Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Hasil Tangkapan Ikan Kakap Putih (Latescalcarifer) Pada Ukuran Mata Jaring Insang Yang Berbeda Di Perairan Pesisir Kota Surabaya abdillah, ahmad rifqi; Subagio, Hari; Rosana, Nurul
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 1, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v1i2.19

Abstract

Nelayan pesisir Kota Surabaya menggunakan alat tangkap jaring insang dasar (bottom gillnet) dalam menangkap ikan kakap putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda pada jaring insang dasar. Penelitian ini di lakukan bulan Maret hingga Mei 2019 di perairan pesisir kota Surabaya dengan metode observasi untuk mengetahui hasil tangkapan ikan kakap putih (Lates calcarifer) dan pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda. Pengambilan data dilakukan 15 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi sehingga diperoleh 30 data. Hasil penelitian menunjukan hasil tangkapan utama ikan kakap (Lates calcarifer) sebanyak 65% dan hasil tangkapan sampingan sebanyak 35% diantaranya ikan laosan (Eleutheronema Tetradactylum), rajungan (Portanus pelagicus), dan dukang (Hexanematichthys). Jumlah hasil tangkapan pada mata jaring 6 inchi lebih besar dari pada ukuran 7 inch. Namun berdasarkan anilisis uji t di simpulkan tidak ada pengaruh penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi atau 7 inchi terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih. Perbedaan jumlah hasil tangkapan ikan kakap putih di antara kedua ukuran mata jaring tersebut kemungkinan di sebabkan oleh beberapa factor lingkungan yakni arus, suhu, dansalinitas.
Perbandingan Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar (Bottom Gillnet) Menggunakan Alat Pemanggil Ikan Berbasis Gelombang Bunyi Di Perairan Kenjeran rifai, muhammad; Rosana, Nurul; Sofijanto, M Arief
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 1, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v1i2.22

Abstract

Jawa Timur adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi perikanan, di perairan Kenjerana Surabaya Jawa Timur jumlah nelayan dan armada perikanan yang harus dikelola dengan baik, salah satu unit penangkapan yang ada adalah jaring insang dasar, target ikan hasil tangkapan dari alat tangkap ini adalah jenis ikan kakap putih (Lates calcarifer). Dengan penambahan alat pemanggil ikan berbasis gelombang  bunyi diharapkan dapat meningatkan hasil tangkapan. Penelitian ini membandingkan 2 perlakuan dan 16 kali ulangan dari penelitian ini didapatkan perbandingan jumlah hasil tangkapan jaring insang dasar tidak menggunakan alat bantu pemanggil ikan yaitu 31 ekor dan yang menggunakan alat pemanggil ikan 39 ekor ikan. Jenis hasil tangkapan jaring insang dasar yang tidak menggunakan alat bantu pemanggil ikan, jenis dan presentase jenis ikan yaitu kakap (Lates calcarifer)  12%. Laosan (Eleutheronema tetradactylum) 12%. Sumbal (Glossolepis incisus) 12%. Presentase menggunakan alat pemanggil ikan ada 6 jenis yaitu sotong (Mastigoteuthis flammea) 1%, rajungan (Portunas pelagicus) 1%, laosan (Eleutheronema tetradactylum) 11%, manyung (Ariidae) 3%, kakap putih (Lates calcalifer) 83%, bandeng (Chanos-chanos)1%,
HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portunidae) PADA ALAT TANGKAP BUBU YANG BERBEDA DI PERAIRAN KECAMATAN PASONGSONGAN, KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR farahdiba, Safrina; Subagio, Hari; Rosana, Nurul
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 2, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v2i1.28

Abstract

Nelayan di Perairan Pasongsongan saat ini telah banyak yang menggunakan bubu lipat dalam menangkap Rajungan (Portunidae). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan hasil tangkapan rajungan (Portunidae) pada alat tangkap bubu yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – November 2019 di Perairan Pasongsongan Desa Padangdangan dengan menggunakan metode observasional untuk mengetahui hasil tangkapan Rajungan (Portunidae) dan pengaruh perbedaan alat tangkap bubu lipat. Pengambilan data dilakukan 16 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa alat tangkap bubu lipat persegi dan bubu lipat kubah. Jumlah hasil tangkapan pada alat tangkap bubu lipat persegi lebih kecil dari pada hasil tangkapan bubu lipat kubah. Namun berdasarkan analisis Uji T-test disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa penggunaan jenis bubu yang berbeda tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan Rajungan (Portunidae).
Rancang Bangun Alat Tangkap dan Pola Ketertangkapan Ikan pada Jaring Insang Dasar di Perairan Pesisir Kota Surabaya subagio, hari; Rosana, Nurul; Sofijanto, M Arief
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 2, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v2i1.31

Abstract

Salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan Kota Surabaya adalah alat tangkap jaring insang dasar (bottom gil net). Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan rancang bangun serta pola ketertangkapan ikan pada jaring insang dasar untuk ikan kakap putih yang dioperasikan oleh nelayan di perairan pantai timur Kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, data dikumpulkan dengan cara survei. Responden penelitian adalah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang dasar untuk menangkap ikan kakap putih (Lates calcarifer). Pengukuran terhadap bagian alat, dimensi dan jumlah satuan dari bagian alat tangkap, serta pola ketertangkapan ikan hasil tangkapan langsung dilakukan di lapangan, dengan mengikuti kegiatan penangkapan sebanyak enam belas kali operasi. Hasil penelitian sebagai berikut, nalayan menggunakan tiga macam jaring insang dasar, yaitu jaring dengan ukuran mata 5 inci, 6 inci dan 7 inci, setiap ukuran mata jaring terdiri dari 9 tinting. Nilai extra buoyancy secara berturut-turut pada ukuran mata jarring 5 inci sebesar -68,70%, ukuran mata jarring 6 inci sebesar -68,31%, dan ukuran mata jarring 7 inci sebesar -61,09%. Hasil tangkapan terbanyak pada berbagai jenis pola ketertangkapan ikan, adalah sebagai berikut: secara snagged pada jaring ukuran mata 6 inci, secara gilled pada ukuran mata jaring 5 inci, secara wedged pada jaring ukuran mata 6 inci, dan secara entangled pada jaring ukuran mata 5 inci.
PRODUKTIVITAS TANGKAPAN BENIH BENING LOBSTER (Panulirus spp.) MENGGUNAKAN ALAT KOLEKTOR ‘POCONG’ DI PERAIRAN PRIGI TRENGGALEK Hari Subagio; Mochamad Arief Sofijanto; Aniek Sulestiani; Nurul Rosana; Supriyatno Widagdo; Gatut Bintoro; I Made Kawan
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.3.2022.%p

Abstract

Indonesia memiliki peluang bagus guna pengembangan usaha industri budidaya lobster (Panulirus spp.) terbesar di dunia, karena memiliki modal utama ketersediaan sumber daya benih alami stadia puerulus atau Benih Bening Lobster (BBL) yang sangat melimpah. Untuk mengantisipasi perkembangan budidaya lobster di Indonesia, maka kebutuhan akan benih lobster alami di masa mendatang diprediksi akan meningkat secara signifikan, karena teknologi pembenihan lobster belum berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas dan fluktuasi hasil tangkapan BBL pada bulan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2022 dengan ditunjang data yang dicatat oleh kelompok nelayan. Lokasi penelitian di perairan pesisir Prigi Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Responden dalam penelitian adalah para nelayan penangkap BBL anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Gurita Jaya. Hasil tangkapan BBL dalam satuan ekor per trip per lembar alat kolektor pocong pada bulan berbeda menunjukkan hasil tangkapan yang berbeda sangat nyata. Puncak hasil tangkapan BBL terjadi pada dua kelompok bulan yaitu pada Maret-April dan Agustus-September. Dalam melakukan penangkapan BBL nelayan Prigi menggunakan kolektor yang dikenal sebagai alat kolektor pocong. Berfluktuasinya tangkapan BBL pada bulan berbeda diduga disebabkan adanya pengaruh fenomena arus, upwelling dan kesuburan perairan di Samudera Indonesia khususnya wilayah perairan pesisir Prigi.Indonesia has the opportunity to develop the world's largest lobster (Panulirus spp.) cultivation industry, because it has the main capital for the availability of abundant natural seed resources at the puerulus stage or Lobster Transparent Seed (LTS). In order to anticipate the development of lobster cultivation in Indonesia, the need for natural lobster seeds in the future is predicted to increase significantly, because lobster hatchery technology has not yet developed. This study aims to examine the productivity and fluctuations in the catch of LTS in different months. The research was conducted in March-August 2022. The research location is in the coastal waters of Prigi, Trenggalek Regency. The research uses descriptive analytical method which is survei. Respondents in the study were fishermen who caught BBL members of the Gurita Jaya Joint Business Group (JBG). LTS catches in units of tails per trip per piece of pocong equipment in different months showed very significant different catches. The peak of LTS catches occurred in two groups of months, namely in March-April and August-September. In catching LTS, Prigi fishermen use a collector known as a pocong fishing gear. The fluctuation of LTS catches in different months is due to the influence of current phenomena, upwelling and water fertility in the Indonesian Ocean and the Prigi coastal waters.
The Coastline Change Pattern of Gresik Beach around the Madura Strait, Indonesia Prasita, Viv Djanat; Bintoro, Rudi Siap; Permatasari, Ima Nurmalia; Widagdo, Supriyatno; Sugianto, Erik; Rosana, Nurul
Indonesian Journal of Geography Vol 55, No 3 (2023): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.80934

Abstract

The coastal region is characterized by dynamic changes in its coastline, which can be attributed to various factors. However, the main causes of change along the Gresik coast have yet to be thoroughly studied. Therefore, this research aims to examine the patterns of coastline change along the Gresik coast around the Madura Strait and the influence of wind-generated waves on them. Specifically, the study focuses on four coastal zones: Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, and Manyar districts. The research utilizes satellite imagery and geographic information systems (GIS) as well as methods for calculating ocean waves to analyze the coastline change patterns. The study also examines the impact of ocean wave energy on coastal abrasion and accretion. The findings revealed that the accretion rate in the study area was higher than the erosion rate. The accretion in the coastal area of Gresik is attributed to the flow of the Bengawan Solo River, which carries sediment from upstream. The accretion and abrasion areas for the entire period from 2002 to 2019 were 1063.16 ha and 425.23 ha, respectively. The study also found that the mangrove areas exhibit a higher rate of accretion than abrasion, indicating their potential as a reliable indicator of the effects of sea level rise resulting from global warming.This study revealed that the northern part of Ujung Pangkah District and Bungah District experienced the highest abrasion patterns, whereas no abrasion was observed in Sidayu District. Between 2002 and 2019, the abrasion areas in Ujung Pangkah and Bungah districts totaled 243.96 ha and 178.29 ha, respectively. Wind-generated waves were likely the primary cause of the abrasion in these areas, though other factors may also have contributed to coastline changes. It is essential to consider these factors for effective coastal management in the region.
Pengaruh Pemberian Probiotik Pelepah Pisang Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Manuel, Juan; Nuhman, Nuhman; Rosana, Nurul
NECTAR : Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 4 No. 1 (2023): Nectar: Jurnal Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/nectar.v4i1.3101

Abstract

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika. Salah satu hambatan dalam kehidupan larva adalah cadangan makanan kuning telur tersebut habis, dan larva membutuhkan makanan dari luar yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Alternatif untuk memenuhi kebutuhan makanan pada larva dapat dilakukan dengan pemberian suspensi kuning telur. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian probiotik pelepah pisang pada pakan kuning telur puyuh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila pada setiap perlakuan memiliki padat tebar 2 ekor/liter. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), 5 perlakuan dengan 5 ulangan. Pertumbuhan panjang mutlak terbesar dicapai pada P1 sebesar 2,29 ± 0,48 cm sedangkan yang terendah terdapat pada P2 sebesar 2,01 ± 0,24 cm. Pertumbuhan berat mutlak terbesar dicapai pada P4 sebesar 0,65 ± 0,25 gram sedangkan yang terendah terdapat pada P3 sebesar 0,48 ± 0,13 gram. Kelangsungan hidup ikan nila pada penelitian ini yang tertinggi terdapat pada P1 sebesar 84%, sedangkan yang terendah terdapat pada kontrol dan P4 sebesar 73%.
PERBANDINGAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DASAR (Bottom gillnet) MENGGUNAKAN ALAT PEMANGGIL IKAN BERBASIS GELOMBANG BUNYI DI PERAIRAN KENJERAN Rifai, Muhamad; Rosana, Nurul; Sofijanto, M Arief
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 1 No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v1i2.22

Abstract

Jawa Timur adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi perikanan, di perairanKenjerana Surabaya Jawa Timur jumlah nelayan dan armada perikanan yang harus dikelola dengan baik,salah satu unit penangkapan yang ada adalah jaring insang dasar, target ikan hasil tangkapan dari alat tangkapini adalah jenis ikan kakap putih (Lates calcarifer). Dengan penambahan alat pemanggil ikan berbasisgelombang bunyi diharapkan dapat meningatkan hasil tangkapan. Penelitian ini membandingkan 2 perlakuandan 16 kali ulangan dari penelitian ini didapatkan perbandingan jumlah hasil tangkapan jaring insang dasartidak menggunakan alat bantu pemanggil ikan yaitu 31 ekor dan yang menggunakan alat pemanggil ikan 39ekor ikan. Jenis hasil tangkapan jaring insang dasar yang tidak menggunakan alat bantu pemanggil ikan, jenisdan presentase jenis ikan yaitu kakap (Lates calcarifer) 12%. Laosan (Eleutheronema tetradactylum) 12%.Sumbal (Glossolepis incisus) 12%. Presentase menggunakan alat pemanggil ikan ada 6 jenis yaitu sotong(Mastigoteuthis flammea) 1%, rajungan (Portunas pelagicus) 1%, laosan (Eleutheronema tetradactylum)11%, manyung (Ariidae) 3%, kakap putih (Lates calcalifer) 83%, bandeng (Chanos-chanos)1%,
HASIL TANGKAPAN IKAN KAKAP PUTIH (Latescalcarifer) PADA UKURAN MATA JARING INSANG YANG BERBEDA DI PERAIRAN PESISIR KOTA SURABAYA Abdillah, Ahmad Rifqi; Subagio, Hari; Rosana, Nurul
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 1 No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v1i2.19

Abstract

Nelayan pesisir Kota Surabaya menggunakan alat tangkap jaring insang dasar (bottom gillnet) dalammenangkap ikan kakap putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ukuran mata jaring yang berbedapada jaring insang dasar. Penelitian ini di lakukan bulan Maret hingga Mei 2019 di perairan pesisir kotaSurabaya dengan metode observasi untuk mengetahui hasil tangkapan ikan kakap putih (Lates calcarifer) danpengaruh ukuran mata jaring yang berbeda. Pengambilan data dilakukan 15 kali sebagai ulangan dan 2perlakuan berupa ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi sehingga diperoleh 30 data. Hasil penelitianmenunjukan hasil tangkapan utama ikan kakap (Lates calcarifer) sebanyak 65% dan hasil tangkapansampingan sebanyak 35% diantaranya ikan laosan (Eleutheronema Tetradactylum), rajungan (Portanuspelagicus), dan dukang (Hexanematichthys). Jumlah hasil tangkapan pada mata jaring 6 inchi lebih besar daripada ukuran 7 inch. Namun berdasarkan anilisis uji t di simpulkan tidak ada pengaruh penggunaan ukuranmata jaring 6 inchi atau 7 inchi terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih. Perbedaan jumlah hasil tangkapanikan kakap putih di antara kedua ukuran mata jaring tersebut kemungkinan di sebabkan oleh beberapa factorlingkungan yakni arus, suhu, dansalinitas.
HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portunidae) PADA ALAT TANGKAP BUBU YANG BERBEDA DI PERAIRAN KECAMATAN PASONGSONGAN, KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR Farahdiba, Safrina; Subagio, Hari; Rosana, Nurul
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 2 No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v2i1.28

Abstract

Nelayan di Perairan Pasongsongan saat ini telah banyak yang menggunakan bubu lipat dalammenangkap Rajungan (Portunidae). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan hasiltangkapan rajungan (Portunidae) pada alat tangkap bubu yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulanSeptember – November 2019 di Perairan Pasongsongan Desa Padangdangan dengan menggunakan metodeobservasional untuk mengetahui hasil tangkapan Rajungan (Portunidae) dan pengaruh perbedaan alat tangkapbubu lipat. Pengambilan data dilakukan 16 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa alat tangkap bubu lipatpersegi dan bubu lipat kubah. Jumlah hasil tangkapan pada alat tangkap bubu lipat persegi lebih kecil dari padahasil tangkapan bubu lipat kubah. Namun berdasarkan analisis Uji T-test disimpulkan bahwa disimpulkanbahwa penggunaan jenis bubu yang berbeda tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan Rajungan(Portunidae).