Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Buy Now Pay Later Transactions (BNPL) in Indonesia: Implications for Maqāṣid Sharia in the Digital Era Firdaus, Beni; Fauzan, Fauzan; Yenti, Endri; Yufriadi, Ferdi; Rahmiati, Rahmiati; A Afifi, Abdullah
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol. 10 No. 2 (2024): December 2024
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v10i2.8690

Abstract

Buy Now Pay Later (BNPL) services have gained significant popularity among Indonesian customers, particularly within the younger demographic that values convenience and flexibility in online shopping. This research uses a qualitative approach to examine the applications of Islamic law on the utilization of BNPL inside digital transactions in Indonesia, while also assessing its effects on consumer behavior and economic stability. The findings indicate that although Buy Now Pay Later (BNPL) provides ease and accessibility for consumers, substantial obstacles exist in aligning this practice with maqāṣid sharia principles, especially with usury and consumer protection issues. Factors such as financial literacy, governmental laws, and product transparency significantly impact the adoption of BNPL, shaping customer comprehension and utilization of these services. Islamic financial institutions bear a significant obligation to deliver several itemsthat not only meet the demands of consumers but also sharia compliance. As such, this research contributes to strengthening the integration between digital technology and the financial system, as well as supporting sustainable economic growth that is compliant with Shariah principles.
KEMACETAN DAN KESIBUKAN SEBAGAI ALASAN QASHAR DAN JAMA’ SHALAT Firdaus, Beni
Alhurriyah Vol 2 No 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v2i2.408

Abstract

Qashar shalat adalah memendekkan rakaat shalat yang berjumlah empat rakaat menjadi dua rakaat saja. Shalat yang bisa dipendekkan, menurut kesepapakatan ulama, yaitu shalat yang berjumlah empat rakaat saja, seperti Zhuhur, Ashar, dan Isya, bukan shalat Subuh dan Maghrib. shalat tidak sah bila dilakukan tidak sesuai dengan tata cara dan waktu yang ditentukan. Namun demikian dalam kondisi-kondisi tertentu Allah memberikan rukhshah (keringanan) bagi orang-orang yang mengalami kesulitan untuk mengerjakan shalat sesuai dengan ketentuan dasar tersebut. Tujuan Allah memberikan rukhshah (keringanan) adalah untuk menghilangkan kesulitan dan kesusahan. Dalam makalah ini penulis akan mengkaji bagaimana hukumnya mengqashar shalat dan menjama’shalat dengan alasan macet dan kesibukan.
HUKUM MENGULANG SHALAT DENGAN BERJAMA’AH (STUDI PEMAHAMAN HADIS MUKHTALIF) Febriyeni, Febriyeni; Firdaus, Beni
Alhurriyah Vol 3 No 2 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v3i2.715

Abstract

I’adah (repeating prayer) is to repeat the implementation of an obligation in time according to the provisions of the sharak for the second time due to the occurrence of shortages or aging in the implementation of the first obligation. In the matter of repeating this prayer, the existence of the traditions of the Prophet Muhammad explained about the ability to repeat prayers in congregation, meaning someone who had prayed at his house, then he went to the mosque and found a congregation who would pray, he was allowed to repeat pray by joining the congregation. However, in other traditions, indications of prohibition were found to repeat the same prayer on one day even with congregations. The two versions of the hadith appear to be textually contradictory, but as Imam Shafi'i's statement states that the traditions of the Prophet Muhammad will not be contradictory, a solution can be found so that a proper understanding of the traditions that appear to be contradictory can be found. Therefore, it is necessary to analyze a complete understanding of the traditions of repeating prayers in congregation so that the law can be repeated in congregation.
Talaffuzh Niat in Prayer Worship : Sheikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi's Thought Firdaus, Beni
Alhurriyah Vol 6 No 2 (2021): July - December 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v6i2.4604

Abstract

One of the topics of debate between the old and the young at the beginning of the 20th century was the question of talaffuzh intention. The discourse on talaffuzh intention does not only involve the scholars who are in the country, but also involves the Minangkabau cleric who lives in Mecca al Mukarramah, namely Sheikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. The thoughts he put forward often lead to polemics with scholars in the archipelago. One of them is about talaffuzh intention. In this article the author examines how Ahmad Khatib thinks about talaffuzh intentions and how the legal istinbâth method he uses. The purpose of this study is to explain Ahmad Khatib's thoughts about talaffuzh intentions and the legal istinbâth method he uses. This type of research is library research. The collected data were analyzed using content analysis method. Based on the research conducted, it can be concluded: according to Ahmad Khatib, the law of reciting intentions is sunnah. The legal istinbâth method he uses in this problem is the qiyâs method.Salah satu topik perdebatan antara kaum tua dan kaum muda pada awal abad ke-20 adalah persoalan talaffuzh niat. Diskursus tentang talaffuzh niat tidak hanya melibatkan para ulama yamg berada di tanah air, tapi juga melibatkan ulama Minangkabau yang bermukim di Mekah al Mukarramah yaitu Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Pemikiran yang dikemukakannya tidak jarang menimbulkan polemik dengan ulama di Nusantara. Salah satunya adalah mengenai talaffuzh niat. Dalam artikel ini penulis meneliti bagaimana pemikiran Ahmad Khatib tentang talaffuzh niat dan bagaimana metode istinbâth hukum yang digunakannya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pemikiran Ahmad Khatib tentang talaffuzh niat dan metode istinbâth hukum yang digunakannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan metode content analysis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan: menurut Ahmad Khatib, hukum melafalkan niat adalah sunnah. Metode istinbâth hukum yang digunakannya dalam masalah ini adalan metode qiyâs.  
AKULTURASI NILAI-NILAI ISLAM DI MINANGKABAU DALAM PERSPEKTIF SEJARAH Mahyuzi, Indra; Firdaus, Beni; Endriyenti , Endriyenti
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Vol 13 No 02 (2025): Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/am.v13i02.7139

Abstract

Indonesia merupakan negara berbhinneka, beragam agama, suku, adat dan budaya, bahasa. Setiap daerah mempunyai ciri khas budaya dan bahasa yang berbeda satu sama lain. Keberagaman itulah yang membuat Indonesia menjadi indah, bukan sebaliknya membuat kita menjadi terpecah. Setiap suku dan adat mempunyai sejarah ciri khas tersendiri. Minangkabau yang merupakan salah satu suku bangsa mempunyai budaya dan bahasa yang berbeda dari daerah lainnya. Minangkabau dikenal sebagai salah satu suku bangsa yang kental dengan keIslamannya. Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana nilai-nilai Islam mempengaruhi adat di Minangkabau ditinjau dari perspektif sejarah. Hal ini penting supaya tidak ada kesalahpahaman dalam mengenal Islam dan adat Minangkabau. Metode pencarian data yang digunakan adalah studi kepustakaan  serta diuraikan dengan cara deskriptif analitis. Inti dari gagasan penelitian ini adalah jangan sampai ada yang gagal paham dalam memahami sejarah.