Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Eksplikasi Konsep Milku Al-Yamīn dalam Kajian Tafsir Tematik di Era Modern Arsal, Arsal; Imran, Maizul
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6, No 02 (2021): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v6i02.1786

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan konsep milku al-yamīn dalam Al-Qur’ān, apakah maknanya sebuah alternatif penyaluran seksual ataukah ini berupa gambaran tradisi yang terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum Islam. Penelitian yang dilakukan Muḥammad Syaḥrūr menunjukkan keabsahaan hubungan seks di luar nikah dengan memahami makna milku al-yamīn di era kontemporer ini adalah kontrak yang dilakukan antara laki dan perempuan untuk melakukan hubungan seksual. Dengan hasil penelitiannya tersebut memunculkan pro kontra dan problematik di tengah masyarakat Indonesia. Sebagai kesimpulannya, untuk menjembatani serta mendalami makna milku al-yamīn dalam kajian tafsir tematik, maka makna milku al-yamīn itu adalah budak perempuan yang didapat lewat peperangan, tidak termasuk maknanya cara-cara selainnya. Sedangkan kebolehan untuk bergaul dengan mereka itu bukan untuk pelampiasan hasrat seksual, akan tetapi secara historis sebagai upaya untuk mengangkat derajat budak setara dengan merdeka. Konsep ini dapat dinilai sebagai jalan lain untuk menangkal diskriminasi terhadap tuduhan berbuat zina.
Eksplikasi Konsep Milku al-Yamīn dalam Kajian Tafsir Tematik Era Modern Arsal, Arsal; Imran, Maizul
HERMENEUTIK Vol 15, No 2 (2021): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v15i2.12039

Abstract

AbstrakPenelitian bertujuan untuk mendeskripsikan konsep milku al-yamīn dalam al-Qur’ān, apakah maknanya sebuah alternatif penyaluran seksual ataukah ini berupa gambaran tradisi yang terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum Islam. Penelitian yang dilakukan Muḥammad Syaḥrūr menunjukkan keabsahaan hubungan seks di luar nikah dengan memahami makna milku al-yamīn di era kontemporer ini adalah kontrak yang dilakukan antara laki dan perempuan untuk melakukan hubungan seksual. Dengan hasil penelitiannya tersebut memunculkan pro kontra dan problematik di tengah masyarakat Indonesia. Sehubungan dengan menjembatani serta mendalami makna milku al-yamīn dalam kajian tafsir tematik. Sebagai kesimpulannya makna milku al-yamīn itu adalah budak perempuan yang didapat lewat peperangan, tidak termasuk maknanya cara-cara selainnya. Sedangkan kebolehan untuk bergaul dengan mereka itu bukan untuk pelampiasan hasrat seksual, akan tetapi secara historis sebagai upaya untuk mengangkat derajat budak setara dengan merdeka. Konsep ini dapat dinilai sebagai jalan lain untuk menangkal diskriminasi terhadap tuduhan berbuat zina.AbstractThe research purposed to find out the concept of milku al-yamīn in the Koran, whether it means an alternative sexual channeling or is it a description of the tradition that occurred in the Arab society before Islam. Research conducted by Muḥammad Syaḥrūr as the validity of non-marital sexual relations shows that understanding the meaning of milku al-yamīn in this contemporary era is a contract between a man and a woman to have sexual intercourse. With the results of his research, it raises the pros and cons and problems in Indonesian society. In connection with bridging and deepening the meaning of milku al-yamīn in the Koran through a thematic interpretation approach. In conclusion, the meaning of milku al-yamīn is that of a slave girl who is obtained through war, excluding its meaning from other ways. While the ability to associate with them is not for an outlet of sexual desire, but historically as an attempt to elevate the status of slaves to the equivalent of freedom. This concept can be considered as an alternative to fight discrimination against people accused of adultery. 
RELEVANSI PENERAPAN HUKUMAN MATI TERHADAP MASYARAKAT MODERN PERSPEPKTIF AL-QUR’AN Dafizki, Ashlih Muhammad; Efendi, Zul; Arsal, Arsal; Faizin, Faizin
Jurnal AL-AHKAM Vol 15, No 1 (2024)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/alahkam.v15i1.7569

Abstract

Abstrak Hukuman mati merupakan salah satu bentuk hukuman yang ditujukan bagi pelaku tindak pidana, walaupun hukuman mati ini sampai sekarang masih menuai pro dan kontra ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu tulisan ini bertujuan pada eksplorasi 1). Bagaimana konsep hukuman mati di Indonesia; 2). Bagaimana Relevansi Penerapan Hukuman Mati Perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca serta memahami literature yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1). penerapan hukuman mati di Indonesia dilakukan terhadap kejahatan serius seperti makar terhadap pejabat negara, pembunuhan berencana, dan tindak pidana lainnya seperti korupsi dan narkotika; 2). Dalam al-Qu’an penerapan hukuman mati masih dilaksanakan pada kasus-kasus tertentu seperti pembunuhan, perzinaan, hirabah, bughat, dan murtad, walaupun demikian hukum hukum Islam tidak menutup kemungkinan untuk menerapkan hukuman mati dalam tindak kejahatan yang merugikan manusia lainnya, sehingga penerapan hukuman mati t dalam perspektif al-Qur’an memiliki relevansi yang sangat kuat untuk diterapkan dalam masyarakat modern, dengan tujuan untuk menjaga keadilan, menghormati HAM, dan menjaga ketertiban sosial dalam masyarakat, dengan mempertimbangkan nilai-nilai zaman modern. Kata Kunci: Relevansi, Hukuman Mati, al-Qur’an
KONSEP KEWARISAN BEDA AGAMA DALAM AL-QUR’AN DAN HADIS TEKS DAN KONTEKS Desembri, Desembri; Arsal, Arsal
Jurnal AL-AHKAM Vol 15, No 1 (2024)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/alahkam.v15i1.7845

Abstract

Abstrak Artikel ini menggali kompleksitas pewarisan harta dalam konteks meningkatnya keberagaman dan pluralitas budaya, seiring pertumbuhan penduduk yang tinggi. Masyarakat yang heterogen dari sudut pandang suku, agama, dan ras menjadi kenyataan tak terhindarkan, memperumit konsep pewarisan harta, terutama ketika melibatkan individu dari latar belakang agama yang berbeda. Implikasi mendalam terkait pewarisan harta muncul karena keberagaman agama yang terasa dalam keseharian, khususnya di kalangan umat Islam yang menganggap Al-Qur'an dan Hadis sebagai landasan utama dalam pemahaman dan implementasi prinsip-prinsip pewarisan. Artikel ini juga mencermati kemungkinan munculnya anggota keluarga dengan keyakinan yang berbeda, terutama dalam konteks muslim Indonesia pasca-Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2023. Dalam mengatasi kompleksitas ini, Islam sebagai panduan utama menghadirkan tantangan ketika hidup berdampingan dengan individu yang menganut keyakinan agama yang berbeda. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk memahami konsep pewarisan beda agama secara holistik, melibatkan kajian Al-Qur'an dan Hadis, serta konteks saat wahyu diterima. Dengan menganalisis teks dan konteks, artikel ini berusaha memberikan pemahaman yang kaya tentang nilai-nilai dalam konsep pewarisan Islam, dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif terhadap harmoni dan keadilan di tengah masyarakat multireligius. Kata kunci : kewarisan, beda agama, teks dan konteks
The Dialectic of Polygamy in the Thought of Classical and Contemporary Ulama: An Analysis of the Evolution of Islamic Legal Views on the Practice of Polygamy Shafra, Shafra; Arsal, Arsal; Efendi, Zul; Rahmiati, Rahmiati; Hasiah, Hasiah
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/alquds.v8i2.8801

Abstract

This article analyzes the dialectics of polygamy sharia among classical ulama and the contemporary era. Polygamy in the contemporary era is questioned, even rejected. Because there are currently no widows of war victims, these opinions seem to be against the polygamy verse. The text of the Qur'an in verse 3 of Surah an-Nisak shows the possibility and possibility of polygamy for capable husbands. This paper aims to conduct a Sharia analysis of polygamy in the contemporary era, an analysis of the evolution of Islamic legal views towards the practice of polygamy. This type of study takes literature research using qualitative descriptive methods. Data was collected from various journals, books and related tafsir books. Next, it is analyzed deductively. The result of the study concludes that in terms of text and context, polygamy is not prohibited, nor is it recommended. In addition, the social context of polygamy used to be related to widows of war victims. This does not limit polygamy just because of social conditions. In context, polygamy is a solution to help women, whether they are widows or not. The practice of polygamy in the contemporary era depicts pain and sadness. This shows that polygamy is carried out not based on sharia norms. If polygamy provisions are ignored, it will result in hurt and sadness.
METODE HERMENEUTIKA DAN TAFSIR ALQURAN (Analisis Kritis Penggunaan Metode Hermeneutika Terhadap Penafsiran Alquran Kontemporer) Arsal, Arsal
Alhurriyah Vol 2 No 1 (2017): Januari - Juni 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v2i1.258

Abstract

The presence of hermeneutics in the realm of interpretation of the Qur`an have sparked pros and cons of opinion among experts / scholars. Scholars who accept this method argue that the classic interpretation methods can no longer respond to the challenges of time, because it needs new methods are relevant. While scholars who refused to believe that this method is not from Islam but from the scientific treasures of the West and has been used to interpret the Bible, and does not appropriate to interpret the Qur'an. This article contains insightful and critical analysis of the use of methods that are considered as a new paradigm in human strategic position as interpreter and its relevance to the socio-cultural dynamics of the Muslim community. This method can be used as an alternative method to interpret the Qur'an in the present context, so it might be the living texts among the Muslim community. Keberadaan Hermeneutik dalam ranah Penafsiran Alquran menimbulkan berbagai silang pendapat di antara pada Ulama, sebagian pro dan sebagian lain dengan tegas menolaknya. Ulama yang mendukung penerapan hermenutika dalam penafsiran Alquran menilai bahwa metode penafsiran klasik sudah tidak responsif terhadap perkembangan zaman dan dibutuhkan metode baru agar tetap relevan. Sedangkan para Ulama yang menolak metode ini berpendapat bahwa metode ini bukanlah tradisi keIslaman melainkan merupakan bagian khazanah ilmu Barat yang sudah dipakai untuk menafsirkan Injil dan tidak pantas untuk menafisrkan Alquran. Tulisan ini mendiskusikan masalah hermeneutic ini dengan mendalam analisa yang tajam tentang penerapan metode yang dianggap sebagai sebuah pandangan baru bagi para penafsir Alquran dan dinilai relevan dengan dinamika sosio-kultural umat Islam. Metode ini dapat menjadi alternatif dalam menafsirkan Alquran dalam konteks kekinian sehingga Alquran dapat menjadi teks yang hidup di tengah masyarakat Muslim.
MENANGKAP PESAN-PESAN HUKUM DALAM ALQURAN (Alternatif dan Solutif Penggunaan Metode Tafsir Kontekstual Dalam Menghadapi Kasus-Kasus Kontemporer) Arsal, Arsal
Alhurriyah Vol 1 No 1 (2016): Januari - Juni 2016
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v1i1.476

Abstract

The process of decline in the Qur'an was over a few centuries ago, and now that there is in the form of texts. As a last book, he serves as instructions and guidelines to organize human life and he did not know the limits of space and time in spite of the decline in local- temporal, but its message is universal and timeless. As a text, the Koran is an open corpus is of course an opportunity to reread, reinterpreted, and understood its content with relevant methods and thus Quran can mersepon and answered development of human life. Without degrading methods of interpretation set by previous scholars, presumably the method needs to be enriched with new methods. Contextual interpretation method is considered a new method, an alternative understanding the content of the Qur'an is right to address problems of contemporary and contemporary.
Cryptocurrency As A Means of Investment and Payment on Islamic Law Perspective Wandri, Amra; Arsal, Arsal; Rahmiati, Rahmiati; Imran, Maizul
Alhurriyah Vol 8 No 1 (2023): June 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/al hurriyah.v8i1.6160

Abstract

Advances in science and technology affect people's lifestyles, including the field of muamalah. Cryptocurrency is used as a means of investment and payment transactions in the modern era. The need for ijtihad to address the presence of digital currencies in Islamic law because it is a new problem and there is a discourse of contemporary Indonesian scholars who approve and prohibit it. The research aims to uncover and find legal solutions of the use of Cryptocurrency as an investment and payment tool. The research method uses descriptive-qualitative literature studies. The results of the study found that the use of Cryptocurrency as an investment tool prohibited because there is a vagueness of the object, has no asset guarantee and high elements of gharar. While its function as a medium of exchange in the digital era in Islamic law is not prohibited on the condition that the transaction has agreed and understood each other's mechanisms and there is legality from the government.Kemajuan sains dan teknologi mempengaruhi gaya hidup masyarakat tak terkecuali bidang muamalah. Temuan Cryptocurrency digunakan sebagai alat investasi dan transaksi pembayaran di era modern. Perlunya ijtihad menyikapi kehadiran mata uang digital dalam hukum Islam karena termasuk persoalan baru dan terjadi diskursus ulama kontemporer Indonesia yang menyetujui dan melarangnya. Penelitian bertujuan untuk mengungkap dan menemukan solusi hukum dari penggunaan Cryptocurrency sebagai alat investasi dan pembayaran. Metode penelitian menggunakan studi literature yang bersifat deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa penggunaan Cryptocurrency sebagai alat investasi tidak boleh digunakan, sebab ada ketidakjelasan objeknya, tidak punya jaminan aset serta tinggi unsur gharar-nya. Sedangkan fungsinya sebagai alat tukar di era digital dalam hukum Islam tidak dilarang dengan syarat yang bertransaksi itu telah sepakat dan saling memahami mekanismenya serta ada legalitas dari pemerintahan.
Adopted Children as Mahram: Responding to Ijtihad ‘Ā’isyah (614-679 Ad) in the Flow of Modernization imran, maizul; Firdaus, Beni; Arsal, Arsal
Jurnal Mahkamah : Kajian Ilmu Hukum dan Hukum Islam Vol. 5 No. 2 December (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25217/jm.v5i2.1004

Abstract

Adoption of children in Islam can adjust to the habits (‘urf) of the community as long as it does not conflict with the principles of syara’. Likewise family life in Indonesian society still implements the habit of breastfeeding children (radhā ‘) to others. One of the Ijtihad ‘A’isyah believes that a child who is close to reaching baligh can become a maḥram with a mother who is breastfeeding him. This opinion must be understood by the principle of ihtiyāṭ (caution). Observing the authority of the Religious Court in determining the status of adopted children who adhere to the principle that between adopted children and adoptive parents is not a muhrim so they must maintain genitalia. Therefore ijtihad ‘A’isyah is an opportunity to be enforced by emphasizing the age limit of adopted children who are allowed to breastfeed, so that adopted children have the status of maḥram.
RIBA DALAM AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS : TINJAUAN TEKS DAN KONTEKS Hidayatullah, Hidayatullah; Arsal, Arsal; Efendi, Zul
KASBANA Vol 4 No 1 (2024): Januari
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darul Falah Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53948/kasbana.v4i1.108

Abstract

Penelitian ini memfokuskan analisis terhadap ayat dan hadits berkaitan dengan riba ditinjau secara teks dan konteks. penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan menjadikan buku dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan riba sebagai bahan hukum utamanya. Data-data yang dikumpulkan akan dianalisis dan diuraikan secara deksriptif analitis. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan. Pertama, berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an tersebut di atas, para ulama sepakat bahwa riba merupakan sesuatu yang dilarang karena ayat-ayat yang menjelaskan tentang keharaman riba dinilai sangat jelas dan secara kronologis dapat dipahami esensi pelarangan tersebut. Kedua, pelarangan riba dalam al-Qur’an memiliki relevansi dengan pergerakan sektor riil dalam ekonomi. Sebab, ekonomi yang berbasis pada riba dengan sendirinya akan mengabaikan underlying transaction yang merupakan basis dari sektor riil. Akibat para pemilik modal (kapitalis) dipastikan beruntung sedangkan para pengelola uang/pengusaha masih belum ada kejelasan, sehingga posisinya menjadi berimbang, tidak adanya keadilan. Sistem ekonomi ribawi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia makin terjadi secara konstant. Dalam konteks ini, al-Qur’an membicarakan riba dalam konteks ekonomi makro, yakni melihat dampak riba terhadap ekonomi masyarakat secara agregat. Sistem ekonomi ribawi akan mempengaruhi investasi, semakin tinggi suku bunga. Ketika investasi semakin menurun, maka akan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran. Di samping itu, sistem ribawi ini telah menjerumuskan negara-negara berkembang kepada debt trap (jebakan hutang).