Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

DISKURSUS POSITIVISME DAN KEMUNGKINAN ADOPSI METODOLOGI DALAM RANAH ILMU-ILMU SOSIAL Marianus Ola Kenoba; Katarina Dhiki
Jurnal Education and Development Vol 9 No 2 (2021): Vol.9.No.2.2021
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.074 KB) | DOI: 10.37081/ed.v9i2.2440

Abstract

Pengalaman tercerabutnya manusia dari akar sosio historisnya merupakan efek logis atas pemanfaatan epistemologi positivisme yang cenderung berwatak totaliter. Karakter totaliter di dalam logika positivisme, justru semakin memarjinalkan peran ilmu-ilmu sosial secara kontekstual.Akibatnya, ilmu-ilmu sosial terseret masuk ke dalam krisis pengetahuan yang serius. Jejak krisis ini,sebetulnya sudah dapat teridentifikasi melalui landasan epistemologis maupun landasan metodologisnya. Keterbatasan perangkat metodologis-epistemologis itu-lah yang telah menyebabkan absennya telaahmengenai pengalaman historis-biografis individual.Artikel ini bertujuan untuk menjajaki kemungkinan adopsi metodologi di dalam rumpun ilmu sosial yang mampu menjangkau pengalaman riil manusia dalam konteks historisitasnya. Sementara itu, metode yang digunakan di dalam artikel konseptual ini adalah model penelitian kepustakaan. Hasil riset tekstual ini memperlihatkan bahwa penerapan epistemologi positivisme di dalam ilmu-ilmu sosial telah melahirkan dilema alienasi terhadap manusia. Atas dasar itu-lah, ilmu-ilmu sosial positivis perlu menjajaki metode etnografi mikroskopis dalam bidang ilmu antropologi dan metode biografi imajinatif dalam bidang ilmu sastra. Spirit interdisipliner dan dekolonisasi di dalam aspek metodologis ini, memungkinkan ilmu-ilmu sosial untuk menata kembali narasi sosial secara imajinatif dan semakin mematapkan pijakan epistemologis maupun metodologisnya.
MAKNA FILOSOFI TRADISI MASO LANGO (MASUK RUMAH BARU) DI DESA DULI JAYA KECAMATAN TITEHENA KABUPATEN FLORES TIMUR Ratu Kelen, Floribertus Yosua; Dentis, Yosef; Dhiki, Katarina
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 2 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i2.5273

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana proses tradisi maso lango (masuk rumah baru) di Desa Duli Jaya, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur? 2). Apa makna filosofi maso lango (masuk rumah baru) di Desa Duli Jaya, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur? Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi maso lango (masuk rumah baru) di Desa Duli Jaya, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur. 2). Untuk mengetahui makna filosofi maso lango (masuk rumah baru) di Desa Duli Jaya, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 2 orang informan kunci dan 4 orang informan pendukung. Data dianalisis secara kualitatif yang terdiri dari tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa proses pelaksanaan tradisi maso lamgo (masuk rumah baru) terdiri dari beberapa tahap, diantaranya: 1). Tahap awal sebelum pelaksanaan ritual maso lango (masuk rumah baru). 2). Tahap ritual maso lango (masuk rumah baru). 3). Tahap akir setelah ritual maso lango (masuk rumah baru). Dalam tradisi maso lango (masuk rumah baru) terdapat makna filosofi yang menjadi pedoman dan pegangan dalam kehidupan selanjutnya. Tradisi maso lango (masuk rumah baru) dimaknai sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada leluhur atas rezeki yang diberikan sehingga bisa membangun rumah baru.
Community Participation in Agrotourism Management at Waturaka Village, Kelimutu District, Ende Regency: Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Agrowisata di Desa Waturaka, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende Dhiki, Katarina; Longginus Saji
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 8 No 2 (2024): SANTHET: (JURNAL SEJARAH, PENDIDIKAN DAN HUMANIORA) 
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v8i2.4637

Abstract

This research aims to measure the level of local community participation and determine the forms of their participation in agrotourism management activities in Waturaka Village, Kelimutu District, Ende Regency. The research uses quantitative methods. Data was collected by distributing questionnaires to 95 respondents who were farming actors in the Waturaka agrotourism area. The sample size is determined based on the Slovin formula. Data analysis used quantitative descriptive techniques with the help of the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) version 25 program. The results of the analysis showed that the level of local community participation was very high in agrotourism management activities in Waturaka village, as evidenced by the average questionnaire score of 4.41. Meanwhile, direct observation results show several forms of local community participation, including agricultural land management, active in irrigation construction programs, supporting walls construction, and road repairs, also presents attractions to tourists, promotes and sells agricultural products, and participates in evaluation meetings related to agrotourism management in their village. The very high level of community participation is a very important aspect, so there is no concern if agrotourism management activities in Waturaka village are still running today since they were promoted in 2012 by the Non Government Organization Swisscontact in collaboration with the Ende Regency Tourism Office. Therefore, it is highly hoped that the community will maintain its participatory spirit, and all stakeholders should continue to strive for good cooperation and coordination so that agrotourism management in Waturaka village can develop optimally.
Tourist Perceptions Regarding Destination Attributes At Kelimutu Lake Area, Ende Regency: Persepsi Wisatawan Mengenai Atribut Destinasi Di Kawasan Danau Kelimutu, Kabupaten Ende Dhiki, Katarina
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 9 No 4 (2025): SANTHET: (JURNAL SEJARAH, PENDIDIKAN DAN HUMANIORA) 
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v9i4.5962

Abstract

This research aims to determine tourists perceptions regarding the destination attributes available at Kelimutu lake area and its surroundings. The destination attributes studied are 4A (attractions, accessibility, amenities and ancillaries). Quantitative methods were used in this research, and data was collected by distributing questionnaires to 200 respondents taken randomly. Data analysis uses quantitative descriptive techniques with the assistance of SPSS version 25 program. The results of the analysis show that tourists who visit Kelimutu Lake have a good perception toward destination attributes available in this tourist area. In other words, the destinations attributes (4A) that available around the Kelimutu lake area are considered to be good. And when the results of the analysis were examined partially for each variable, it was discovered that the attraction variable received a very good rating from tourists. Meanwhile, the other three variables, namely accessibility, amenities and ancillary, received good ratings. The results of this analysis show that Kelimutu lake has very attractive attractions for tourists. The quality of accessibility, amenities and ancillaries are also considered good by tourists. Thus, it is recommended to all stakeholders to maintain and preserve the tourist attractions they already have so that their attractiveness does not decrease or lose in the future. Apart from that, efforts are also needed to improve the quality of accessibility, amenities and ancillaries in order to increase the attractiveness of Kelimutu lake as a tourist destination.
MAKNA GEREP RUHA (INJAK TELUR) PADA MASYARAKAT DESA HILIHINTIR KECAMATAN SATAR MESE BARAT KABUPATEN MANGGARAI Suhardi, Ignasius; Anita, Anita; Dhiki, Katarina
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 1 (2023): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i1.2890

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah: Bagaimana proses ritual gerep ruha (injak telur) pada masyarakat Desa Hilihintir Kecamatan Satar Mese Barat? Apa makna Gerep Ruha (injak telur) pada masyarakat Desa Hilihintir Kecamatan Satar Mese Barat? Bagaimana presepsi kaum muda tentang nilai Gerep Ruha (injak telur) pada masyarakat desa Hilihintir kecamatan satar mese barat? Penelitian ini bertujuan untuk: Untuk mengetahui proses ritual Gerep Ruha (Injak Telur) Pada Masyarakat Desa Hilihintir Kecamatan Satar Mese Barat Kabupaten Manggarai. Untuk mengetahui makna ritual Gerep Ruha (Injak Telur) Pada Masyarakat Desa Hilihintir Kecamatatan Satarmese Barat.Untuk mengetahui prepsi kaum muda nilai Gerep Ruha (Injak Telur) pada masyarakat Desa Hilihintir Kecamatatan Satarmese Barat.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Budaya atau kebudayaan yang digagas oleh salah satu ahli yaitu Koentjaraningrat.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data atau display data, penarikan kesimpulan (Verifikasi). Hasil penelitian menunjukan bahwa .Pelaksanaan tradisi gerep ruha ini tidak terlepas dari ketersediaan ruha manuk kampong (telur ayam kampung), saung ngelong (daun ngelong), gong, gendang, dan tange (bantal).Penggunaan benda-benda tersebut memiliki peran penting dalam tradisi Gerep Ruha ini karena mengandung makna atau simbol didalamnya.Ruha manuk kampong bermakna sebagai lambang kebersihan dan kemurnian untuk kehidupan kedua pengantin pada saat mereka hidup berkeluarga.Saung ngelong juga bermakna sebagai lambang kebersihan dan kemurnian untuk kehidupan suami istri dalam hidup berkeluarga. Dan juga harapannya rumah tangga yang dibangun akan mampu menyesuaikan diri dengan segala situasi yang terjadi dan tentunya hidup bahagia.
REPRESENTASI SPIRIT SOLIDARITAS DALAM BUDAYA SIDA LAKI (Analisis Kualitatif pada Masyarakat Desa Paka Kecamatan Satar Mese Kabupaten Manggarai) Sarlin, Florentina Mardiana; Anita, Anita; Dhiki, Katarina
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 1 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i1.4384

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana spirit solidaritas dalam budaya Sida Laki pada masyarakat Desa Paka Kecamatan Satar Mese Kabupaten Manggarai. 2) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap Sida Laki?. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui spirit solidaritas dalam budaya Sida Laki pada masyarakat Desa Paka Kecamatan Satar Mese kabupaten Manggarai. 2) Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Sida Laki. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: Makna budaya Sida Laki sebagai salah satu cara untuk membina hubungan kekeluargaan dimana budaya Sida Laki bukan hanya mempersoalkan materi yang diberikan dari keluarga anak wina kepada keluarga anak rona tetapi juga memaknai sebagai tanda pemersatu dan kekerabatan antara anak wina dan anak rona. Budaya Sida Laki merupakan sebuah bentuk pemberian berkat dan rejeki dari pihak anak wina untuk anak rona. Sida Laki dapat membantu dan meringankan urusan adat anak rona. Masyarakat Desa Paka memiliki persepsi yang positif dan negatif mengenai budaya Sida Laki. Bagi masyarakat, budaya Sida Laki dapat menciptakan nilai spirit solidaritas pada masyarakat Desa Paka. Namun ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa Sida Laki menjadi beban tersendiri bagi pihak anak wina jika permintaan Sida Laki sangat besar.
TRADISI PERKAWINAN ADAT NGGAE FAI PADA MASYARAKAT DI DESA PAUTOLA KECAMATAN KEO TENGAH KABUPATEN NAGEKEO Tao, Ferdinando De Carlos; Djandon, Maria Gorety; Dhiki, Katarina
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 1 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i1.4389

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana proses ataupun tahapan-tahapan dalam tradisi perkawinan adat di Desa Pautola Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo 2) Faktor-faktor apa saja yang membuat perkawinan adat di Desa Pautola Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo masih bertahan hingga saat ini ?, Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Mengetahui proses ataupun tahapan-tahapan dalam tradisi perkawinan adat di Desa Pautola Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo. 2) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat perkawinan bisa bertahan hingga saat ini. Penelitian mengunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa Pautola dengan jumlah informan sebanyak satu orang mosalaki (kepala ada), satu orang tokoh masyarakat dan satu orang masyarakat adat sebagai tokoh pendukung ). Pengumpulan data menggunakan Observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Reduksi Data (data pencarian), 2) Display Data (penyajian data), Verifikasi (penarikan kesimpulan). Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tradisi perkawinan adat nggae fai merupakan suatu trdisi yang sudah dilakukan oleh nenek moyang sejak dahulu dan diwariskan kepada generasi-generasi sekarang dan masih dipertahankan hingga saat ini karena dalam tradisi ini tidak boleh dilanggar dan harus sesuai dengan tahapan-tahapanya jika dilanggar maka kita akan menerima konsekuensinya seperti jadi buah bibir warga setempat.
Japanese Cave Site as a Historical Tourism Object in Aeramo Village, Aesesa District, Nagekeo Regency Dhiki, Katarina; Du'e, Amalianus
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 7 No 2 (2023): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v7i2.3204

Abstract

This study aims to find out the history of the Japanese cave site in Aeramo village, also to find out its current condition and efforts to maintenance and utilize the Japanese cave site as a historical tourist attraction. The research method used is a qualitative method with a descriptive approach. The research was carried out at the Japanese cave site in Aeramo village, Aesesa district, Nagekeo Regency. Data was collected using direct observation techniques, unstructured interviews and documentation. Based on study results, it is known that the Japanese cave site in Aeramo village, which is located on Oki Sato hill and Oki Rane hill, was created during the Japanese occupation, which arrived in Mbay in 1942. Japanese cave sites are the result of forced labor (romusha) carried out by Japanese soldiers toward local communities. The current condition of Oki Sato Japanese cave seems poorly maintained like most abandoned buildings. While the Oki Rane Japanese cave is in fairly good condition. Maintenance efforts that have been carried out include building a wall to support the mouth of the cave, building a fence around the cave location, and planting trees (reforestation) around the hill.