIBUSI SALINITAS DI PERAIRAN UTARA DAN SELATAN JAWA TIMUR
Erfanda, Alfian;
Widagdo, Supriyatno
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 2, No 1: April 2020
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v2i1.35
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting dalam siklus hidrologi. Untuk mengetahui parameter pendukung curah hujan yang lebih kompleks maka dilakukan analisis parameter Met-Ocean antara perairan Utara dan Selatan Jawa. Penelitian ini penting mengingat pulau Jawa merupakan pusat perekonomian,pertanian serta perikanan di Indonesia sehingga memiliki kaitan yang erat dengan perubahan curah hujan dan berkaitan dengan perubahan salinitas yang merupakan salah satu parameter penunjuk terjadinya upwelling yang berpengaruh pada faktor kesuburan dan pertumbuhan di sektor perikanan. Untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan, penelitian ini menggunakan metode analisis dan deskriptif dengan menggunakan korelasi pearson linear antara perairan Utara dan Selatan Jawa sebagai patokan penentu interaksi Met-Ocean pada area penelitian. Dilanjutkan dengan pembuatan peta sebaran untuk penguat dan sebagai referensi penguat hasil dan analisis data. Hubungan parameter Met-Ocean terhadap curah hujan selama 2014-2015 memperlihatkan bahwa angin merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap curah hujan. Derajat hubungan angin dan curah hujan memperlihatkan hubungan korelasi positif (+) dengan nilai r=0,9 yang merupakan hubungan korelasi kuat. Fluktuasi dan sebaran salinitas permukaan air laut pada area Utara dan Selatan perairan Jawa timur dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan lebih berpengaruh pada SPL saat berada pada musim Timur, korelasi menunjukkan adanya hubungan korelasi yang berbanding terbalik (-) dengan hubungan korelasi berkekuatan cukup. Berdasarkan hasil analisis parameter Met-Ocean berhubungan saling berkesinambungan dalam menyebabkan terjadinya hujan yang akan mempengaruhi tingkat SPL pada perairan.
KARAKTERISTIK TINGGI GELOMBANG UNTUK PERENCANAAN BREAKWATER DI PELABUHAN JANGKAR SITUBONDO, JAWA TIMUR
Pratama, Rizki Lindra;
Widagdo, Supriyatno;
Rahyono, Rahyono
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 1, No 1: April 2019
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v1i1.19
Pada perairan Pelabuhan Jangkar Situbondo, hingga saat ini hanya ada satu bangunan pantai berupa dermaga atau tempat sandar kapal ferry untuk bongkar muat barang, manusia dan lain-lain yang dibangun sejak tahun 1986 dan hanya dilakukan rekonstruksi pada tahun 1998. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian berupa analisis karakteristik gelombang di perairan tersebut untuk perencanaan bangunan pantai agar keberlangsungan kegiatan bongkar muat di pelabuhan tetap terlindung dari gelombang yang tinggi dan aman. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik tinggi gelombang dan pilihan tata letak breakwater yang optimal dalam melindungi perairan Pelabuhan Jangkar. Metode yang digunakan yaitu pemodelan numerik. Data yang digunakan untuk running model yaitu data gelombang hasil peramalan dari data angin. Tinggi gelombang berdasarkan hasil running yaitu, pada kondisi layout eksisting ketinggian gelombang pada daerah alur menuju pelabuhan masih cukup tinggi yaitu 1,41 hingga 1,61 meter. Ketinggian gelombang tersebut dapat direduksi menjadi sebesar 1,21 hingga 1,61 meter untuk daerah alur menuju pelabuhan dan 0,20 hingga 0,47 meter di daerah pelabuhan.
KARAKTER SIKLON TROPIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGGI GELOMBANG DI PERAIRAN PESISIR SELATAN JAWA
Mahsunah, Ovia;
Widagdo, Supriyatno;
Siap Bintoro, Rudi
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 1, No 2: November 2019
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v1i2.30
Siklon tropik yang terbentuk di wilayah Samudera Hindia menyebabkan Indonesia yang secara geografis berbatasan dengan daerah pembentukan dan lintasannya rawan terkena dampak dari siklon tropik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakter siklon tropik dan pengaruhnya terhadap tinggi gelombang di perairan pesisir Selatan Jawa. Data siklon diolah menggunakan ArcGIS untuk mengetahui karakter siklon. Data angin dan gelombang diolah menggunakan excel dan WR-Plot kemudian dianalisis untuk mengetahui perubahannya dari siklon tropik yang terjadi. Hasil analisis menunjukkan siklon tropik bertahan selama 3-9 hari dengan arah pergerakan berlawanan arah jarum jam dan cenderung bergerak ke Selatan Jawa. Kondisi gelombang saat Bakung lebih rendah dari pada saat siklon lainnya yaitu mencapai kurang lebih 2 m dengan terbentuknya siklon Bakung di Barat Daya Sumatera dan arah pergerakan siklon Bakung menjauhi Indonesia. Siklon Cempaka terbentuk di perairan Selatan Jawa dengan arah pergerakan sekitar Selatan Jawa di atas koordinat -8 LS dan 109 BT dan mempengaruhi perubahan tinggi gelombang di perairan pesisir Selatan Jawa mencapai kisaran 2-3 m. Perubahan tinggi gelombang di perairan pesisir Selatan Jawa mencapai kisaran 3-5 m saat terbentuknya siklon Dahlia di Selatan Bengkulu dengan arah pergerakan menuju perairan Selatan Jawa. Hal ini dikarenakan energi siklon Dahlia yang besar menyebabkan perubahan gelombang lebih tinggi dari siklon lainnya. Gelombang yang terbentuk di pusat siklon tropic menempuh waktu 1-4 hari untuk mencapai pesisir Selatan Jawa. Semakin jauh jarak yang ditempuh gelombang, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan gelombang untuk sampai ke pesisir.
PARAMETER HIDRO-OSEANOGRAFI UNTUK PENENTUAN LETAK PELABUHAN NIAGA DI PERAIRAN MANYAR KABUPATEN GRESIK
Lololuan, Proto C.R.;
Rahyono, Rahyono;
Widagdo, Supriyatno
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 1, No 1: April 2019
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v1i1.20
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji parameter hidro-oseanografi dalammenentukan letak pelabuhan niaga di Perairan Manyar Kabupaten Gresik.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum pada pada musim baratJanuari 2013 dan 2014 masing masing dengan tinggi 2,10 m dan 1,94 m. Padamusim timur, tinggi gelombang maksimum sebesar 1,1 m dan 3,1 m terjadipada Juli 2013 dan Juli 2014. Kondisi arus dominan menuju timur dengankecepatan maksimum 286 cm/s. Pasang surut memiliki nilai HHWL, MSL danLLWL masing – masing 155 cm, 105 cm dan 38 cm dengan nilai formzhal 2,11menjelaskan pasang surut campuran tunggal dengan pasang surut hariantunggal pada satu hari, namun hari tertentu terdapat dua kali pasang dan duakali surut. Kedalaman minimum pada pelabuhan agar kapal yang memilikibobot mati 150.000 DWT dapat bersandar pada kedalaman 20,2 m sehinggarencana pelabuhan niaga dapat dipastikan menggunakan tipe jetty yang tegaklurus terhadap gelombang dan arus.
Pasang Surut dan Arus Pasang Surut di Area Dermaga Pelabuhan Perikanan Pantai, Muncar, Banyuwangi
Rifqy Firdausyah;
Rudi Siap Bintoro;
Supriyatno Widagdo
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 5 No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v5i1.66
Hydro-Oceanographic Parameters are the main factor in supporting the development and periodic maintenance of a port. The research was conducted in November 2021. The data in the study were obtained from observations in the field. The data used in this research is in the form of tidal data and tidal currents. Based on the results of data processing for 1 month in November 2021, the Muncar waters have a mixed tide prevailing semi-diurnal type. The highest tide value during November occurred on November 17 2021 at 22:00 WIB with a water level of 2.6 m and the lowest tide occurred on November 18 2021 at 05:00 WIB with a water level of 0.4 m. Currents move from the Bali Strait towards the Indian Ocean. Just before high tide, the tidal currents move from east to west (entering the anchor pond) with a speed of 0.40 – 0.64 m/s. At low tide, the current moves from West to East (leaving the anchor pond) with a speed of 0.42 – 0.58 m/s.
Karakteristik Curah Hujan Monsunal Pada Periode ENSO dan IOD (Studi Kasus: Lampung, Surabaya dan Jayapura)
Sisca Ayu Renitasari;
Supriyatno Widagdo;
Rudi Siap Bintoro
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 5 No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v5i1.69
The variability of rainfall in the Indonesian region is strongly influenced by the ENSO and IOD phenomenon. The purpose of this study is to describe the characteristics of the ENSO and IOD phenomena over a period of 31 years, compare the characteristics of rainfall under normal conditions and characteristics due to ENSO and IOD phenomenon, and analyze the monsoon rain area (Lampung, Surabaya, Jayapura) which are more influenced by ENSO and IOD phenomenon. The results showed that in the first decade to the second decade the incidence of La Niña decreased by 3.4% and then increased in the last decade by 4.3%, as the dominant La Niña incidence in weak intensity has increased every decade. At the time of the IOD phenomenon in the first decade to the second decade there was an increase in Positive IOD of 15.2% and then an increase which tends to be drastic in the last decade by 27.2%. In the Lampung and Surabaya areas, when El Niño and Positive IOD occur, the beginning of the rainy season tended to come later, meaning the dry season was longer, which occurred from May to November. When La Niña and Negative IOD occurred, the rainy season began earlier in June to November and experiences the rainy season throughout the year. In the Jayapura area, rainfall tended to occur throughout the year during the ENSO and IOD phenomena. The influence caused
Karakteristik Cuaca Maritim untuk Keselamatan Pelayaran di Perairan Popoh, Tulungagung
Tasya Olivia Rinekso;
Supriyatno Widagdo;
Rudi Siap Bintoro
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 5 No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Hang Tuah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30649/jrkt.v5i1.70
Popoh Waters has a bay that contains a fishing boat port, a Fish Auction Place (TPI), and a Fishing Port (PPI). Indonesia has many cases of fishing boat accidents caused by bad weather. It is important to know maritime weather information to minimize fishing boat accidents. This study aims to identify the characteristics of wind, rainfall, sea waves in each season, identify the seasons that are dangerous for fishing boats and their effects on fishermen's catches. The results of the processing showed that Popoh waters had wind characteristics with a category that can endanger fishing boats in the East season with a top speed of 8.41 m/s. The characteristic of rainfall which had the highest rainfall was the West monsoon with the highest intensity of 87 mm. The characteristics of the waves in Popoh waters had waves that could endanger the sailing of fishing boats in the East season with the highest wave condition of 1.93 m.