Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DAN AKSES PANGAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIABETES MELITUS TIPE 2 Noviani, Nor Eka; Nisa, Fatma Z; Kandarina, Istiti
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1, No 2 (2018): JMK
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tidak tahan pangan adalah situasi ketika seseorang tidak memiliki akses secara fisik, sosial dan ekonomi untuk memenuhi pangan yang cukup, beragam, aman dan bergizi sesuai kebutuhan untuk hidup sehat dan aktif, yang selanjutnya tidak tahan pangan berhubungan dengan penyakit kronis, termasuk diabetes melitus tipe 2 (DM2). Tujuan: Mengetahui apakan tidak tahan pangan dan rendahnya akses pangan merupakan faktor risiko terjadinya DM2 di Kabupaten Kulon Progo. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain kasus dan kontrol. Kasus adalah 63 penyandang DM2 yang terdaftar di 4 kecamatan di Kulon Progo. Sedangkan kontrol adalah 63 responden bukan penyandang DM2. Penentuan sampel menggunakan metode purposive dengan penyetaran umur, jenis kelamin dan tempat tinggal. Ketahanan pangan diukur dengan 10 pertanyaan di kuesioner Radimer/Cornel, sedangkan akses pangan dihitung dengan pangsa pengeluaran pangan (PPP) dari kuesioner ekonomi nasional. Variabel lain adalah pendidikan, riwayat keluarga dan pendapatan keluarga.Hasil: Sebagian responden menempuh pendidikan 9 tahun (50,79% di kelompok kasus dan 60,31% kelompok kontrol). Mereka juga memiliki penghasilan keluarga yang tinggi ( 3,2 juta) di kedua kelompok (kasus=65,07;kontrol=74,60%). Riwayat keluarga positif 52,38 di kelompok kasus. Berdasarkan uji x2 , riwayat keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan DM2 (p 0,05;OR=10,45;95%CI=3,70-33,32). Tidak tahan pangan lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol (79,36%) daripada kasus (66,67%). Total pengeluaran pangan dan bukan pangan di kelompok kasus lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Prosentase PPP tinggi ( 60%) sebanyak 84,13% di kasus dan 77,78% di kontrol. Mc Nemar menunjukkan tidak tahan pangan dan akses pangan secara statistik tidak bermakna (p 0,05). Berdasarkan regresi logistik, riwayat keluarga memiliki hubungan paling kuat berkembangnya DM2 (p 0,05;OR=11,95), tidak tahan pangan memiliki nilai p=0,034 dan OR=0,37.Kesimpulan: tidak tahan pangan dan akses pangan bukan merupakan faktor risiko DM2, akan tetapi riwayat keluarga memiliki faktor risiko timbulnya DM2 di Kulon Progo tahun 2015.
Analisis Anggaran Belanja Makanan dalam Menentukan Standar Gizi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Safitri, Teti Anggita; Noviani, Nor Eka; Fathah, Rigel Nurul
Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 5 No 1 Juni 2020
Publisher : Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/benefit.v5i1.9109

Abstract

Food management is a series of management in managing hospital patient food. Food health standards in the form of selecting foods that are suitable for good nutrition are very important for patients. The purpose of this study is to find out how the process of providing patient food at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital and the constraints faced when preparing the budget and the efforts made to overcome these obstacles. The method used in this study is a qualitative research method using interview techniques with parties related to the preparation of the patient's food expenditure budget at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. Food expenditure budget in Determining Nutrition Standards for Inpatients at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital is based on 1). Standard Operating Procedures include Food Corruption SOP, Food SOP Receipt, Food Distribution SOP and Food SOP SOP; 2). Patient Menu Standards; 3). Standard portion of patient nutrition; 4). Food Cost Unit; 5). Food Budget. The implementation of all activities in the Nutrition Installation PKU Muhammadiyah Gamping Hospital has been going well
Analisis Anggaran Belanja Makanan dalam Menentukan Standar Gizi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Teti Anggita Safitri; Nor Eka Noviani; Rigel Nurul Fathah
Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 5 No 1 Juni 2020
Publisher : Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/benefit.v5i1.9109

Abstract

Food management is a series of management in managing hospital patient food. Food health standards in the form of selecting foods that are suitable for good nutrition are very important for patients. The purpose of this study is to find out how the process of providing patient food at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital and the constraints faced when preparing the budget and the efforts made to overcome these obstacles. The method used in this study is a qualitative research method using interview techniques with parties related to the preparation of the patient's food expenditure budget at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. Food expenditure budget in Determining Nutrition Standards for Inpatients at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital is based on 1). Standard Operating Procedures include Food Corruption SOP, Food SOP Receipt, Food Distribution SOP and Food SOP SOP; 2). Patient Menu Standards; 3). Standard portion of patient nutrition; 4). Food Cost Unit; 5). Food Budget. The implementation of all activities in the Nutrition Installation PKU Muhammadiyah Gamping Hospital has been going well
Household food security is a risk factor of type 2 diabetic mellitus Nor Eka Noviani; BJ Istiti Kandarina; Fatma Zuhrotun Nisa
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 8 ISSUE 1, 2020
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijnd.2020.8(1).22-29

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketika kondisi pangan bagi negara sampai dengan perorangan tidak terpenuhi, maka kondisi yang terjadi adalah tidak tahan pangan. Tidak tahan pangan berhubungan dengan penyakit kronis diabetes melitus tipe 2. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifi kasi ketahanan pangan dan faktor lain yang berhubungan dengan DM2 di Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia. Metode: Penelitian ini adalah penelitian obeservasi dengan desain case control, dimana kasus adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang terdaftar di 4 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan kontrol adalah subyek bukan penyandang DM2. Penentuan sampel menggunakan metode purposive yang kemudian dilakukan penyetaraan terhadap umur dan tempat tinggal. Uji statistik chi-square, Mc. Nemar dan regresi logistik dilakukan untuk mengidentifi kasi variabel yang merupakan faktor risiko. Hasil: Uji chi square menunjukkan bahwa riwayat keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan DM2 (p<0,05). Status tidak tahan pangan lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol (79,36%). Banyak responden memiliki skor kualitas diet yang kurang yakni 60,32% di kedua kelompok. Banyak responden tidak mengalami obesitas (>50%). Obesitas sentral terjadi pada 65,08% kasus dan 52,38% kontrol. Uji Mc. Nemar menunjukkan tidak ada variabel yang signifi kan (p>0,05; OR >1). Obesitas sentral berisiko terjadinya DM2 sebesar 61%. Uji regresi logistik menyimpulkan bahwa riwayat keluarga memberikan kontribusi besar berkembangnya DM2. Kesimpulan: Ketahanan pangan rumah tangga bukan faktor risiko terjadinya DM2 di Kulon Progo. Obesitas sentral berpeluang terjadinya DM2. Faktor genetik sebagai faktor dominan terjadinya DM2 di Kulon Progo.KATA KUNCI: diabetes melitus tipe 2; ketahanan pangan; kualitas diet; obesitas; obesitas sentral; faktor risikoABSTRACTBackground: Food security refl ects a situation when individual at all times has physical, social, and economic access to suffi cient, diversifi ed, safe and nutrious food that meets their dietary needs, food preference and religious believes for an active and healthy life. When the condition of individual is not adequate, it will contribute to food insecurity. Food insecurity has association with chronic diseases like type 2 diabetic mellitus (DM2). Objectives: To identify whether food security and other cofactors being the risk of DM2 in Kulon Progo Regency, Yogyakarta, Indonesia.Methods: This is an observational study with case control design. The case group was diabetic patients registered in Community Health Center in 4 subdistrics in Kulon Progo Regency whereas the control group was non diabetic patients. Respondents were selected purposively in accordance with inclusive and exclusive criterion, equivalently matching with age, gender and neighborhood. Chi square test, Mc. Nemar and logistic regression were used to identify risk factor. Results: The characteristic of two group revealed that family history had signifi cant association in development of DM2 (p<0.05). Food insecurity more commonly occured in control group (79.36%). Low quality diet was faced by the two group. Half of them had no obesity. Based on Mc. Nemar no variables statistically became risk factor of diabetic mellitus type 2 (p>0.05). But central obesity can be risk for DM. Genetic factor contributed to be DM2. Conclusion: Food security was not risk factor of developing DM2. Central obesity might be the risk of DM2. Parent history was the dominant factor of DM2.KEYWORDS: diabetic mellitus; food security; quality diet; obesity; risk factor
Sosialisasi dan Pembibitan Kebun Gizi Vertiminaponik untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan di Desa Tuksono, Sentolo, Kulon Progo Nor Eka Noviani; Suri Salmiyati; Ika Afifah Nugraheni
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 11th University Research Colloquium 2020: Bidang Pengabdian Masyarakat
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.377 KB)

Abstract

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Gerakan Masyarakat hidup Sehat. Kabupaten Kulon Progo berada pada urutan ke 43 lokasi khusus 100 Kabupaten atau kota untuk intervensi stunting. Desa Tuksono menjadi lokus stunting dengan prosentase 9,64%. Perbaikan gizi dilakukan dengan inovasi kebun gizi untuk meningkatkan akses dan ketersediaan pangan bagi balita. Penyuluhan dan pembuatan kebun gizi vertiminaponik diberikan pada warga termasuk kader posyandu. Kebun Gizi vertiminaponik terdiri dari Sub sistem akuakultur menggunakan kolam lele dengan sub system hidroponik dengan menanam sayuran kangkung. Tanaman akan mendapat pupuk organic dari sisa pakan dan kotoran ikan. Pembibitan menggunakan media rockwool. Benih yang disiapkan adalah kangkong dan pokcoy. Penyuluhan tentang kebun gizi dan pembibitan dengan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan warga. Benih yang tumbuh nantinya akan dipasang di instalasi vertiminaponik
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI Yuni Isnaini Nurazizah; Agung Nugroho; Nor Eka Noviani
JOURNAL HEALTH AND NUTRITIONS Vol 8, No 2 (2022): Health and Nutritions
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jhn.v8i2.545

Abstract

Female adolescents are more prone than male adolescents to suffer from anemia as a result of menstrual cycles and poor dietary habits. Nutritional imbalances such as insufficient macronutrient and micronutrient consumption, as well as the habit of eating high-calorie but low-nutrient foods (foods high in fat, carbohydrates, and sugar) can induce fat storage and interfere with nutrient metabolism, resulting in anemia. The study aims to analyze the correlation between nutritional status and the incidence of anemia in female adolescents at SMA Negeri 1 Way Tenong, West Lampung. This research employed a quantitative method with an analytical survey with a cross-sectional design. The population of the study was 458 female adolescents in grades X, XI, and XII at SMA Negeri 1 Way Tenong, West Lampung. The sample was taken as many as 140 students using a random sampling technique. The data collected were the identity of the respondent obtained through filling out a questionnaire by the respondent, then checking the nutritional status by measuring height and weight, as well as checking the incidence of anemia by measuring hemoglobin levels. Based on statistical tests using the Chi Square test, a p-value of 0.000 (p <0.1) was obtained which implied that there was a correlation between nutritional status and the incidence of anemia in female adolescent at SMA Negeri 1 Way Tenong, West Lampung. Female adlescents should consume an intake that is appropriate for their needs, with balanced nutrition, and take blood-added supplements on a regular basis.Remaja putri berisiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan remaja laki-laki karena remaja putri mengalami siklus menstruasi dan kebiasaan makan yang salah. Ketidakseimbangan nutrisi berupa kurangnya asupan makronutrien maupun mikronutrien, kebiasaan konsumsi makanan tinggi kalori namun rendah nutrisi (tinggi lemak, karbohidrat, dan gula) dapat menyebabkan penumpukkan lemak dan mengganggu metabolisme penyerapan gizi besi yang kemudian akan berakibat mengalami anemia. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Way Tenong, Lampung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian yaitu siswa remaja putri kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 1 Way Tenong, Lampung barat sebanyak 458 siswi. Sampel diambil sebanyak 140 siswi dengan menggunakan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan yaitu identitas responden yang didapatkan melalui pengisian kuesioner oleh responden, kemudian pemeriksaan status gizi dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta pemeriksaan kejadian anemia dengan melakukan pengukuran kadar hemoglobin. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil p-value sebesar 0,000 (p <0,1) yang disimpulkan bahwa terdapat hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Way Tenong, Lampung Barat. Disarankan kepada siswa untuk mengonsumsi asupan yang sesuai kebutuhan dengan gizi yang seimbang serta rutin mengonsumsi suplemen tambah darah.
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DAN AKSES PANGAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIABETES MELITUS TIPE 2 Nor Eka Noviani; Istiti Kandarina; Fatma Z. Nisa
Jurnal Mitra Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2019): Jurnal Mitra Kesehatan
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47522/jmk.v1i2.20

Abstract

Pendahuluan: Tidak tahan pangan adalah situasi ketika seseorang tidak memiliki akses secara fisik, sosial dan ekonomi untuk memenuhi pangan yang cukup, beragam, aman dan bergizi sesuai kebutuhan untuk hidup sehat dan aktif, yang selanjutnya tidak tahan pangan berhubungan dengan penyakit kronis, termasuk diabetes melitus tipe 2 (DM2). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah tidak tahan pangan dan rendahnya akses pangan merupakan faktor risiko terjadinya DM2 di Kabupaten Kulon Progo. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain kasus dan kontrol. Kasus adalah 63 penyandang DM2 yang terdaftar di 4 kecamatan di Kulon Progo. Sedangkan kontrol adalah 63 responden bukan penyandang DM2. Penentuan sampel menggunakan metode purposive dengan penyetaran umur, jenis kelamin dan tempat tinggal. Ketahanan pangan diukur dengan 10 pertanyaan di kuesioner Radimer/Cornel, sedangkan akses pangan dihitung dengan pangsa pengeluaran pangan (PPP) dari kuesioner ekonomi nasional. Variabel lain adalah pendidikan, riwayat keluarga dan pendapatan keluarga. Hasil: Sebagian responden menempuh pendidikan>9 tahun (50,79% di kelompok kasus dan 60,31% kelompok kontrol). Mereka juga memiliki penghasilan keluarga yang tinggi (>3,2 juta) di kedua kelompok (kasus=65,07;kontrol=74,60%). Riwayat keluarga positif 52,38 di kelompok kasus. Berdasarkan uji x2, riwayat keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan DM2 (p<0,05;OR=10,45;95%CI=3,70-33,32). Tidak tahan pangan lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol (79,36%) daripada kasus (66,67%). Total pengeluaran pangan dan bukan pangan di kelompok kasus lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Prosentase PPP tinggi (>60%) sebanyak 84,13% di kasus dan 77,78% di kontrol. Mc Nemar menunjukkan tidak tahan pangan dan akses pangan secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Berdasarkan regresi logistik, riwayat keluarga memiliki hubungan paling kuat berkembangnya DM2 (p<0,05;OR=11,95), tidak tahan pangan memiliki nilai p=0,034 dan OR=0,37. Kesimpulan: Tidak tahan pangan dan akses pangan bukan merupakan faktor risiko DM2, akan tetapi riwayat keluarga memiliki faktor risiko timbulnya DM2 di Kulon Progo tahun 2015.
Pemberdayaan kebun gizi dengan hidroponik di Karang Taruna Dusun Ledok, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo Noviani, Nor Eka; Hidayati, Ririn Wahyu
Hasil Karya 'Aisyiyah untuk Indonesia Vol. 2 No. 1 (2022): Oktober
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.537 KB) | DOI: 10.31101/hayina.2722

Abstract

Pemberdayaan pada pemuda merupakan suatu langkah edukatif dalam peningkatan stabilitas ketahanan pangan di tingkat keluarga atau masyarakat. Pemanfaatan potensi pekarangan di keluarga dan masyarakat membutuhkan peran pemuda, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pekarangan keluarga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan stabilitas ekonomi keluarga dengan menanam sayuran.  Kegiatan ini memaparkan hasil pelaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pemuda dalam bentuk pemberdayaan kebuh gizi sayuran dengan Teknik hidropobik di Dusun Ledok, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan pengetahuan gizi dan keterampilan dalam mengolah pekarangan sempit untuk menanam sayuran dengan teknik hidroponik. Kegiatan yang telah dilakukan adalah diskusi dan talkshow tentang pentingnya gizi dalam sayuran pada pemuda, pendampingan penanaman sayuran dengan teknik hidroponik dan pemantuan hasil sayuran. Kegiatan ini dilaksanakan selama 5 bulan mulai dari koordinasi, proses pembibitan, penanaman sayur serta panen dan pemanfaatan sayuran. Kemudian, dilakukan pemantauan setiap 1-2 bulan selama proses pelaksanaan. Selain menambah wawasan bagi peserta, kegiatan ini juga menghasilkan sayur sehat yang siap dimanfaatkan masyarakat sekitar. Tindak lanjut dari kegiatan ini, dilakukan koordinasi dan menjalin komunikasi dengan karang taruna untuk melihat perkembangan dan kendala setelah pelaksanaan pengabdian selesai.
Hubungan Body Image dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Lebih pada Remaja Putri di SMA Negeri 11 Yogyakarta Shalita, Alika Widya; Noviani, Nor Eka; Hariawan, Muhammad Hafizh
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 7, No 2 (2024): September 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/pnj.v7i2.1619

Abstract

Salah satu masalah gizi yang banyak dialami remaja adalah status gizi lebih, baik kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Status gizi lebih dapat diakibatkan oleh faktor jenis kelamin, pengetahuan gizi, aktivitas fisik yang rendah, kebiasaan dan pola makan yang tidak baik, dan stres psikososial. Masalah gizi lebih pada remaja dapat mempengaruhi body image remaja atau puas tidaknya remaja terhadap bentuk tubuhnya. Body image sendiri juga dapat mengubah kebiasaan makan remaja, baik itu membatasi atau meningkatkan asupan makannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara body image dan kebiasaan makan dengan status gizi lebih pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah remaja putri usia 16-17 tahun yang duduk di kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 82 responden dengan teknik purposive sampling. Data body image diambil dengan kuesioner Body Shape Questionnarie (BSQ), data kebiasaan makan diambil dengan kuesioner Adolescent Food Habits Checklist (AFHC), dan data status gizi remaja diambil dengan menggunakan indeks massa tubuh menurut usia (IMT/U). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui karakteristik variabel. Hasil uji hubungan pada variabel body image dan status gizi lebih dengan Fisher’s Exact Test menunjukkan adanya hubungan  dengan nilai p = 0,002 (<α = 0,05). Sedangkan, hasil uji hubungan pada variabel kebiasaan makan dan status gizi lebih dengan Spearman’s Correlation Rank menunjukkan adanya hubungan yang searah dengan nilai p = 0,0062. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin baik kebiasaan makan seseorang, maka akan mengarah pada status gizi yang normal.
Sosialisasi dan Pembibitan Kebun Gizi Vertiminaponik untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan di Desa Tuksono, Sentolo, Kulon Progo Noviani, Nor Eka; Salmiyati, Suri; Nugraheni, Ika Afifah
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 11th University Research Colloquium 2020: Bidang Pengabdian Masyarakat
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Gerakan Masyarakat hidup Sehat. Kabupaten Kulon Progo berada pada urutan ke 43 lokasi khusus 100 Kabupaten atau kota untuk intervensi stunting. Desa Tuksono menjadi lokus stunting dengan prosentase 9,64%. Perbaikan gizi dilakukan dengan inovasi kebun gizi untuk meningkatkan akses dan ketersediaan pangan bagi balita. Penyuluhan dan pembuatan kebun gizi vertiminaponik diberikan pada warga termasuk kader posyandu. Kebun Gizi vertiminaponik terdiri dari Sub sistem akuakultur menggunakan kolam lele dengan sub system hidroponik dengan menanam sayuran kangkung. Tanaman akan mendapat pupuk organic dari sisa pakan dan kotoran ikan. Pembibitan menggunakan media rockwool. Benih yang disiapkan adalah kangkong dan pokcoy. Penyuluhan tentang kebun gizi dan pembibitan dengan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan warga. Benih yang tumbuh nantinya akan dipasang di instalasi vertiminaponik