Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PENGARUH PEMASANGAN RUMPON PADA MUSIM BARAT TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PAYANG DI PERAIRAN TUBAN JAWA TIMUR Kurniawan, Mohammad Rizal; Setyohadi, D Daduk; Bintoro, G Gatut
Jurnal Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.723 KB)

Abstract

Nelayan payang di perairan Utara Tuban menggunakan rumpon sebagai alat bantu pengumpul ikan. Rumpon umumnya dipasang pada saat kondisi perairan tenang. Diduga dengan pemasangan rumpon pada saat cuaca buruk (musim barat) produktivitas rumpon akan berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung dan membandingkan produktivitas alat tangkap payang yang beroperasi di area rumpon yang dipasang saat musim barat dan menghitung produktivitas alat tangkap payang dilokasi rumpon yang berbeda. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Untuk menghitung dan membandingkan produktivitas alat tangkap payang yang beroperasi di daerah rumpon hasil pemasangan saat musim barat menggunakan rumus CPUE, sedangkan untuk menghitung produktivitas alat tangkap payang dilokasi rumpon yang berbeda menggunakan analisa One Way ANOVA. Perhitungan perbandingan produktivitas alat tangkap payang yang beroperasi di area rumpon yang dipasang saat musim barat menunjukkan peningkatan CPUE dalam jangka pendek(1-3 bulan setelah pemasangan), sedangkan 4-7 bulan berikutnya terjadi penurunan CPUE secara drastis. Produktivitas dilokasi rumpon yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Disarankan kepada nelayan payang untuk tidak memasang rumpon pada saat musim barat atau jika memasang rumpon saat musim barat perlu pengaturan lebih lanjut agar tidak terjadi eksploitasi berlebihan. Kata Kunci: pemasangan rumpon, musim barat, payang, perairan Tuban
Kesesuaian Desain Gillnet Dasar Nelayan Jawa Timur Dengan Standar Nasional Indonesia Yulianto, Eko Sulkhani; Rahman, Muhammad Arif; Sunardi, Sunardi; Muntaha, Ali; Bintoro, Gatut; Lelono, Tri Djoko
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 24, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jpk.24.2.84-90

Abstract

Kegiatan penangkapan ikan merupakan kegiatan yang sangat dinamis. Perubahan lingkungan baik yang berasal dari dalam maupun luar yang mempengaruhi keberadaan sumberdaya ikan, akan direspon nelayan dengan melakukan perubahan operasi penangkapan ikan guna mendapatkan hasil tangkapan yang optimal (Wiyono, 2006). Kegiatan perikanan di Indonesia merupakan kegiatan perikanan yang multispecies dan multigear. Di Indonesia, penangkapan target spesies tertentu dengan berbagai macam alat tangkap, dan juga sebaliknya satu jenis alat tangkap tertentu menangkap berbagai target tangkapan. Hal tersebut juga terjadi pada nelayan-nelayan Pantura Jawa Timur, sebagai contoh bottom gillnet. Bottom gillnet banyak digunakan nelayan-nalayan Pantura Jatim khusus untuk menangkap rajungan seperti yang dilakukan nelayan Paciran, Lamongan dan sebagian lagi khusus menangkap ikan demersal ekonomis penting seperti ikan gulamah, seperti yang dilakukan nelayan Tuban. Berbagai hal dilakukan oleh nelayan tersebut, merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal. Pola adaptasi yang dilakukan nelayan gillnet bermacam-macam misal dengan cara perubahan lama operasi penangkapan ikan, perubahan daerah penangkapan ikan, penambahan piece jaring atau pengurangan piece jaring. Perubahan lama operasi penangkapan ikan ditentukan oleh kemampuan kapal dalam beroperasi. Hal ini selaras juga dengan statement Nomura (1977), yang mengatakan bahwa jika jaring tertentu ditempatkan dalam air dengan kecepatan air yang tetap, maka tahanan jaring akibat arus air adalah sebanding dengan luas jaring. Jika luas jaring ditingkatkan sebanyak n kali, maka tahanan jaring juga akan meningkat sebesar n kali (Nomura, 1977). Selama ini berbagai bentuk adaptasi apakah ada perbedaan baik secara desain maupun teknis antara gillnet khusus penangkap ikan dan gillnet penangkap rajungan serta kesesuaiannya dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) khususnya di Pantura Jawa Timur belum dilakukan. Metode yang digunakan penelitian dalam penelitian ini adalah dengan analisis dekriptif dari hasil pengukuran kondisi alat tangkap di lapang yang kemudian dibandingkan dengan SNI yang ada. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa wilayah yang tidak sesuai dengan SNI yang ada, namun berdasarkan dengan kkebiasaan yang dilakukan oleh nelayan
Leading Condition Of Small Pelagic Resources Based On Data In The State Fisheries Management Area Of The Republic Of Indonesia (Wppnri) 712 And 573 Year 1990 - 2017 East Java Province For Sustainable Management Lelono, Tri Djoko; Rahman, Muhammad Arif; Bintoro, Gatut; Setyowati, Nita Hellis; Wulandari, Nindi Nur
Journal of Aquaculture Science Vol 6, No 1IS (2021): Vol 6 Issue Spesial 2021 Journal of Aquaculture Science
Publisher : Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31093/joas.v6i1IS.159

Abstract

Pelagic fish resources have a very important role in regional economic development. The assumption that fish resources are common property so that everyone is free to catch (open access) is a problem with overfishing in East Java waters. The purpose of this study is to determine the superior commodity of small pelagic fish, the status of exploitation of superior  fish resources and to compile a scenario of sustainable management of superior resources. The method in this research is quantitative descriptive method with data analysis used including Location Quotient (LQ), Schaefer (1954), Fox (1970), Walter Hilborn, and programming STELLA (System Thinking, Experimental Learning Laboratory with Animation). The research result of the superior species in the province in the south of East Java) is sardin, while the superior fish in the regency is s Rainbow runner. The status of fisheries at the level of superior fisheries exploitation in South East Java, the level of exploitation of ssrdin fish is 240% with the status of Depleted. Finally, the level of exploitation for s Rainbow runner fish is 689%, which means that they are included in depleted. The scenario of sustainable management of pelagic fisheries for the next 10 years, namely 2018 - 2027 for lemuru fish, the highest biomass reserves will be obtained in 2027, using a fixed effort allocation which has biomass reserves of 179% and the potential value of sustainable reserves of 8,438.48 tonnes. The results showed that the superior commodities of small pelagic fish in North East Java were mackerel fish. The superior fish commodity in the Regency / City is obtained by Finny scad fish. The level of exploitation for mackerel is 127% with the status of Over Exploited, and the level of exploitation for Finny scad is 131% with the status of Over Exploited. The scenario for the management of the superior mackerel commodity, the highest biomass reserve in 2027 is the allowable fishing effort allocation (fJTB) of 129%.Key Words: STELLA ,Superior commodity, Fishery status, Sustainable potential
KOMPOSISI SPESIES LARVA LOBSTER YANG TERKUMPUL PADA ATRAKTOR LAMPU BAWAH AIR Setyanto, Arief; Kamila, Firda Nikmatul; Bintoro, Gatut
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 2 (2020): JFMR VOL 4. NO.2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.02.12

Abstract

Lobster (Panulirus sp.) merupakan hewan avertebrata anggota Filum Arthropoda. Di Indonesia terdapat 6 spesies lobster dari genus Panulirus yaitu P. homarus, P. longipes, P. ornatus, P. penicillatus, P. polyphagus dan P. versicolor. Keenam spesies lobster ini memiliki distribusi yang berbeda-beda. Fase hidup lobster sangat komplek. Fase larva adalah relative lama dan mempunyai beberapa tahap yangmana kelulushidupan dalam fase ini sangat menentukan populasi alaminya. Fase larva lobster termasuk dalam plankton yang makanannya tergantung pada jenis mikroorganisme lainnya. Mikroorganisme umumnya adalah phototaksis positive. Studi tentang pengaruh cahaya terhadap komposisi spesies larva lobster menarik dilakukan karena dapat memberikan informasi bagi upaya budidaya dan peningkatan jumlah populasi melalui penurunan kematian alaminya. Penelitian ini di laksanakan di perairan Pantai Lampon, Banyuwangi, Jawa Timur tahun 2019. Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis Chi-Square, uji F (ANOVA), dan uji lanjutan.Hasil dari penelitian ini adalah spesies larva lobster yang terkumpul pada atraktor lampu dan tanpa atraktor ada empat speseis yaitu P. ornatus, P. homarus, P. penicillatus, dan P. versicolor. Spesies yang dominan terkumpul adalah P. homarus. Pada penelitian ini penggunaan atraktor lampu celup bawah air lebih berpengaruh terhadap jumlah larva lobster untuk mendekat kearah atraktor. Keberhasilan pengelolaan sumberdaya perikanan lobster akan sangat ditentukan oleh hasil kajian yang mencakup seluruh siklus hidupnya.
APPROACH TO RISK ANALYSIS TRAWLER (BOAT OR VESSEL SIENE NETS) NORTH COAST OF EAST JAVA Tri Djoko Lelono; Gatut Bintoro
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 3, No 2 (2019): JFMR VOL 3 NO 2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.919 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.02.18

Abstract

General Linear Model (GLM) aims to find the relationship between several independent variables with one dependent variable. GLM was conducted to answer the research objectives (1) the contribution of fishing gear to the total catch of pelagic fish, (2) to determine the type of pelagic fish that was dominantly caught in the type of fishing gear based on the 2004 - 2016 East Java marine and fisheries statistical report. The results of the GLM WPP Republic of Indonesia analysis of 573, the dominant small pelagic fish were lemuru fish on payang fishing gear, selar fish in purse seine, layur fish on drifting gill nets, and bloating on fixed gill nets. While contributions based on small pelagic fishing gear are ring trawlers catching flying fish, selar fish, and anchovy. The gill nets keep catching fish, mullet, tembang fish, and mackerel. Payang catches lemuru and layur fish. Region WPP RI 712 as a result of analysis of small pelagic GLM fish: pompano fish catching equipment, anchovy with dogol fishing gear, layur fish with trawl fishing gear, gill drift fishing gear and fishing gear step, tembang fishing purse seine and tremmel net, mullet fish with fixed gill nets. Contributions based on small pelagic fishing gear are circular gill nets contributing to kite and anchovy, gill net fishing gear drifting on stingrays and layur fish, Tremmel net in Pompano fish. dogol fishing gear on mullet and mackerel, fishing gear step on tembang fish and lemuru fish. While large pelagic fish: clitic fishing gear contributes to mackerel and skipjack fish while dogol catches on tuna 
PERBEDAAN UKURAN MATA JARING GILLNET TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN TEMBANG Sardinella gibbosa YANG DIDARATKAN DI MUNCAR, BANYUWANGI Ledhyane Ika Harlyan; Fransisca Sariuli Tobing; Gatut Bintoro; Vita Rumanti Kurniawati; Muhammad Arif Rahman; Mihrobi Khalwatu Rihmi
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 17, No 2 (2021): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.17.2.99-107

Abstract

Penggunaan alat tangkap pasif seperti gillnet pada pengelolaan perikanan Tembang diharapkan mampu mengurangi kapasitas penangkapan. Namun sayangnya terbatasnya referensi terkait selektivitas dan penggunaan mata jaring gillnet yang berbeda untuk sumberdaya ini akan beresiko pada ketidaktepatan pengelolaan perikanan Tembang di perairan Muncar, oleh karena itu kajian tentang perbedaan ukuran mata jaring gillnet terhadap sumberdaya ikan Tembang perlu dilakukan.  Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2020 dengan mengobservasi pengoperasian gillnet hanyut permukaan dengan ukuran mata jaring 2,54 cm dan 3,17 cm terhadap hasil tangkapan ikan Tembang. Rancangan penelitian mempertimbangkan dua waktu pengoperasian alat tangkap yang umum digunakan nelayan setempat yaitu pada pagi hari (03.00 – 07.00) dan sore hari (15.00 – 19.00). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis selektivitas alat tangkap gillnet dan analisis rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dua faktor, yaitu faktor ukuran mata jaring dan waktu pengoperasian dengan pengulangan yang dilakukan sebanyak enam kali.  Hasil selektivitas terhadap dua ukuran mata jaring gillnet dengan pertimbangan ukuran ikan Tembang pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 13 cm mengindikasikan bahwa gillnet dengan mata jaring ukuran 3,17 cm mampu menangkap ikan Tembang dengan ukuran layak tangkap. Hal ini sejalan dengan hasil analisis RAL faktorial yang menyatakan bahwa gillnet dengan ukuran mata jaring 3,17 cm menghasilkan volume hasil tangkapan ikan tembang lebih besar dibanding ukuran mata jaring 2,54 cm dengan pengoperasian alat tangkap gillnet hanyut di sore hari. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan mata jaring gillnet yang relatif lebih besar mampu mengurangi resiko terjadinya growth overfishing karena ikan yang tertangkap telah melalui fase matang gonad. The use of passive gear like gillnet for Goldstripe Sardinella fisheries management might lead to a decrease in fishing capacity. Limited references related to gillnet selectivity and the use of difference mesh size for Goldstripe sardinella may cause the risk of its mismanagement in Muncar. This work was conducted from February to March 2020 by observing fishing operation of surface drift gillnet with mesh size 2.54 cm and 3.17 cm and its Goldstripe sardinella catches. Research design was applied for two fishing operations, morning (03.00 – 07.00) and afternoon setting (15.00 – 19.00). Gear selectivity analysis and analysis of variance (ANOVA) two factors, mesh sizes and setting time, with six replications were applied for analyzing the catch data.  The results of two-mesh size selectivity showed that gillnet with mesh size 3,17 cm provides catches with length more than 13 cm (length at first maturity, Lm). This was also in line with the results of ANOVA test suggested that gillnet with the size of 3,17 can produce more fish compared to gillnet with that of 2,54 cm by afternoon gillnet setting. It can be concluded that the use of bigger mesh size can relatively reduce the risk of growth overfishing since the caught fish might be passed the maturity phase.
Community Empowerment to Increase Litopenaeus vannamei Productivity Towards Semi-Intensive System by Potential Analysis and Self-Feed Production Sulastri Arsad; Muhammad Musa; Evellin Dewi Lusiana; Mohammad Mahmudi; Nanik Retno Buwono; Gatut Bintoro
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2018): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.4.2.156-164

Abstract

Vaname shrimp is one of the leading cultivations of fishery production commodities in Indonesia which has high selling price and market share, also relatively resistant with high stocking density. Cultivation activities of this commodity can be carried out through three systems; namely traditional, semi-intensive, and intensive system. One group of cultivators who develop shrimp farming business is Mina Nusantara group in Lamongan District, where the cultivation system is still performed traditionally. The shrimp size was not uniform, and the survival rate was low once it harvested. Moreover, community empowerment was applied to increase vaname productivity towards semi-intensive system by culture potential analyses using SWOT and self-feed production training. Survey and experimental approach were used during the activities. The activities included survey and discussion with shrimp local farmer (Mina Nusantara), identified internal and external factors of culture by using SWOT analysis, carried out self-made artificial feed training, and program evaluation at the end. The activity resulted an increasing of farmer understanding of various culture system and they can produce the pellet in small scale by themselves. Based on SWOT analysis, the culture is potential to develop sustainably by regarding both internal and external factors.
PENILAIAN RISIKO TERHADAP PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN (STUDI KASUS PERIKANAN TONGKOL Euthynnus affinis, DI PERAIRAN PRIGI KABUPATEN TRENGGALEK JAWA TIMUR) Tri Djoko Lelono; Gatut Bintoro
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 5 No. 9 (2018)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.334 KB) | DOI: 10.20956/jipsp.v5i9.6193

Abstract

Fokus manajemen perikanan merupakan bentuk fisik yang digunakan untuk pendugaan stok ikan dalam pengelolaan berkelanjutan. Manajemen risiko sangat penting dalam merencanakan pengelolaan sumberdaya berkelanjutan. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berorientasi jangka panjang diperlukan sebuah manajemen  perikanan yang mengutamakan prinsip ke hati hatian dalam melakukan keputusan maupun kebijakkan perlu pendekatan manajemen risiko. Tujuan dari pegelolan perikanan yang keberlajutan yaitu memaksimalkan  produksi tanpa merusak sumberdaya yang ada maupun lingkungan. Pengelolaan perikanan terdiri dari beberapa unsur yaitu (1) penilian sumberdaya, (2) pengambil keputusan,  (3) pemilihan strategi, (4) alternatif manajemen  (5) pengawasan. Sehingga  seorang manager perlu adanya pengetahuan mengenai penilaian risiko dan kerentanan dalam membahas peraturan, perlindungan, keberlanjutan sumberdaya perikanan dan habitatnya. Besarnya penilain kemungkinan peluang dan dampak risiko  tergantung dari  kondisi permasalahan diteliti. Untuk pengelolaan ikan tongkol berdasarkan pendekatan biologi dan alat tangkap  yang memiliki nilai tinggi,sedangkan faktor lingkungan (makanan, suhu klorofil dan makanan) kemungkinan peluang dan dampak dari risiko memiliki nilai kecil. Alternatif pengurangan risiko yang paling besar pada spesies dan alat tangkap sedangkan untuk nelayan, pemerintah dan model ekploitasi pengurangan alternatif risiko sangat kecil. Kata kunci: Keberlanjutan, manajemen, risiko, ikan tongkolFokus manajemen perikanan merupakan bentuk fisik yang digunakan untuk pendugaan stok ikan dalam pengelolaan berkelanjutan. Manajemen risiko sangat penting dalam merencanakan pengelolaan sumberdaya berkelanjutan. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berorientasi jangka panjang diperlukan sebuah manajemen  perikanan yang mengutamakan prinsip ke hati hatian dalam melakukan keputusan maupun kebijakkan perlu pendekatan manajemen risiko. Tujuan dari pegelolan perikanan yang keberlajutan yaitu memaksimalkan  produksi tanpa merusak sumberdaya yang ada maupun lingkungan. Pengelolaan perikanan terdiri dari beberapa unsur yaitu (1) penilian sumberdaya, (2) pengambil keputusan,  (3) pemilihan strategi, (4) alternatif manajemen  (5) pengawasan. Sehingga  seorang manager perlu adanya pengetahuan mengenai penilaian risiko dan kerentanan dalam membahas peraturan, perlindungan, keberlanjutan sumberdaya perikanan dan habitatnya. Besarnya penilain kemungkinan peluang dan dampak risiko  tergantung dari  kondisi permasalahan diteliti. Untuk pengelolaan ikan tongkol berdasarkan pendekatan biologi dan alat tangkap  yang memiliki nilai tinggi,sedangkan faktor lingkungan (makanan, suhu klorofil dan makanan) kemungkinan peluang dan dampak dari risiko memiliki nilai kecil. Alternatif pengurangan risiko yang paling besar pada spesies dan alat tangkap sedangkan untuk nelayan, pemerintah dan model ekploitasi pengurangan alternatif risiko sangat kecil. Kata kunci: Keberlanjutan, manajemen, risiko, ikan tongkol
Leading Condition Of Small Pelagic Resources Based On Data In The State Fisheries Management Area Of The Republic Of Indonesia (Wppnri) 712 And 573 Year 1990 - 2017 East Java Province For Sustainable Management Tri Djoko Lelono; Muhammad Arif Rahman; Gatut Bintoro; Nita Hellis Setyowati; Nindi Nur Wulandari
Journal of Aquaculture Science Vol 6 No 1IS (2021): Vol 6 Issue Spesial 2021 Journal of Aquaculture Science
Publisher : Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31093/joas.v6i1IS.159

Abstract

Pelagic fish resources have a very important role in regional economic development. The assumption that fish resources are common property so that everyone is free to catch (open access) is a problem with overfishing in East Java waters. The purpose of this study is to determine the superior commodity of small pelagic fish, the status of exploitation of superior  fish resources and to compile a scenario of sustainable management of superior resources. The method in this research is quantitative descriptive method with data analysis used including Location Quotient (LQ), Schaefer (1954), Fox (1970), Walter Hilborn, and programming STELLA (System Thinking, Experimental Learning Laboratory with Animation). The research result of the superior species in the province in the south of East Java) is sardin, while the superior fish in the regency is s Rainbow runner. The status of fisheries at the level of superior fisheries exploitation in South East Java, the level of exploitation of ssrdin fish is 240% with the status of Depleted. Finally, the level of exploitation for s Rainbow runner fish is 689%, which means that they are included in depleted. The scenario of sustainable management of pelagic fisheries for the next 10 years, namely 2018 - 2027 for lemuru fish, the highest biomass reserves will be obtained in 2027, using a fixed effort allocation which has biomass reserves of 179% and the potential value of sustainable reserves of 8,438.48 tonnes. The results showed that the superior commodities of small pelagic fish in North East Java were mackerel fish. The superior fish commodity in the Regency / City is obtained by Finny scad fish. The level of exploitation for mackerel is 127% with the status of Over Exploited, and the level of exploitation for Finny scad is 131% with the status of Over Exploited. The scenario for the management of the superior mackerel commodity, the highest biomass reserve in 2027 is the allowable fishing effort allocation (fJTB) of 129%.Key Words: STELLA ,Superior commodity, Fishery status, Sustainable potential
POPULATION STRUCTURE AND BIOREPRODUCTION OF BIGEYE TUNA (Thunnus obesus) IN WESTERN PART OF SUMATERA AND SOUTHERN PART OF JAVA AND NUSA TENGGARA, INDIAN OCEAN Ali Suman; Hari Eko Irianto; Khairul Amri; Budi Nugraha; Gatut Bintoro
Indonesian Fisheries Research Journal Vol 21, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Research Center for Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.087 KB) | DOI: 10.15578/ifrj.21.2.2015.109-116

Abstract

Bigeye tuna is an important fish resource in the Indian Ocean. This species like other tuna species needs to be managed properly in both national and international levels. Therefore some data and information on population structure and bioreproduction are required for management purpose. The current research was conducted to identify the population structure and bioreproduction of bigeye tuna (Thunnus obesus) in west off Sumatera and south off Java and Nusa Tenggara of Indian Ocean where tuna fishing spots are important. This research was based on catch landed by fishermen from the Indian Ocean during 2010. Analysis of population structure was done using DNA genetic analyses and bioreproduction by using histology technique. Results show that the population structure of the bigeye tuna in the Indian Ocean consisted of two different sub populations namely sub population of west off Sumatra and sub population of south of Java and Nusa Tenggara waters. Most of catch (about 39%) was categorized as immature fish (GI I). The immature fish was mostly found in west off Sumatera waters, meanwhile the catch in south off Java and Nusa Tenggara waters was mostly categorized as mature fish. This result may indicate that south off Java and Nusa Tenggara waters is a spawning ground of the bigeye tuna.
Co-Authors Agus Tumulyadi Agus Tumulyadi Al Maky, Nuril Huda Ali Muntaha Ali Suman Ali Suman Alif Tulus Prasetyo Amanda Rifan Fathoni Amira Bilhuda Andik Isdianto Aniek Sulestiani Aniek Sulestiani Anthon Andrimida, Anthon Anung Widodo Arief Setyanto Ariefandi, Muhammad Fikri Ariq Rahman Paizar Asadi, M. Arif Asmirijal, Amrey Syahnur Bilhuda, Amira Budi Nugraha Calvin Arauna Purba Daduk Satyohadi Daduk Setyohadi Darmawan Ockto Sucipto Darmawan Ockto Sutjipto Darmawan Okto Sutjipto Deny Swatama Destiana Hermanita Dewa Gede Raka Wiadnya Dhea, Luthfia Ayu Didik Rudianto Dina Andriani Djoko Lelono, Tri Eko Sulkhani Yulianto Endang Yuli H. Erwin Rosadi Erwin Rosadi, Erwin Evellin Dewi Lusiana Evron Asrial Fathah, Aulia Lanudia Fransisca Sariuli Tobing Fuad Fuad Gondo Puspito Guntur H., Endang Yuli Hadiyah, Lisa Nur Hanifa Ramadhani Hari Eko Irianto Hasanah, Ap'idatul Hazmi Taris Abiseka Hidayah, Lisa Nur I Made Kawan I Made Kawan Irianies Cahya Gozali Irwan Jatmiko Kamila, Firda Nikmatul Khairul Amri Kudrati, Amelinda Vivian Kurniawan, Mohammad Rizal Kusyairi, Achamad Lanudia Fathah, Aulia Laurentius Klemens Jeremy Ledhyane Ika Harlyan Lutfi Oktasyah Mahardika Putri, Berlania Mahiswara, Mahiswara Marsela, Kristina Mihrobi Khalwatu Rihmi Mihrobi Khalwatu Rihmi Mochamad Arief Sofijanto Mohammad Mahmudi Mu'minin, Airul Amirul Muh. Arif Rahman Muhammad Arif Rahman Muhammad Ghozaly Salim Muhammad Musa MUHAMMAD TAUFIK Nanik Retno Buwono Naufal Hilda Bahtiar Nico Rahman Caesar Nindi Nur Wulandari Nita Hellis Setyowati Nuhman Nuhman Nuhman Nuhman, Nuhman Nur Hidayah, Lisa Nurul Rosana Nurul Rosana, Nurul oktiyas muzaky Luthfi, oktiyas muzaky Pangestu, Wanda Suryani Putri, Berlania Mahardika Rafif Zul Fahmi Rahman, Muhamad Arif Rahman, Muhammad Arif Rihmi, Mihrobi Khalwatu Rudianto Rudianto Satyohadi, Daduk Setyanto, Arif Setyowati, Nita Hellis Sofijanto, Mochamad Arief Subagio, Hari Subianto, Agus Sucipto, Darmawan Ockto Sulastri Arsad Sulkhani Yulianto, Eko Sunardi Sunardi Sunardi Sunardi Tri Djoko Lelono Tumulyadi, Agus Tyas, Herlin Widi Aning Umi Zakiyah, Umi Utama, Andria Ansri Vita Rumanti Kurniawati Waliyuddin, Achmad Widagdo, Supriyatno Widodo, Anung Wirastika Adhihapsari Wulandari, Nindi Nur Yorarizka, Putri Devi Yusnaini Yusnaini