Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN (STUDI PADA UNIT PPA POLRES KOTA BAUBAU) Abdullah, La Ode Dedi
Jurnal Multidisipliner Kapalamada Vol. 1 No. 01 (2022): JURNAL MULTIDISIPLINER KAPALAMADA
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/kapalamada.v1i01.40

Abstract

Menurut Komisi perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terjadi 6006 perkara kekerasan anak termasuk kekerasan seksual serta pelecehan seksual terhadap anak di Indonesia, di tahun 2014 sebesar 5066 kasus, danĀ  tahun 2013 sebanyak 4620 perkara, dimana data perkara tadi berasal kurun saat tahun 2013 sampai tahun 2015 dan2016 kian naik danĀ  menandakan bahwa tindak pidana pencabulan sudah sebagai permas ala han yang harus ditanggulangi segera sang semua lapisan masyarakat termasuk kepolisian menjadi kawasan pertama kali dimana masyarakat menghasilkan laporan, penanganan perkara, sertapenyidikan kasus tindak pidana pelecehan seksual/pencabulan terhadap anak. Perlindungan hukum yang diberikan pada anak sebagai korban tindak pidana pencabulan oleh penjaga sekolah mencakup Upaya rehabilitasi, diberikan pada anak menjadi korban tindak pidana pencabulan dengan menyampaikan suatu upaya rehabilitasi psikologis anak tadi agar anak tersebut dapat kembali mirip sediakala pada masyarakat; Upaya perlindungan pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi yang nantinya akan berdampak pada masa depan si anak tadi; anugerah jaminan keselamatan bagi anak, baik fisik, intellectual, maupun sosial. serta pihak polres khususnya PPA merangkul setiap anak korban pencabulan. lalu Penghambat Polisi dalam hadiah proteksi aturan terhadap anak korban tindak pidana pencabulan yakni Faktor Hukumnya Sendiri, Faktor penegak hukum, Faktor wahana dan fasilitas, Faktor rakyat dan Faktor kebudayaan.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI STUDI KOMPARASI PEMBAGIAN HARTA WARIS DITINJAUA DARI KUH PERDATA DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM: Pendahuluan, Metode Penelitian, Pendekatan Masalah, Sumber dan Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisis Data, 3. Hasil dan Pembahasan, Faktor Penghambat Penyelesaian Hukum Terhadap Hak Waris Anak Pada Perkawinan Sirri Menurut KUH Perdata dan Kompilasi Hukum Islam, Kesimpulan dan Daftar Pustaka Abdullah, La Ode Dedi
Jurnal Multidisipliner Kapalamada Vol. 1 No. 01 (2022): JURNAL MULTIDISIPLINER KAPALAMADA
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/kapalamada.v1i01.49

Abstract

Berdasarkan dari pembahasan pada Bab terdahulu, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut: Perlindungan hukum terhadap hak waris anak yang lahir pada perkawinan sirri dapat dilihat pada perspektif KUH Perdata (pasal 43 ayat 1Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan) menyatakan bahwa Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya, oleh karena itu anak yang lahir dari perkawinan sirri tidak mempunyai hak waris dari ayah biologisnya. Sedangkan menurut Hukum Islam Nikah siri itu dikatakan sah jika telah memenuhi syarat sahnya perkawinan dan dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannyan, hal ini berdasarkan Pasal Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam. Atau dengan kata lain anak yang lahir dari perkawinan sirri menurut hukum islam apabila memenuhi syarat dan rukun nikah dapat memperoleh hak waris dari ayah dan ibunya melalui putusan sidang itsbat. Faktor Penghambat Penyelesaian Hukum Hak Waris Anak yang lahir dari Perkawinan sirri sebelum adanya putusan MK No 46/PUU-VIII/2010, anak dari hasil nikah siri hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga ibunya. Sedangkan setelah adanya putusan MK No 46/PUU-VIII/2010, anak dari hasil nikah siri tidak hanya memiliki hubungan perdata dengan ibu dan keluaarga ibunya, akan tetapi dapat pula memiliki hubungan keperdataan dengan ayahnya jika mendapat pengakuan dari ayah biologisnya atau dapat di buktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
PERANAN BABINSA DALAM MENUNJANG KETERTIBAN DAN KEAMANAN MASYARAKAT DI KELURAHAN PASARWAJO BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA: Pendahuluan, Metode Penelitian, Pendekatan Masalah, Sumber dan Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisis Data, 3. Hasil dan Pembahasan, Faktor Penghambat Penyelesaian Hukum Terhadap Hak Waris Anak Pada Perkawinan Sirri Menurut KUH Perdata dan Kompilasi Hukum Islam, Kesimpulan dan Daftar Pusta Abdullah, La Ode Dedi
Jurnal Multidisipliner Kapalamada Vol. 1 No. 02 (2022): JURNAL MULTIDISIPLINER KAPALAMADA
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/kapalamada.v1i02.166

Abstract

Hasil penelitiannya adalah yang Pertama, Dalam menciptakan suatu kondisi lingkungan yang aman dan terkendali merupakan tugas kepolisian, namun seringkali tak mampu mengendalikan kejadian yang akhirnya mengancam keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, karena luasnya wilayah yang dijangkau seperti desa-desa yang ada dalam wilayah Kecamatan Pasarwajo. Kondisi-kondisi ini juga tentunya akan melibatkan aparat terkait antaranya adalah peran Babinsa. Kedua, Faktor penghambat peranan Babinsa di desa binaannya yaitu kenakalan anak-anak, remaja dan pemuda yang ada di desa, adanya budaya-budaya yang tidak baik dari luar yang mempengaruhi anak-anak di desa serta masih ada masyarakat yang belum mengerti dan memahami peran, tugas dan tanggung jawab Babinsa di Desa. Faktor lainya menyangkut masalah personil dan materil ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas yang ada. Sarana dan prasarana yang ada, dari segi kemantapan organisasi, dan piranti lunak sebagai pendukung pelaksanaan tugas Babinsa karena kelemahan pada salah satu segi akan menghambat pencapaian sasaran secara keseluruhan dalam pelaksanaan tugas Babinsa di desa binaan
MEKANISME PENDAMPINGAN HUKUM TERHADAP ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM AKIBAT KETERBATASAN EKONOMI OLEH UPTD PPA KOTA BAUBAU Pratiwi, Endang Tri; Abdullah, La Ode Dedi
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka Vol 1 No 02 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/sabangka.v1i02.39

Abstract

Pelaksanaan diversi mengacu pada kewenangan dari penegak hhukum untuk mengambil tindak salah satu tindakan kebijakan untuk menangani atau menyelesaikan masalah tindak pidana yang telah dilakukan oleh anak. tindak yang biasanya dapat diambil oleh aparat penegak hukum misalkan mengehntikan kasusnya atau tidak melanjutkan proses kasusnya ke proses peradilan melainkan dikembalikan kemasyarakat untuk melakukan aktifitas sosil dilingkungan dimana dia beradaPertama, Mekanisme pemberian pendampingan guna memberikan perlindungan hukum kepada Anak berhadapan dengan hukum oleh UPTD PPA Kota Baubau mulai dari menerima pengaduan secara langsung, secara tidak langsung dan penjangkauan korban. Dan kedua, Kendala Yang Dihadapi Oleh UPTD PPA Kota Baubau Dalam Memberikan Pendampingan Guna Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Anak Berhadapan Dengan Hukum diantaranya adalah kendala regulasi daerah tentang perlindungan anak yang belum ada, kendala internal (Jumlah Anggota UPTD PPA yang terbatas, Kapasistas anggota UPTD PPA yang masih minim, Regulasi Daerah tentang Perlindungan Anak belum ada, Sarana dan Prasarana serta anggaran yang terbatas. Dan Kendala eksternalnya adalah pandemi covid 19, faktor jarak yang jauh dan kesadaran dan kemauan korban untuk melaporkan kasus yang di hadapi. Pertama, Mekanisme pemberian pendampingan guna memberikan perlindungan hukum kepada Anak berhadapan dengan hukum oleh UPTD PPA Kota Baubau mulai dari menerima pengaduan secara langsung, secara tidak langsung dan penjangkauan korban. Dan kedua, Kendala Yang Dihadapi Oleh UPTD PPA Kota Baubau Dalam Memberikan Pendampingan Guna Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Anak Berhadapan Dengan Hukum diantaranya adalah kendala regulasi daerah tentang perlindungan anak yang belum ada, kendala internal (Jumlah Anggota UPTD PPA yang terbatas, Kapasistas anggota UPTD PPA yang masih minim, Regulasi Daerah tentang Perlindungan Anak belum ada, Sarana dan Prasarana serta anggaran yang terbatas. Dan Kendala eksternalnya adalah pandemi covid 19, faktor jarak yang jauh dan kesadaran dan kemauan korban untuk melaporkan kasus yang di hadapi.
KAJIAN FILOSOFIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MAKSIMAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MONEY LAUNDRY Nisa, FN; Abdullah, La Ode Dedi; Makatutu, SH; Jamil, Jamil; Karim, LM; Abdullah, Rudi
Jurnal Multidisipliner Bharasumba Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Multidisipliner Bharasumba
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/bharasumba.v3i2.1100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji filosofis penerapan sanksi pidana maksimal terhadap pelaku tindak pidana Money Laundry. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa metode pendekatan yuridis normatif, yakni penelitian hukum kepustakaan dimana dilakukan secara deduktif dengan menganalisis dan mengkaji terhadap data sekunder yang berupa pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur permasalahan yang dibahas oleh penulis, spesifikasinya bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, menuliskan dan menganalisis peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010. Pelaku kejahatan pencucian uang dapat dikenakan hukuman penjara dan denda. Sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
UPAYA MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN PEREMPUAN (WOMAN TRAFFICKING) STUDI DI UNIT PPA POLRES BAUBAU Abdullah, La Ode Dedi; Tri Pratiwi, Endang
JIMR : Journal Of International Multidisciplinary Research Vol 1 No 02 (2022): JIMR : Journal Of International Multidisciplinary Research
Publisher : Pusat Studi Ekonomi Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/jimr.v1i02.424

Abstract

Upaya-upaya penanggulangan kejahatan perdagangan manusia atau wanita adalah upaya-upaya penanggulangan kejahatan dapat bersifat preventif dan represif. Upaya preventif adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh Polri dengan dukungan masyarakat guna mencegah bertemunya niat dan kesempatan guna melakukan kejahatan. Upaya represif adalah segaia upaya yang ditempuh guna penanggulangan setelah terjadinya suatu kejahatan yang terjadi dari kegiatan penyilidikan dan penyidikan, penuntutan, pemeriksaan Pengadilan dan pelaksanaan eksekusi. Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan manusia (terutama wanita) adalah lebih disebabkan oleh faktor kemiskinan, pendidikan dan kurangnya kesadaran kaum perempuan dalam menyingkapi berbagai persoalan kehidupan yang terjadi, ditambah lagi dengan keadaan ekonomi dan memanfaatkan kelemahan-kelemahan kaum perempuan yang berada didesa-desa terpencil dimana semua informasi tentang segaia hal tidak dapat diperoleh secara maksimal.
UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK YANG DILAKUKAN OLEH ANAK PELAJAR SEBAYA Abdullah, La Ode Dedi; Pratiwi, Endang Tri
JICS : Journal Of International Community Service Vol 1 No 02 (2022): JICS : Journal Of International Community Service
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/jics.v1i02.425

Abstract

Peranan Kepolisian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang terdapat dalam Pasal 5 ayat (1). Peran Polres Baubau dalam memberantas tindak pidana kekerasan terhadap anak dengan kekerasan menggunakan upaya represif, karena yang dilakukan oleh pihak Polres Baubau pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement). Hambatan dalam penanggulangan tindak pidana dengan kekerasan terahdap anak dengan pelaku anak sebaya adalah di Polres Baubau kurangnya partisipasi dari Masyarakat. Masyarakat sangat berperan penting dalam penanggulangan tindak pidana dengan kekerasan ini, sehingga antara masyarakat dengan pihak kepolisian memiliki hubungan yang saling berkaitan. Saksi susah dimintai keterangan. Hal ini karena banyaknya saksi yang takut terlibat dalam proses pengadilan. Dikarenakan adanya saksi yang tidak bisa diajak bekerjasama. Korban dalam terjadinya tindak pidana kekerasan juga patut diperhatikan dan menjadi salah satu faktor yang penting dalam terjadinya tindak pidana kekerasan. Kekerasan ini tidak akan terjadi apabila tidak adanya niat dari sipelaku sendiri, kewaspadaan korban, tingginya tingkat keamanan di Polres Baubau, pergaulan pelaku yang baik, tidak adanya kesempatan sekecil apapun yang diberikan korban kepada sipelaku.
SINERGITAS PENDAMPING HUKUM DAN UNIT PENJAGA TAHANAN DALAM MENJAGA TERJADINYA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN ANTAR WARGA BINAAN LAPAS KELAS IIA BAUBAU Abdullah, La Ode Dedi; Tri Pratiwi, Endang; Abdullah, Rudi
JICS : Journal Of International Community Service Vol 2 No 02 (2023): JICS : Journal Of International Community Service
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/jics.v2i02.1101

Abstract

The result is the first: in dealing with the violence that has occurred against fellow citizens, the social security agencies are engaged in preventive and repressive efforts, such as interacting with the civilians, improving surveillance and construction, socializing human rights values in construction, giving day leave, conditional leave, family visiting leave, and conditional release. And second: The inhibitory factors of the Marketing Institute in counteracting the violence committed by the prisoners at the IIA Baubau Marketing Institute are: 1) the formation of a ruling group, 2) the interconnection between the builders, 3) the number of builders exceeding the capacity, where the number is 1538 builders while the residential capacity is 477 people, 4) the lack of number of officers that secure Lapas.
UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK YANG DILAKUKAN OLEH ANAK PELAJAR SEBAYA. Abdullah, La Ode Dedi; Pratiwi, Endang Tri
Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkarya Vol. 1 No. 06 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkarya
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/berkarya.v1i06.410

Abstract

Peranan Kepolisian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang terdapat dalam Pasal 5 ayat (1). Peran Polres Baubau dalam memberantas tindak pidana kekerasan terhadap anak dengan kekerasan menggunakan upaya represif, karena yang dilakukan oleh pihak Polres Baubau pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement). Hambatan dalam penanggulangan tindak pidana dengan kekerasan terahdap anak dengan pelaku anak sebaya adalah di Polres Baubau kurangnya partisipasi dari Masyarakat. Masyarakat sangat berperan penting dalam penanggulangan tindak pidana dengan kekerasan ini, sehingga antara masyarakat dengan pihak kepolisian memiliki hubungan yang saling berkaitan. Saksi susah dimintai keterangan. Hal ini karena banyaknya saksi yang takut terlibat dalam proses pengadilan. Dikarenakan adanya saksi yang tidak bisa diajak bekerjasama. Korban dalam terjadinya tindak pidana kekerasan juga patut diperhatikan dan menjadi salah satu faktor yang penting dalam terjadinya tindak pidana kekerasan. Kekerasan ini tidak akan terjadi apabila tidak adanya niat dari sipelaku sendiri, kewaspadaan korban, tingginya tingkat keamanan di Polres Baubau, pergaulan pelaku yang baik, tidak adanya kesempatan sekecil apapun yang diberikan korban kepada sipelaku.
KEJAHATAN PENANGKAPAN IKAN YANG MERUSAK EKOSISTEM DI WILAYAH LAUT TELUK SANGIA WAMBULU KABUPATEN BUTON TENGAH Abdullah, La Ode Dedi; Pratiwi, Endang Tri
Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkarya Vol. 1 No. 05 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkarya
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/berkarya.v1i05.982

Abstract

Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan penangkapan ikan yang merusak ekosistem di Wilayah Perairan Laut Teluk Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah dipengaruhi oleh empat faktor, meliputi pendidikan yang masih rendah, keadaan ekonomi, dan faktor kemajuan teknologi informasi serta faktor kurangnya pengawasan dari aparat penegak hukum. Dan Upaya yang ditempuh untuk mencegah masyarakat melakukan penangkapan ikan yang merusak ekosistem di Wilayah Perairan Laut Teluk Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah adalah upaya preventif dengan konsep dan pola pembinaan dalam wujud pemberian, pengayoman agar masyrakat merasa aman, seperti melakukan penyuluhan hukum. Upaya represif yakni penindakan langsung kepada pelaku tindak pidana, seperti penangkapan dan penahanan bagi siapa saja yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam praktek pengeboman ikan.