Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EVALUASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KOTAKU DI KOTA MANADO Bachmid, Najillah D.T.; Lakat, Ricky S.M.; Takumansang, Esli D
SPASIAL Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 2016 masih terdapat 35.291 hektar daerah kumuh yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan hasil perhitungan luasnya daerah kumuh perkotaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kondisi tersebut dapat diperkirakan akan terus mengalami penambahan apabila tidak ada bentuk penanganan yang inovatif, menyeluruh, dan tepat sasaran. Pemerintah Kota Manado dengan program KOTAKU mendukung peningkatan akses ke infrastruktur dan mendukung pengembangan daerah kumuh perkotaan untuk mendukung penetapan evaluasi yang layak huni, produktif, dan berkelanjutan, perlu dilakukan tinjauan yang lebih mendalam terhadap program ulang yang dilakukan oleh pemerintah, perlu ada perencanaan atau dukungan dalam perencanaan keberlanjutan dalam program ini.Tujuan Dari penelitian ini untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam Program KOTAKU di Kota Manado dan untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendorong partisipasi masyarakat dalam Program KOTAKU di Kota Manado. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini ialah metode analisis skala likert dengan mengukur data dengan kuesioner. Hasil dari analisis data partisipasi masyarakat dalam program kotaku secara keseluruhan partisipasi masyarakat untuk program Kotaku masih kurang berpartisipasi, dalam analisis faktor pendukung adalah kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi menjadi salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan program, sedangkan faktor penghambat adalah masih kurangnya kesadaran atau kemauan masyarakat, masyarakat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, kurang pahamnya masyarakat akan pembangunan yang baik, kurang tanggapnya masyarakat terhadap masalah-masalah yang terjadi pada lingkungannya sendiri dan fasilitas kurang memadai.Kata Kunci: Evaluasi, Partisipasi Masyarakat, Program KOTAKU.
PENGARUH KAWASAN PERDAGANGAN DAN KAWASAN PELAYANAN UMUM PENDIDIKAN PADA MODEL HARGA LAHAN DI KECAMATAN MAPANGET Tambuwun, Windy Anatasya; Lakat, Ricky S.M.; Punuh, Claudia S.
SPASIAL Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan penduduk memberikan pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan masyarakat akan lahan secara otomatis juga ikut meningkat. Peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Mapanget salah satunya di pengaruhi karena adanya Pusat Pelayanan Kota yaitu kampus Politeknik Negeri Manado yang merupakan satu-satunya Sekolah Tinggi Negeri yang ada di Kecamatan Mapanget dan berkembangnya Pusat Perdagangan salah satunya Transmart mempengaruhi harga lahan yang ada di sekitarnya.Penetapan Nilai Jual Objek Pajak dengan harga jual lahan di Pasar juga menimbulkan kesenjangan karena harga NJOP lebih rendah dari harga lahan di pasar akibat yang terjadi adalah ketidakjujuran dalam bertransaksi karena pejual dan pembeli menghindari pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi Model harga lahan menurut NJOP yang ditetapkan pemerintah dan menurut harga pasar terkait pengaruh Pusat Pelayanan Kota dan Menganalisis model harga lahan dan model harga NJOP. Metode digunakan dalam penelitian ini ialah uji asumsi klasik harus memenuhi beberapa asumsi agar model dapat digunakan pada analisis regresi dan analisis regresi linear berganda untuk mengetahi pengaruh dari kawasan pelayanan umum pendidikan Politeknik Negeri Manado dan Kawasan Perdagangan Transmart terhadap harga pasar dan harga NJOP. Serta mengetahui model Harga lahan Pasar dan model Harga NJOP.  Kata Kunci : Kawasan Perdagangan, Kawasan Pelayanan Umum Pendidikan, Harga Lahan
Model Harga Lahan di Koridor Jalan Raya Manado – Bitung Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara Item, Doddy C; Lakat, Ricky S.M.; Lintong, Steven
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 12 No. 1 (2023): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v12i1.48810

Abstract

Kecamatan Kalawat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara yang berbatasan langsung dengan Kota Manado sehingga membuat masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kalawat sebagian beraktivitas di Kota Manado. Kecamatan yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak di Kabupaten Minahasa Utara. Pada Jalan raya Manado – Bitung merupakan jalan yang menghubungkan 2 Kota besar yang ada di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kota Manado dan Kota Bitung sehingga menyebabkan padatnya aktivitas yang ada di sepanjang jalan raya Manado – Bitung. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya harga Lahan yang ada di Kecamatan Kalawat khususnya di area Koridor Jalan Raya Manado – Bitung. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan menentukan model harga lahan di koridor jalan raya Manado – Bitung Kecamatan Kalawat dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis regresi linear berganda menggunakan 3 variabel penelitian yaitu harga lahan, jarak ke koridor, dan harga NJOP. Hasil penelitian menunjukan parsial pertama, jarak ke koridor memiliki pengaruh negatif atau bertolak belakang terhadap nilai jual lahan, semakin tinggi jarak ke koridor semakin tinggi juga harga jual lahan, parsial kedua NJOP memiliki pengaruh positif terhadap nilai jual lahan. Secara simultan, pengaruh Jarak ke Koridor sangat mempengaruhi terhadap nilai jual lahan sedangkan NJOP pengaruh yang sangat kecil terhadap nilai jual lahan. Kata Kunci : Harga Lahan, Koridor Jalan, Analisis Regresi Sederhana, Analisis Regresi Linear Berganda Abstract Kalawat Sub-District is one of the sub-districts in North Minahasa Regency which is directly adjacent to Manado City, so that some of the people who live in Kalawat Sub-district do their activities in Manado City. The district that has the highest population growth is in North Minahasa Regency. On the Manado - Bitung highway, a road that connects 2 major cities in North Sulawesi Province( Manado City and Bitung City). This has caused an increase in land prices in Kalawat District, especially in the Manado – Bitung Highway Corridor area. This study aims to analyze and determine the model of land prices in the Manado - Bitung highway corridor, using simple regression analysis and multiple linear regression analysis using 3 research variables, namely land prices, distance to the corridor, and NJOP prices. The results showed that the first partial, the distance to the corridor has a negative or opposite effect on the selling value of land, the second partial NJOP has a positive effect on the selling value of land. Simultaneously, the effect of Distance to the Corridor greatly affects the selling value of land, while the NJOP has very little effect on the selling value of land. Keywords : Land Price, Road Corridor, Simple Regression Analysis, Multiple Linear Regression Analysis
Evaluasi Perkembangan Lahan Kritis di Kota Manado Sembor, Christ S A; Lakat, Ricky S.M.; Karongkong, Hendriek
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 12 No. 1 (2023): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v12i1.48816

Abstract

Lahan kritis adalah suatu kondisi lahan yang berkembang ketika kemampuan lahan tidak sesuai dengan penggunaan lahan, yang menyebabkan terjadinya degradasi fisik, kimiawi, atau biologis lahan (Arsyad, 1989). Menurut Yusak Paul Kasse (2014) total keseluruhan lahan kritis di kota Manado sendiri berjumlah 9821,51 Ha yang tersebar di 9 kecamatan. Bagaimana dengan tahun 2021? Untuk itu, maka perlu diidentifikasi persebaran serta melakukan pemetaan kembali lahan kritis yang ada di Kota Manado dan membandingkan perubahan lahan kritis tahun 2014 dan 2021. Adapun metode penelitian yang di pakai pada penelitian ini ialah dengan menggunakan analisis spasial dengan pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang dengan 3 tahapan yaitu overlay data spasial, editing data atribut dan analisis tabular. Hasil dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sebaran lahan kritis dan membandingkan perubahan lahan kritis di Kota Manado tahun 2014 dan 2021. Secara keseluruhan, sebaran lahan kritis yang ada di Kota Manado tahun 2021 tersebar di 10 kecamatan yaitu: Kecamatan Malalayang seluas 1263.27 hektar, Sario seluas 17.4 hektar, Wanea seluas 616.91 hektar, Wenang seluas 90.1 hektar, Tikala seluas 427.68 hektar, Paal Dua seluas 563.72 hektar, Singkil seluas 289.31 hektar, Mapanget seluas 4158.08 hektar, Tuminting seluas 245.52 hektar, Bunaken seluas 1733.62 hektar. Besaran luas lahan kritis teridentifikasi telah terjadinya perubahan luasan lahan kritis yang ada di Kota Manado dalam hal ini Kawasan Luar Hutan yang berada di Kecamatan Malalayang, Sario, Wanea, Wenang, Tikala, Paal Dua, Singkil, Mapanget, Tuminting serta Bunaken yakni dari 9821.51 ha di tahun 2014 menjadi 9405.6 ha di tahun 2021. Kata kunci: Lahan Kritis; Kawasan Luar Hutan; Perubahan Luas; Kota Manado. Abstract Critical land is a land condition that develops when land capability is incompatible with land use, which causes physical, chemical, or biological degradation of land (Arsyad, 1989). According to Yusak Paul Kasse (2014), the total amount of critical land in Manado city is 9821.51 hectares spread across 9 sub-districts. What about in 2021? For this reason, it is necessary to identify the distribution and remapping of critical land in Manado City and compare the changes in critical land in 2014 and 2021. The method used in this research is to use spatial analysis with a weighted tiered quantitative approach with 3 stages, including spatial data overlay, attribute data editing and tabular analysis. The results of this research are to determine the distribution of critical land and compare changes in critical land in Manado City in 2014 and 2021. Overall, the distribution of critical land in Manado City in 2021 is spread across 10 sub-districts, namely: Malalayang sub-district covering 1263.27 hectares, Sario covering 17.4 hectares, Wanea covering 616.91 hectares, Wenang covering 90.1 hectares, Tikala covering 427.68 hectares, Paal Dua covering 563.72 hectares, Singkil covering 289.31 hectares, Mapanget covering 4158.08 hectares, Tuminting covering 245.52 hectares, Bunaken covering 1733.62 hectares. The size of the critical land area identified has changed the existing critical land in Manado City. In this regard, the Outer Forest Area in Malalayang, Sario, Wanea, Wenang, Tikala, Paal Dua, Singkil, Mapanget, Tuminting and Bunaken sub-districts, namely from 9821.51 ha in 2014 to 9405.6 ha in 2021. Keyword: Critical Land; Outer Forest Area; Area Change; Manado City
Pengembangan Konsep Transit Oriented Development (TOD) di Kota Tomohon Kalangie, Della I.; Sembel, Amanda S; Lakat, Ricky S.M.
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2023): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v12i2.48900

Abstract

Kemacetan kota dan perkembangan kawasan perkotaan tidak teratur menjadi permasalahan yang sering terjadi pada kota di Indonesia tidak terkecuali pada Kota Tomohon. Kedua permasalahan kota tersebut dapat diatasi dengan adanya Pengembangan kawasan TOD dan menjadi solusi dalam penyelesaian masalah tersebut karena sifatnya yang mengembangkan kawasan dengan transportasi berkelanjutan didukung dengan desain ramah pejalan kaki, tatanan lahan, dan pengawasan terhadap intensitas pemanfaatan ruangnya. Pengembangkan kawasan TOD membutuhkan pengidentifikasian terhadap kriteria pembangunnya, hasil identifikasi kemudian di optimalkan dengan membandingkannya dari standar kriteria kawasan TOD sebagai kebutuhan pengembangan kawasan TOD. Menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan proses analisis spasial dan optimasi dan dilakukan pada lima lokasi dalam Kota Tomohon yakni zona Terminal Beriman, zona Menara Alfa Omega, zona Alfamart Walian, zona Kantor Sinode GMIM, dan zona Alfmart Kinilow. Hasil penelitian menunjukan kriteria yang sudah di identifikasi sebelumnya masih memerlukan pengembangan. Kebutuhan pengembangan terbesar untuk jalur pejalan kaki berada pada zona Alfamart Kinilow dengan persentase 77%. Dalam intensitasnya, kebutuhan pengembangan KDB terbesar berada di zona Terminal Beriman pada blok tiga sebesar 59% dan KLB pada blok tiga dengan nilai 1.89. Dari kelima zona yang diteliti dalam kriteria penggunaan lahan campur, zona Terminal Beriman dan zona Kantor Sinode GMIM masih memiliki kebutuhan pengembangan pada kawasan residential sebesar 14% untuk zona Terminal Beriman dan 3% untuk zona Kantor Sinode GMIM dalam mencapai standar dari pengembangan kawasan TOD lingkungan di Kota Tomohon.Kata kunci: TOD; Transit Oriented Development; Transportasi; Analisis Spasial; SIG.AbstractCity congestion and the development of irregular urban areas are problems that often occur in cities in Indonesia, including the City of Tomohon. Both of these city problems can be overcome by developing TOD areas and being a solution to solving these problems because of their nature to develop areas with sustainable transportation supported by pedestrian-friendly designs, land arrangements, and monitoring of the intensity of spatial use. The development of the TOD area requires identification of the building criteria, the results of the identification are then optimized by comparing them with the standard criteria for the TOD area as the need for the development of the TOD area. Using a descriptive quantitative method with a process of spatial analysis and optimization and carried out at five locations within Tomohon City namely the Faith Terminal zone, the Alfa Omega Tower zone, the Walian Alfamart zone, the GMIM Synod Office zone, and the Alfmart Kinilow zone. The results of the research show that the criteria that have been previously identified still require development. The biggest development need for pedestrian paths is in the Alfamart Kinilow zone with a percentage of 77%. In terms of intensity, the greatest need for KDB development is in the Terminal Beriman zone in block three at 59% and KLB in block three with a value of 1.89. Of the five zones examined in the mixed land use criteria, the Beriman Terminal zone and the GMIM Synod Office zone still have development needs in residential areas of 14% for the Beriman Terminal zone and 3% for the GMIM Synod Office zone in achieving the standards of the development of the environmental TOD area in Tomohon City.Keyword: TOD; Transit Oriented Development; Transportation; Spatial Analysis; GIS
Model Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Manado Turang, Angela R.; Lakat, Ricky S.M.; Van Rate, Johannes
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2023): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v12i2.52587

Abstract

AbstrakRumah merupakan standar untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk ekonomi. Kota Manado termasuk dalam Kawasan BIMINDO(Bitung, Minahasa Utara dan Manado) yang berperan dalam bidang pariwisata dan industri. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kota Manado, sehingga banyak memunculkan slum dan squatter. Penyediaan hunian diperlukan, dengan mempertimbangkan ketersediaan lahan dimasa yang akan datang, untuk rekomendasi hunian vertikal dan horizontal. Penelitian ini bertujuan menghitung jumlah unit hunian pada zona arahan pengembangan vertikal dan horizontal, kemudian memberikan rekomendasi zona potensial hunian, ruang terbuka hijau, dan sarana, prasarana dan utilitas, serta memodelkan pembiayaan hunian agar bisa dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah(MBR). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis spasial dengan overlay peta citra untuk melihat keadaan eksisting perubahan guna lahan, dan melakukan perhitungan menggunakan aplikasi excel untuk memperoleh jumlah unit hunian di wilayah zona pengembangan. Didapati beberapa wilayah yang sudah terbangun pada rekomendasi zona pengembangan vertikal dan horizontal, sehingga terjadi pengurangan luasan wilayah. Kemudian kecamatan dengan kebutuhan hunian vertikal di Kota Manado diperoleh sejumlah 81.888 unit. Berdasarkan luasan lahan, masih tersedia sejumlah 126.945 unit hunian horizontal yang tersedia, kemudian terdapat 2 kecamatan dengan luasan lahan yang tidak memungkinkan untuk pengembangan perumahan, yaitu Kecamatan Sario(kebutuhan hunian 6.960 unit) dan Kecamatan Wenang(kebutuhan hunian 10.510 unit).Kata kunci: Pengembangan Hunian; Hunian Vertikal; Hunian Horizontal; Zona Potensial Hunian; MBR.AbstractThe house is a standard to fulfil human needs as economic beings. The city of Manado is included in the BIMINDO Region (Bitung, North Minahasa and Manado) which plays a role in tourism and industry. This causes high population growth in the city of Manado, causing many slums and squatters to emerge. Provision of shelter is required, taking into account future land availability, for vertical and horizontal housing recommendations. This study aims to calculate the number of residential units in the vertical and horizontal development direction zones, then provide recommendations for potential residential zones, green open spaces, and facilities, infrastructure and utilities, as well as model housing finance so that it can be reached by low-income communities (MBR). The research method used in this study is spatial analysis by overlaying image maps to see the existing state of land use change, and performing calculations using the excel application to obtain the number of residential units in the development zone area. It was found that several areas had been developed according to the recommendations for vertical and horizontal development zones, resulting in a reduction in area. Then districts with vertical housing needs in Manado City obtained a total of 81,888 units. Based on land area, there are still 126,945 units available horizontal residential zones, then there are 2 sub-districts with land areas that do not allow for housing development, namely Sario District (6,960 residential units) and Wenang District (10,510 residential units). Keyword: Residential Development; Vertical Housing; Horizontal Housing; Residential Potential Zone; Low Income Society.