Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Penerapan Analitycal Hierarchy Process (Ahp) dalam Menentukan Lokasi Pabrik Tempe Cahyaning Kilang Permatasari
JOURNAL OF APPLIED SCIENCE (JAPPS) Vol 2, No 2 (2020): Journal of Applied Science (JAPPS)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36870/japps.v2i2.182

Abstract

Nowadays, tempe household industry entrepreneurs must choose the right factory location. Location is very influential for develop of a company, besides it can minimize problems in the future. The purpose of this study was to determine the percentage of priority criteria in selecting factory locations. The results of the calculation of priority criteria, it is hoped that entrepreneurs will find it easier to determine a suitable location to build a tempe factory. This research was conducted in Karanganyar Regency. The method used to determine the priority criteria for selecting the tempe factory location is Analytical Hierarchy Process (AHP) method. After through the process of obtaining data and analyzing calculations using Microsoft Excel, the percentage result of the criteria are geological and climatic conditions (34.67%), availability of labor (26.94%), market and marketing distance (14.93%), transportation facilities (11.36%), supporting facilities and utilities (7.08%) and distance to the location of raw material suppliers (5.02%). This criterion combines several aspects based on the level of importance, so that the results of the order in selecting the location of the tempe factory will be more objective
Kriteria Prioritas Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tempe Cahyaning Kilang Permatasari
JOURNAL OF APPLIED SCIENCE (JAPPS) Vol 3, No 2 (2021): Journal of Applied Science (JAPPS)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36870/japps.v3i2.173

Abstract

The location of tempe processing adjacent to the settlement causes problems. The resulting liquid waste makes people uncomfortable. This is presumably because the liquid waste has not been managed properly, because it is only dumped into the drainage channel. The majority of tempe industrial entrepreneurs are home industries who are not aware of creating a healthy environment by paying attention to liquid waste processing. There are many studies on technology for the tempe industrial wastewater problem, but each technology has advantages and disadvantages. It is necessary to have a system to choose the technology that suits the waste conditions. This research takes a case study in Karanganyar Regency. The Analytical Hierarchy Process (AHP) method is a method of determining priority scale that can accommodate all aspects. Furthermore, a sequence of criteria can be arranged as needed. The results of the analysis with AHP are: technology criteria 31.09%; environment 28.65%; economic 21.74% and social 18.53%. Environmental sub-criteria showed the results of the removal of ammonia 40.56%; treated water quality 30.74%; the amount of mud is 18.91% and the emission level is 9.80%. Technology sub-criteria are ease of operation 28.67%; land area requirement 28.56%; service life of 28.05% and the potential of technology in the midification of 14.72%. Economic sub-criteria with the results of operating costs 34.21%; installation cost 33.28%; maintenance costs 23.78% and HR costs 8.73%. Social sub-criteria with the results of the need for employment of 49.10%; readiness of human resources 19.33%; implementation of construction 16.74% and aesthetics 14.82%. The results of the AHP can be used as input for tempe entrepreneurs, the government and the community to improve the environmental quality of the tempe industrial wastewater. It is hoped that entrepreneurs will find it easier to determine the appropriate technology to treat the tempe industrial liquid waste.
Terak dan Abu Onggok Sebagai Sumber Daya Alternatif Material Pembuatan Paving Block Cahyaning Kilang Permatasari; Arum Dwicahyani
JUITECH: Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Quality Vol 6, No 2 (2022): Vol 6 No. 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/ju.v6i2.838

Abstract

To make paving blocks, the material used is material from natural resources that are difficult to renew, so alternative resources such as industrial waste are needed. The industrial waste is underutilized, so it can be used as material for making paving blocks. There is industrial waste that has not been utilized optimally in Klaten. One of them is the steel casting industry center in Ceper which produces slag waste and the palm flour processing industrial center in Tulung which produces solid waste onggok. The addition of onggok ash to the slag paving block is expected to be able to achieve the compressive strength of the paving blocks according to SNI standards. Waste used as an alternative resource is expected to eliminate illegal industrial waste disposal. Waste treatment can make waste more valuable and reduce environmental burdens such as exploitation of natural resources. In the future, slag and slag are no longer considered as waste, but as new resources. Paving blocks are printed manually, then tested to determine their compressive strength. The compressive strength values of normal paving blocks and slag paving blocks with variations in the percentage of onggok ash 5%, 10%, 15% respectively are 10.56 Mpa; 11.47 MPa; 8.44 MPa and 7.63 MPa. The conclusion of this study, using SNI 03-0691-1996 is that the slag paving block with 5% onggok ash meets the Quality D standard. This mixture also shows optimal compressive strength and an increase in compressive strength of 0.91 MPa compared to normal paving blocks.
PENGARUH CURING MENGGUNAKAN AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON Erlina, Erlina; Permatasari, Cahyaning Kilang
CivETech Vol. 6 No. 1 (2024): CivETech
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47200/civetech.v6i1.2243

Abstract

Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat menciptakan pemerataan pembangunan serta meningkatkan daya saing ekonomi secara global, luasnya wilayah Indonesia dan beragamnya kondisi geografis tentunya menjadi tantangan tersendiri pada dunia konstruksi untuk menciptakan suatu infrastruktur yang aman dan nyaman. tingkat ketahanan atau Keawetan material konstruksi juga menjadi pertimbangan penting dalam membangun berbagai infrastruktur. untuk mencapai mutu beton yang direncanakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti cara pencampuran (mixing), penuangan (casting), pemadatan (compacting), dan perawatan (curing). Faktor lain yang tidak kalah penting adalah mutu bahan pembantu seperti mutu cetakan (from work). Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk, Mengetahui perbandingan kuat tekan beton yang dihasilkan setelah proses perawatan (curing) menggunakan air sungai dan air sumur yang diuji pada umur 28 hari. Benda uji yang digunakan dalam pengujian kuat tekan yaitu berupa slinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm berjumlah enam (6) buah, perawatan dilakukan terhadap benda uji yang telah dibuat didiamkan selama satu (1) hari kemudian dikeluarkan dari maould dan dilakukan perawatan dengan cara merendam benda uji kedalam bak perendaman sesuai umur yang di rencanakan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa air sumur dan air sungai memiliki niali ph 7,1 dan 6,7 dimana nilai ph kurang dari 7 tergolong asam, lebih dari 7 tergolong basah dan ph 7 bersifat netral, pada uji coba kuat tekan beton, diketahui bahwa nilai kaut tekan tertinggi pada beton dengan proses perawatan (curing) mengunakan air sumur memiliki kuat tekan sebesar 23,02, sedangkan untuk beton dengan proses perawatan (curing) mengunakan air sungai Gajah Wong sebesar 22,86 MPa dan dapat dimpulkan bahwa beton dengan proses perawatan (curing) mengunakan air sumur memiliki kuat tekan lebih tinggi dari pada beton dengan proses perawatan (curing) mengunakan air sungai Gajah Wong.
TRIPLE CONSTRAINT SEBAGAI KRITERIA PEMILIHAN MATERIAL PENUTUP ATAP PADA JASA PENGEMBANG PERUMAHAN Permatasari, Cahyaning Kilang; Arfianto, Nasrul; Ryan Iskandar, Muhammad; Kritiyanto, Hery
CivETech Vol. 6 No. 2 (2024): CivETech
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47200/civetech.v6i2.2495

Abstract

Pembangunan perumahan di Kabupaten Karanganyar semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah permohonan ijin pembanguanan perumahan yang diajukan oleh Perusahaan Pengembang Perumahan ke DPUPR Kabupaten Karanganyar, baik untuk perumahan komersil maupun perumahan subsidi. Meningkatnya pembangunan perumahan juga mengakibatkan permintaan material bangunan semakin banyak, tak terkecuali pada material penutup atap. Perusahaan yang bergerak di bidang industri bahan material penutup atap, menawarkan berbagai macam inovasi pada produknya untuk memperbaiki kualitas dari berbagai jenis produk material yang sudah ada. Terdapat berbagai macam jenis bahan pembuat material penutup atap pada saat ini. Setiap material penutup atap itupun mempunyai kelebihan dan kekurangan. Maka perlu dinilai, material penutup jenis apa yang diperlukan sesuai keinginan steakholder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui material penutup atap yang sesuai dengan keinginan steakholder di Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan pada beberapa jenis penutup atap yang beredar dipasaran dan berpotensi digunakan sebagai penutup atap perumahan. Perhitungan pemilihan penutup atap menggunakan metode AHP. Kriteria yang digunakan dalam metode AHP ini adalah triple constraint, yaitu biaya, waktu dan mutu. Setelah melalui proses mendapatkan data primer dan sekunder serta perhitungan analisis dengan microsoft excell, selanjutnya didapatkan hasil prosentase bobot kriteria sebagai berikut, biaya 33,02%, waktu 24,45% dan mutu 42,53%. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan metode AHP untuk pemilihan material penutup atap, dihasilkan urutan sebagai berikut yaitu penutup atap dari Genteng metal, Genteng Keramik, Genteng Tanah Liat, Genteng Beton, Asbes dan Genteng Aspal. Cara ini mengkombinasi pedoman triple constraint berdasarkan tingkat kepentingan, sehingga hasil urutan pemmilihan lebih obyektif.
LITERATUR REVIEW: PEMANFAATAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Permatasari, Cahyaning Kilang; Kristiyanto, Hery; Sucipto, Sucipto; Fadillah, Fadillah
Civil Engineering and Technology Journal Vol. 7 No. 1 (2025): CivETech
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47200/civetech.v7i1.2764

Abstract

Paving block adalah merupakan salah satu elemen bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau sejenisnya, agregat, air dengan atau tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton tersebut (SNI-03-0691-1996). Beberapa penelitian telah mengeksplorasi penggunaan fly ash. Fly ash merupakan limbah hasil pembakaran batu bara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk halus, bundar dan bersifat pozolanik (SNI 03-6414-2002). Beberapa penelitian terdahulu terkait paving block dan fly ash telah membuat inovasi dengan tujuan mengetahui besarnya pengaruh penambahan fly ash terhadap sifat mekanis paving block (kuat tekan) dan persentase penambahan fly ash yang terbaik untuk campuran paving block. Metode penelitian yang digunakan berupa eksperimen dengan menambahkan fly ash sebagai bahan campuran pembuatan paving block. Dari hasil literature review beberapa artikel dapat disimpulkan bahwa fly ash dapat meningkatkan kuat tekan paving block pada variasi tertentu daripada paving block tanpa fly ash, akan tetapi jika penggunaan fly ash yang berlebihan dapat juga mengurangi mutu dari paving block. Variasi yang mempunyai kuat tekan optimal paling tinggi adalah pada variasi 1Pc:1Ps dengan penambahan fly ash 10%, kuat tekan rata-rata 34,80 MPa sehingga masuk dalam kategori mutu B.
KKN Tematik: Sinergi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kesehatan, Lingkungan, dan Sosial Agama di RW 2 Kalurahan Pandeyan Permatasari, Cahyaning Kilang; Kumalasari, Nuria Putri; Aida Yuliana, Mia Noor; Arief Hidayat, Asharudin; Akram, Akmalul; Rukmana, Dimas Nurfianto; Alroy, Muhammad; Setyawan, Dwi Okka; Lisanto, Riefath Fajar; Supodo, Agustinus; Dwiyatno, Eko
Gemi: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol. 5 No. 1 (2025): Gemi
Publisher : Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47200/gemi.v5i1.3021

Abstract

Community empowerment aims to increase public participation in meeting their needs and solving problems. This was carried out through the 2025 Thematic Community Service Program (KKN) in RW 02, Pandeyan Subdistrict, Umbulharjo, Yogyakarta, involving by a Field Academic Advisor, 10 students and 11 work programs focused on health, environment, and socio-religious sectors. The service methods included education, public services, facility provision, and group mentoring. Results showed a positive response from residents with active participation in various activities such as free health checks, elderly exercise programs, waste sorting, community clean-ups, and tutoring sessions. This program is expected to raise awareness of health, environmental management, and religious-social values while strengthening community solidarity.  
ANALIASIS EFISIENSI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS: JALAN SELOKAN MATARAM – JALAN WAHID HASYIM) Suryanto, Suryanto; Permatasari, Cahyaning Kilang; Hidayah, Kevin Nur
Civil Engineering and Technology Journal Vol. 7 No. 2 (2025): CivETech (in Progress)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47200/civetech.v7i2.3105

Abstract

Pertumbuhan kendaraan bermotor di wilayah Yogyakarta yang tidak diimbangi dengan peningkatan infrastruktur lalu lintas yang memadai telah menyebabkan berbagai permasalahan, khususnya pada titik simpang jalan. Salah satu simpang yang mengalami kepadatan signifikan adalah simpang bersinyal Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja simpang tersebut dengan menggunakan parameter kinerja lalu lintas, yaitu derajat kejenuhan (DJ), tundaan rata-rata (Ti), panjang antrian (Q), dan kapasitas (C), sesuai metode Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2023.Metode penelitian yang digunakan adalah survei lalu lintas pada hari sibuk dan hari libur pada tiga periode waktu (pagi, siang, dan sore), serta pengukuran langsung data geometri jalan dan waktu sinyal. Data kemudian dianalisis untuk memperoleh kinerja tiap lengan simpang (utara, selatan, timur, barat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan signifikan antara kondisi hari sibuk dan hari libur, terutama pada pendekat timur dan barat yang memiliki derajat kejenuhan (DJ) lebih dari 1 dan tundaan yang sangat tinggi, yaitu hingga 895,9 detik/SMP pada kondisi eksisting.Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa simpang Selokan Mataram – Wahid Hasyim dalam kondisi eksisting belum bekerja secara efisien, terutama pada jam-jam sibuk dan pendekat dengan volume lalu lintas tinggi. Diperlukan evaluasi lanjutan terkait pengaturan fase sinyal dan kemungkinan rekayasa lalu lintas lainnya guna meningkatkan efisiensi simpang serta mengurangi risiko kemacetan dan kecelakaan.