Istinatun, Hestyn Natal
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Implementasi Prinsip Penggembalaan Menurut 1 Petrus 5:1-3 pada Kalangan Hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi Yakob, Yakob; Purwoko, Paulus Sentot; Istinatun, Hestyn Natal
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.250

Abstract

The purpose of writing this article is to determine the level of implementation, principles and backgrounds that dominantly determine the implementation of shepherding principles based on I Peter 5: 1-3 among PGPI pastors in Melawi Regency. This research uses a quantitative method. Data was obtained from online and offline literature sources, as well as from questionnaires in the form of Google Forms distributed to 117 respondents, namely pastors in PGPI totalling 130 people as population. Valid data obtained as many as 97 people. The results showed that First, the level of implementation of the shepherding principle based on I Peter 5:1-3 among the pastors of PGPI Melawi Regency is in the high category. This result is very reasonable because the PGPI servants of God in Melawi Regency have carried out their service duties voluntarily because of the call from God, not because they are forced to; Second, the most dominant principle determining the implementation of the shepherding principle according to 1 Pet. 5:1-3 is the principle of shepherding with self-devotion, this is evidenced by the loyalty of the PGPI Servants of God in Melawi Regency who have persisted in serving in an area for many years because they believe that it is their responsibility in God's calling; Third, the most dominant background that determines the implementation of the shepherding principle according to 1 Pet. 5:1-3 is the age factor, this is because the average age range of PGPI pastors is classified as productive age. AbstrakTujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui tingkat implementasi,  prinsip dan latar belakang yang dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan berdasarkan I Petrus 5:1-3 di kalangan hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. Data diperoleh dari sumber literatur daring dan luring, juga dari kuisioner dalam bentuk Google Formulir yang dibagikan kepada 117 responden, yaitu para hamba Tuhan di PGPI yang berjumlah 130 orang, yang adalah populasi penelitian. Data valid yang dapat dihimpun adalah sebanyak 97 orang. Analisis data dengan Skala Likert, dan pengolahan data melalui SPSS 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  Pertama, tingkat implementasi prinsip penggembalaan berdasarkan I Petrus 5:1-3 di kalangan hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi ada pada kategori tinggi. Hasil ini sangat masuk akal karena para hamba Tuhan PGPI di Kabupaten Melawi telah menjalankan tugas pelayanan dengan sukarela karena panggilan dari Tuhan, bukan karena terpaksa; Kedua, Prinsip yang paling dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan menurut 1 Pet. 5:1-3 adalah prinsip mengembalakan dengan pengabdian diri, hal ini dibuktikan dengan kesetiaan para Hamba Tuhan PGPI daerah Melawi yang sudah bertahun-tahun tetap bertahan melayani di suatu daerah karena meyakini bahwa itu tanggung jawab dalam panggilan Tuhan; Ketiga, latar belakang yang paling dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan menurut 1 Pet. 5:1-3 adalah faktor usia, hal ini disebabkan rata-rata rentang usia para hamba Tuhan PGPI tergolong usia produktif.
Implementasi Metode Pengajaran Yesus Kristus Berdasarkan Lukas Pasal 7-10 Bagi Guru Di SMP BOPKRI 5 Yogyakarta Lombu, Berkat Selamat; Uriptiningsih, Ana Lestari; Istinatun, Hestyn Natal
Basileus Eirene: Jurnal Agama dan Pendidikan Vol 1 No 2 (2022)
Publisher : Basilius Eirene Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63436/bejap.v1i2.10

Abstract

Metode pengajaran merupakan cara mengelola interaksi antara guru dan peserta didiknya dalam mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan adanya metode pengajaran para guru dapat membina peserta didik agar memiliki pengetahuan dan kualitas kepribadian yang diperlukan untuk menghadapi masalah dan tantangan perkembangan zaman. Namun pada kenyataanya masih terdapat beberapa guru yang belum mampu menerapkan metode pengajaran secara maksimal alasanya adalah adanya pandemi dan tatanan kegiatan pembelajaran yang berubah yang seharusnya dilingkungan sekolah secara tatap muka harus berubah dengan belajar dan mengajar dari rumah secara online. Yesus Kristus memberikan teladan dan contoh pengajaran yang baik di Lukas Pasal 7-10, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat, dan dimensi yang dominan dalam menentukan terimplementasikannya metode pengajaran Yesus Kristus berdasarkan Lukas Pasal 7-10 bagi guru di SMP BOPKRI 5 Yogyakarta tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data diperoleh dari observasi dan kuisioner yang dibagikan. Hasil menunjukkan bahwa tingkat terimplementasikannya metode pengajaran Yesus Kristus berdasarkan Lukas pasal 7-10 bagi guru di SMP BOPKRI 5 Yogyakarta tahun pelajaran 2021/2022 ada pada Kategori sedang, dan Dimensi yang lebih dominan menentukan terimplementasikannya metode pengajaran Yesus Kristus berdasarkan Lukas pasal 7-10 bagi guru di SMP BOPKRI 5 Yogyakarta tahun pelajaran 2021/2022 adalah metode demonstrasi.
Implementasi Pengajaran Tentang Keteladanan Yesus Berdasarkan Injil Yohanes 13:1-20 Bagi Tenaga Pendidik SMP Sungai Kehidupan Febrianti, Melati; Istinatun, Hestyn Natal; Parulian, Tamba; Latupeirissa, Jacobus
Basileus Eirene: Jurnal Agama dan Pendidikan Vol 1 No 2 (2022)
Publisher : Basilius Eirene Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63436/bejap.v1i2.12

Abstract

The example of Jesus is one of the concepts in the Bible that seems simple, but is difficult for Christians to do. The example of Jesus has difficulties due to the lack of a correct understanding of the example of Jesus. The role of Jesus' example in Christian life does not seem to have any impact, so that it is assumed that Jesus' exemplary act is only a social activity. The Lord Jesus gave a good example in the Gospel of John 13:1-20 about giving an attitude of living by example. Therefore, this study aims to determine the level of implementation of teaching about the example of Jesus based on the Gospel of John 13:1-20 for educators at Sungai Hidup Nanga Pinoh Junior High School, West Kalimantan as well as the most dominant dimension determining the implementation of teaching about the example of Jesus based on the Gospel of John 13. :1-20 for educators at Sungai Hidup Nanga Pinoh Middle School, West Kalimantan. This study uses quantitative methods, data obtained from library sources and distributed questionnaires. The results show that the level of implementation of teaching about the example of Jesus based on the Gospel of John 13:1-20 for Educators at Sungai Hidup Nanga Pinoh Middle School, West Kalimantan is in the medium category. The more dominant dimension that determines the level of implementation of the teaching about the Example of Jesus based on the Gospel of John 13:1-20 for Educators at Sungai Hidup Nanga Pinoh Junior High School, West Kalimantan is exemplary to serve one another.
Implementasi Pengajaran Raja Salomo Tentang Mendidik Anak Muda Berdasarkan Amsal 3:1-12 Bagi Peserta Didik Kelas VIII DI SMP BOPKRI 5 Yogyakarta T.P 2021/2022 Telaumbanua, Triono Kornelius; Istinatun, Hestyn Natal; Purwoko, Paulus Sentot
Basileus Eirene: Jurnal Agama dan Pendidikan Vol 3 No 2 (2024)
Publisher : Basilius Eirene Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63436/bejap.v3i2.28

Abstract

Pengajar mempunyai tujuan supaya peserta didik mampu menjawab tantangan yang akan diberikan, misalnya bentuk tugas. Melalui pengajaran dan informasi yang diberikan oleh guru maka peserta didik dengan mudah akan dapat menjawab tugas yang diberikan serta melalui tantangan yang sedang dihadapi. Pengajaran tersebut memiliki dampak positif bagi peserta didik baik itu untuk takut akan Tuhan dan hidup di dalam hikmat. Namun berdasarkan masih ada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan masih melawan orang tuanya bahkan berani memukul orang tuanya yang membuat terhambatnya pertumbuhan peserta didik di dalam takut akan Tuhan. Raja Salomo memberikan Pengajaran yang benar dan memiliki dampak positif bagi peserta didik berdasarkan Amsal 3:1-12, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat, dan dimensi yang dominan dalam menentukan terimplementasikannya metode pengajaran Yesus Kristus berdasarkan Amsal 3:1-12 bagi peserta didik di SMP BOPKRI 5 Yogyakarta tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data diperoleh dari observasi dan kuisioner yang dibagikan. Hasil menunjukkan bahwa tingkat Implementasi Pengajaran Raja Salomo Tentang Mendidik Anak Muda Berdasarkan Amsal 3:1-12 Bagi Peserta Didik Kelas VIII Di SMP BOPKRI 5 Yogyakarta ada dalam kategori sedang dan Dimensi yang paling dominan menentukan terimplementasinya Pengajaran Raja Salomo Tentang Mendidik Anak Muda Berdasarkan Amsal 3:1-12 Bagi Peserta Didik Kelas VIII Di SMP BOPKRI 5 Yogyakarta yaitu Diajar Untuk Takut Akan Tuhan.
Pengajaran Makna Kata Mati Dalam Kejadian 2:16-17 Istinatun, Hestyn Natal
Basileus Eirene: Jurnal Agama dan Pendidikan Vol 3 No 2 (2024)
Publisher : Basilius Eirene Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63436/bejap.v3i2.58

Abstract

Istilah mati yang tertulis dalam Kejadian 2:16-17 merupakan pernyataan yang janggal, dikarenakan perkataan Allah itu tidak menjadi kenyataan setelah manusia itu memakan buah pohon. Tidak sedikit kalangan yang memaklumi isi dari pernyataan tersebut, namun tidak sedikit yang mempertanyakannya. Mengapa manusia itu tidak mati pada hari itu, hari dimana mereka selesai memakan buah itu. Inilah yang mendorong penulis mengajukan penelitian ini untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada. Menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan metode analitis kritis terhadap ayat tersebut. Hermeneutika khusus akan dipakai sebagai alat utama dalam mengamati dan menganalisa bagian tersebut sehingga mendapatkan jawaban yang tepat sesuai dengan maksud Sang Penulis Alkitab.
Peran Suami Sebagai Nabi, Imam dan Raja dalam Keluarga Menjadi Kunci Keluarga Bahagia Subagyo, Heru; Istinatun, Hestyn Natal; Suksmono, Ari
Jurnal Teologi (JUTEOLOG) Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52489/juteolog.v4i1.133

Abstract

Banyak dijumpai kehidupan keluarga kristen masa kini yang tidak bahagia hal ini disebabkan mereka belum memahami cara mengelola kehidupan keluarga menurut kehendak Tuhan. Kehidupan keluarga tanpa melibatkan Tuhan didalamnya tidak akan mengalami kebahagiaan. Metode yang digunakan adalah metode deskritif kualitatif. Kesimpulan, keluarga bahagia tercipta ketika seorang suami berperan dalam tiga hal yaitu sebagai Iman, Nabi dan Raja. Sebagai Imam, ia  bertanggunjawab membawa seluruh anggota keluarga beribadah kepada Allah. Sebagai Nabi, ia harus memiliki relasi yang kuat dengan Tuhan. Sebagai Raja, bertanggungjawab dalam mensejahterakan keluarga. Ketiga peran di atas menjadikan suami berperan secara maksimal, berperan secara rohani yaitu membawa keluarga dekat kepada Tuhan (sebagai Iman dan Nabi) dan berperan secara jasmani mampu menyejahterakan keluarga (sebagai raja).