Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Relationship Between Diet with the Incidence of Gastritis at Patients Treated Roads the Internal Disease Poly Hospital Dr. R. Koesma Tuban nikita welandha prasiwi
Jurnal Penelitian Vol 2, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN
Publisher : Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47710/jp.v2i2.46

Abstract

ABSTRACT Gastritis is one of the health problems that exist in the community. In 2012, gastritis ranked sixth among other diseases. In Internal Disease poly at Hospital Dr. R. Koesma Tuban, an increase in cases of gastritis since last 5-6 years. A good diet is one of the treatment of gastritis and is apreventive measure to prevent the occurrence of gastritis. The purpose of this study is to determine the relationship between diet and the incidence of gastritis in patients who visited the Internal Disease poly at Hospital Dr. R. Koesma Tuban. The design of this study is the population Correlational studies and obtained a sample 110 respondents of 150 respondents. The sampling technique is using acidental sampling. Collecting data is using a questionnaire. Data were analyzed using Phi coefficient test with a significant level of α = 0.05. Based on the results, 45 (67,2%) of respondents who experienced gastritis have a poor diet, and 26 (60,5%) of respondents who do not gastritis have a good diet. The results of the analysis using the Phi coefficient test in get p = 0.004. p   α then means H0 is rejected, so there is a relationship between diet and the incidence of gastritis. From the description above it can be concluded that in order to increase the awareness of the community to implement a good diet, counseling or health education on the importance of diet to disease gastritis health workers need to be given in order to prevent and reduce cases of gastritis.
HUBUNGAN PEMILIHAN BAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL EMESIS TRIMESTER 1 Nikita Welandha Prasiwi; Idcha Kusma Ristanti; Endah Rokhmawati
Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH) Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.381 KB)

Abstract

Pada awal kehamilan banyak perubahan yang terjadi pada tubuh salah satunya adalah emesis. Gejala emesis terjadi pada 70-85% dari semua wanita yang mengalami kehamilan. Gejala emesis dapat menyebabkan risiko gizi kurang, Hal ini disebabkan nafsu makan menurun dan konsumsi makanan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jenis makanan dengan pemenuhan gizi pada kehamilan trimester I di BPM Emesis Desa Pertambangan Rasmi Kecamatan Pertambangan Semanding Tuban. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Seluruh populasi ibu hamil emesis BPM Rasmi trimester I sebanyak 36 responden, dengan teknik Simple Random Sampling diperoleh sampel sebanyak 33 responden. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Koefisien Phi dengan derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis makanan dengan pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil emesis (p=0,000; Koef Phi=0,748). Dapat disimpulkan bahwa jenis makanan yang tepat dapat memenuhi pemenuhan gizi yang baik. Untuk itu tenaga kesehatan harus memperhatikan dan memberikan saran dalam memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, karena jenis makanan yang tepat adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan janin.
Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita Nikita Welandha Prasiwi; Idcha Kusma Ristanti; Tri Yunita F.D; Khoirus Salamah
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 1 No. 5 (2021): CERDIKA: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (751.627 KB) | DOI: 10.59141/cerdika.v1i5.81

Abstract

Insiden ISPA pada balita di negara berkembang diperkirakan 0,29 anak setiap tahun dan di negara maju sebanyak 0,05 anak setiap tahun. Penyebab kematian akibat ISPA di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju yaitu sebesar 10-50 kali. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA pada balita adalah status gizi, dimana status gizi yang kurang merupakan hal yang memudahkan proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh pada balita. Balita dengan gizi kurang akan lebih mudah terinfeksi ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan random sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 69 balita. Penentuan status gizi balita menggunakan instrumen tabel baku Z-Score berdasarkan BB/U (WHO Child Growth 2007). Sedangkan kejadian ISPA berdasarkan hasil rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA (p value = 0.049). Balita yang memiliki status gizi kurang memiliki risiko terinfeksi penyakit ISPA.
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN TUBERCULOSIS Dian Ayu Ainun Nafies; Nikita Welandha Prasiwi; Enggar Dwi Parsetyo
Jurnal Gizi Aisyah Vol. 4 No. 2 (2021): Jurnal Gizi Aisyah
Publisher : Journal Aisyah University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.23 KB)

Abstract

Tuberculosis menjadi penyakit yang diperhitungkan dalam meningkatkan morbiditas penduduk. Tuberculosis dalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis yang tahan asam. Status gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan waktu cross sectional dengan 44 responden yang diambil dari status pasien dengan teknik total sampling kemudian dianalisis menggunakan uji coeffisien phi dengan α= 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 35 responden (79,54%) merupakan penderita Tuberculosis (BTA+), dan 9 responden (20,45%) lainnya merupakan penderita Tuberculosis (BTA-). Sebanyak 19 penderita (43,18%) Tuberculosis (BTA+) memiliki status gizi buruk, 16 penderita Tuberculosis (BTA+) (36,36%) memiliki status gizi kurang, dan 9 penderita Tuberculosis (BTA-) (20,45%) memiliki status gizi buruk. Hasil uji koeffisien phi dengan p=0,006 dengan tingkat kemaknaan<0,05, yang berarti terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian Tuberculosis. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu atus gizi yang kurang baik dan buruk akan lebih mudah tertular Tuberculosis apabila berkontak langsung dengan penderita Tuberculosis. Asupan nutrisi atau gizi perlu untuk penderita Tuberculosis karena bisa membentuk daya tahan tubuh yang baik sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Relationship Between Diet with the Incidence of Gastritis at Patients Treated Roads the Internal Disease Poly Hospital Dr. R. Koesma Tuban nikita welandha prasiwi
Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Vol. 2 No. 2 (2020): JURNAL PENELITIAN
Publisher : Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.158 KB) | DOI: 10.47710/jp.v2i2.46

Abstract

ABSTRACT Gastritis is one of the health problems that exist in the community. In 2012, gastritis ranked sixth among other diseases. In Internal Disease poly at Hospital Dr. R. Koesma Tuban, an increase in cases of gastritis since last 5-6 years. A good diet is one of the treatment of gastritis and is apreventive measure to prevent the occurrence of gastritis. The purpose of this study is to determine the relationship between diet and the incidence of gastritis in patients who visited the Internal Disease poly at Hospital Dr. R. Koesma Tuban. The design of this study is the population Correlational studies and obtained a sample 110 respondents of 150 respondents. The sampling technique is using acidental sampling. Collecting data is using a questionnaire. Data were analyzed using Phi coefficient test with a significant level of α = 0.05. Based on the results, 45 (67,2%) of respondents who experienced gastritis have a poor diet, and 26 (60,5%) of respondents who do not gastritis have a good diet. The results of the analysis using the Phi coefficient test in get p = 0.004. p <  α then means H0 is rejected, so there is a relationship between diet and the incidence of gastritis. From the description above it can be concluded that in order to increase the awareness of the community to implement a good diet, counseling or health education on the importance of diet to disease gastritis health workers need to be given in order to prevent and reduce cases of gastritis.
SOSIALISASI EDUKATIF TENTANG GIZI SEIMBANG UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DI KABUPATEN TUBAN Lilia Faridatul Fauziah; Nikita Welandha Prasiwi; Mohammad Zainul Ma'arif
ABDIMASNU: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 3 (2021): ABDIMASNU
Publisher : Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.204 KB) | DOI: 10.47710/abdimasnu.v1i3.85

Abstract

Diabetes Mellitus is a non-communicable disease that causes an increase in mortality. The prevalence in Tuban Regency is 1.7%, cases of diabetes mellitus are increasing. One of the risk factors for diabetes mellitus is unbalanced eating habits. In addition, physical activity is a major risk factor in triggering the occurrence of Diabetes Mellitus. These counseling and exercise activities aim to increase knowledge and awareness related to balanced diet and diabetes mellitus. In this activity, all participants were active in the discussion that was held after the counseling. In addition, all participants were enthusiastic in participating in joint gymnastics activities. It is hoped that after this community service activity all participants can apply a healthy lifestyle and balanced diet in their daily life. In addition, it also controls blood glucose levels and nutritional status to keep it normal and ideal. Keywords: Balanced Diet, Nutrition Counseling, Gymnastics, Diabetes mellitus
Analysis Of Nutritional Content And Organoleptic Quality Of Biscuits Substituting Green Bean Flour (Vigna Radiata) And Carrot Flour (Daucus Carota L.) As A High-Protein Snack For Breastfeeding Mothers Dian Nafies; Idcha Kusma Ristanti; Nikita Welandha Prasiwi
International Nutrition and Health Administrations Journal Vol. 3 No. 2 (2024): INHAJ
Publisher : Fakultas Kesehatan, Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47710/inhaj.v3i2.25

Abstract

Introduction. Exclusive breast milk (ASI) is breast milk given to babies from birth for 6 months without adding or replacing it with other foods and drinks except medicines, vitamins, and minerals. Breastfeeding is crucial because it is related to conditions of undernutrition and overnutrition. However, exclusive breastfeeding is not easy to do because some mothers complain that there is not enough breast milk. The solution to this problem is making high-protein foods or snacks to help increase breast milk production and maintain the quality of the mother's breast milk. One ingredient that is high in protein is green beans and carrots. So, to meet protein needs, you can make biscuits instead of green bean flour and carrot flour as an alternative snack for breastfeeding mothers. Research Objectives: This research aims to find out the effect of the substitution of green bean flour and carrot flour on the protein content and organoleptic quality of high-protein biscuits. Metode. This research used a True Experimental Design with a Completely Randomized Design (CRD), 4 treatment levels and 6 replications. The treatment applied was the ratio of wheat flour, green bean flour, and carrot flour in each treatment, namely P0 (100:0:0), P1 (70:20:10), P2 (60:10:30), P3 ( 50:30:20). Result&Analysis. The results showed that there was an effect of increasing the protein content in biscuits by substituting green bean flour and carrot flour, the highest value was found in the P3 treatment. The presence of a significant influence on the color, flavor, smell, and texture of the biscuits was demonstrated using the Kruskal Wallis Test (p<0.005) and continued with the Mann-Whitney test if it showed differences in all treatments. The best treatment is in the P1 treatment biscuit. Discussion. This research concludes that biscuits substituted for green bean flour and carrot flour influence nutrient levels, protein, and organoleptic quality. This research concludes that substitute biscuits for green bean flour and carrot flour influence protein content and organoleptic quality.   Keywords: Biscuits; Green Bean Flour; Carrot Flour; Protein; Organoleptic Quality.
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN, KABUPATEN TUBAN Kusma Ristanti, Idcha; Ainun Nafies, Dian Ayu; Prasiwi, Nikita Welandha; Lailiyah, Ella Janatul
Jurnal Mitra Kesehatan Vol. 6 No. 2 (2024): Jurnal Mitra Kesehatan
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47522/jmk.v6i2.297

Abstract

Introduction : Nutritional problems are health problems that can occur at all ages. Adolescents are one of the groups that easily experience nutritional problems. Nutritional status is a description of the body's condition as a result of the utilization of nutrients from food consumed daily. One of the nutrients, protein, is an important nutrient for growth, repair, maintenance of body tissues and maintaining physiological balance. The aim of this research was to investigate the correlation between protein consumption and nutritional status among teenage girls. Method: This was an analytic research with a cross sectional approach. The sample of this study was 200 female students of islamic boarding school, aged 15-19 years old. Independent variable of protein intake was collected using Recall-24 hour method, dependent variable of nutritional status was measured based on IMT/U indicator, and analyzed statistically with spearman correlation. Result: The results of spearman correlation test showed a p-value=0.000 for the relationship between protein intake and the nutritional status of adolescent girls, there was a tendency for respondents with more protein intake to overweight, while respondents with normal protein intake have normal nutritional status. Conclusion: Protein intake affects nutritional status, the higher the protein intake, the higher the risk of overweight. Suggestions for further research could involve studying the improvement of knowledge and skills of pesantren administrators in preparing balanced nutritional meals for students.
Balita Hebat Tanpa Stunting: Optimalisasi Ikan Kembung sebagai Pangan Fungsional Prasiwi, Nikita Welandha; Lilia Faridatul Fauziah; Hafia Febri Nur Intan Putri; Gandis Fatikhah Syaifa Anjali; Chasna Hudiani Harfia Sari; Iputa Rahma Nazila; Siti Ilmiatus Sholikah
Media Pengabdian Kesehatan Indonesia Vol. 2 No. 2 (2025): JULY
Publisher : Kabar Gizi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62358/q230qf49

Abstract

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang terjadi akibat asupan zat gizi yang tidak adekuat dalam jangka waktu lama, serta pola asuh yang kurang optimal pada anak usia dini. Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, yang berimplikasi terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu balita dalam pencegahan stunting melalui pemanfaatan pangan lokal, khususnya ikan kembung, sebagai sumber protein hewani. Metode yang digunakan meliputi edukasi gizi seimbang, pelatihan pembuatan inovasi produk pangan berupa nugget ikan kembung, serta evaluasi pengetahuan peserta melalui pre-test dan post-test. Sasaran kegiatan adalah ibu balita yang tergabung dalam kegiatan posyandu di Desa Jetak, Tuban, Jawa Timur. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan ibu tentang pentingnya konsumsi protein hewani dalam pencegahan stunting serta kemampuan dalam mengolah ikan kembung menjadi produk olahan yang lebih disukai anak. Selain itu, peserta menunjukkan antusiasme tinggi terhadap keberlanjutan pembuatan nugget ikan kembung sebagai makanan tambahan balita di rumah. Simpulan dari kegiatan ini adalah bahwa edukasi gizi yang disertai dengan pelatihan pengolahan pangan lokal mampu meningkatkan kapasitas ibu dalam menerapkan pola makan gizi seimbang sebagai upaya pencegahan stunting.
Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita Welandha Prasiwi, Nikita; Idcha Kusma Ristanti; Tri Yunita F.D; Khoirus Salamah
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 1 No. 5 (2021): CERDIKA: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/cerdika.v1i5.81

Abstract

Insiden ISPA pada balita di negara berkembang diperkirakan 0,29 anak setiap tahun dan di negara maju sebanyak 0,05 anak setiap tahun. Penyebab kematian akibat ISPA di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju yaitu sebesar 10-50 kali. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA pada balita adalah status gizi, dimana status gizi yang kurang merupakan hal yang memudahkan proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh pada balita. Balita dengan gizi kurang akan lebih mudah terinfeksi ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan random sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 69 balita. Penentuan status gizi balita menggunakan instrumen tabel baku Z-Score berdasarkan BB/U (WHO Child Growth 2007). Sedangkan kejadian ISPA berdasarkan hasil rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA (p value = 0.049). Balita yang memiliki status gizi kurang memiliki risiko terinfeksi penyakit ISPA.