Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XII IPA DI SMA KORPRI BEKASI Meilani, Ajeng; Diana, Hafsah Adha
RANGE: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 2 (2022): RANGE Januari 2022
Publisher : Pendidikan Matematika UNIMOR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jpm.v3i2.2008

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan kecerdasan emosional. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Sampel penelitian ini adalah 3 siswa dengan kecerdasan emosional rendah, sedang, dan tinggi. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan hasil tes, angket, dan wawancara. Hasil analisis dari penelitian ini adalah siswa yang kecerdasan emosionalnya tinggi mampu menyelesaikan masalah dengan benar dan tepat sesuai dengan indikator pemecahan masalah, siswa yang kecerdasan emosionalnya sedang mampu memberikan solusi namun masih terdapat kesalahpahaman pada tahapan awal penyelesaian masalah yaitu pada proses menginterpretasikan informasi sehingga memberikan solusi yang kurang tepat, siswa yang kecerdasan emosionalnya rendah belum mampu menyelesaikan masalah karena ketidakpahaman konsep sehingga hasil yang diberikannya belum mengarah kepada solusi yang tepat.
ANALISIS KEMAMPUAN NUMERASI PADA MATERI MATRIKS DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA Sanvi, Ashilla Hanun; Diana, Hafsah Adha
RANGE: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 2 (2022): RANGE Januari 2022
Publisher : Pendidikan Matematika UNIMOR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jpm.v3i2.2021

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan numerasi ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematika. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan subjek terdiri dari 34 siswa kelas XI IPS tahun ajaran 2020/ 2021. Instrumen berupa tes kemampuan awal matematika, tes kemampuan numerasi dan wawancara. Berdasarkan hasil tes awal kemampuan matematika diperoleh siswa dengan kemampuan awal matematika sangat tinggi sebanyak 38.3%, kemampuan awal matematika tinggi sebanyak 26.4%, kemampuan awal matematika sedang sebanyak 8.8%, kemampuan awal matematika rendah sebanyak 11.8%, kemampuan awal matematika sangat rendah sebanyak 14.7%. Dari setiap kemampuan awal matematika tersebut diberikan tes kemampuan numerasi dan wawancara diperoleh hasil, subjek dengan kemampuan sangat tinggi, tinggi, dan sedang yang mampu memenuhi sebagian dari indikator pemecahan masalah dan indikator numerasi sedangkan untuk subjek dengan kemampuan rendah dan sangat rendah sama sekali belum mampu memenuhi kedua indikator tersebut.
Pembelajaran CORE Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Taruna Terpadu Bogor Aprilia, Indah Silvana; Diana, Hafsah Adha
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v3i1.1225

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran CORE terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Berdasarkan observasi siswa masih mengerjakan soal dengan bentuk soal rutin sehingga kemampuan berpikir kritis siswa masih belum terlihat dengan jelas. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran CORE untuk melihat pengaruh terhadap kemampuan beripikir kritis matematis siswa. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan uji Mann Whitney untuk melihat apakah ada pengaruh model pembelajaran CORE terhadap kemampuan berpikir matematis siswa. Populasi penelitian ini merupakan siswa SMP di Bogor dengan siswa kelas VII di SMP Taruna Tepadu dimana populasi tersebut tidak berdistribusi normal dan homogen. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah analisis regresi sederhana dengan menggunakan sampel 2 kelas. Instrumen tes penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi perbandingan senilai dan berbalik nilai. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh model pembelajaran CORE terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. The purpose of this study was to determine the effect of the CORE learning model on students' mathematical critical thinking skills. Based on observations, students are still working on questions in the form of routine questions so that students' critical thinking skills are still not clearly visible. This study uses the CORE learning model to see the effect on students' mathematical critical thinking abilities. The method used in this study is an experimental method using the Mann Whitney test to see whether there is an effect of the CORE learning model on students' mathematical thinking abilities. The population of this study was junior high school students in Bogor with class VII students at Taruna Tepadu Middle School where the population was not normally distributed and homogeneous. The type of research to be carried out is simple regression analysis using 2 class VII samples. The test instrument for this research was a test of students' mathematical critical thinking skills in material comparisons of value and value turning. Based on the results of the study it was found that there was no influence of the CORE learning model on students' mathematical critical thinking abilities.
PEMBINAAN ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM DENGAN MODEL BLENDED LEARNING Masnia, Masnia; Diana, Hafsah Adha; Yuliana, Lingga; Perkasa, Didin Hikmah; Firdaus, Hendy Yusman; Maliana, Rahma; Meilani, Ajeng
SUBSERVE: Community Service and Empowerment Journal Vol. 2 No. 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Prime Identity Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/scsej.v2i2.39

Abstract

Proses pembelajaran merupakan kebutuhan masyarakat dibidang pendidikan. Pembatasan kegiatan terus berlangsung menyebabkan aktifitas pembelajaran tidak lagi dapat dilakukan secara langsung di sekolah. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian kompetensi dasar berupa literasi membaca dan literasi numerasi sebagai bentuk hasil belajar kognitif. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menjadi hal yang harus didorong dalam kegiatan pembelajaran disekolah. Bentuk kegiatan yang akan dilakukan dalam Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah melalui kegiatan Pembinaan Asesmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan Kemampuan Numerasi Siswa SMA Tadika Pertiwi dengan Model Blended Learning yang berupa pembinaan Literasi Numerasi melalui modul dan latihan soal. Pelaksanaannya memanfaatkan Google Classroom dan Google Meet. Pada kondisi pandemi dimana terjadi keterbatasan siswa dalam belajar, sekolah harus berperan aktif dalam mendukung Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dimana metode Blended Learning menjadi cara agar menumbuhkan minat siswa dalam belajar dan pandemi bukan menjadi halangan bagi siswa untuk dapat mengasah pengetahuannya. Metode Blended Learning dapat diaplikasikan dalam perencanaan perbaikan pembelajaran bagi tenaga pendidik, serta kepala sekolah.
Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Elips Ditinjau dari Literasi Numerasi pada Level Kognitif Pemahaman, Penerapan dan Penalaran Diana, Hafsah Adha
Indo-MathEdu Intellectuals Journal Vol. 6 No. 4 (2025): Indo-MathEdu Intellectuals Journal
Publisher : Lembaga Intelektual Muda (LIM) Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54373/imeij.v6i4.4230

Abstract

This study aims to analyze students’ errors in solving ellipse equation problems in terms of numeracy literacy at the cognitive levels of understanding, application, and reasoning. The research employed a descriptive qualitative method with three twelfth-grade students from SMAS Islam PB. Soedirman Bekasi selected through purposive sampling. Data were collected through essay tests consisting of three numeracy problems on ellipse equations and interviews to confirm students’ answers. Data analysis was carried out through data reduction, data display, and conclusion drawing. The findings revealed that errors at the understanding level were related to students’ inability to grasp concepts, inaccuracies in recognizing facts in the form of symbols and notations, mistakes in processes and procedures, and difficulties in extracting information from tables. At the application level, students demonstrated weaknesses in selecting appropriate strategies, misapplied concepts and procedures, and misinterpreted information from the problems. At the reasoning level, students were unable to analyze information provided in the problems, failed to connect multiple concepts, did not employ suitable strategies, and did not generate alternative solutions. Furthermore, they were unable to draw proper conclusions and presented flawed mathematical arguments in their justifications.
Development of HOTS Problem-Based Test Instruments to Measure Level 4 Numeracy Capabilities Using Rasch Model Saputri, Veni; Diana, Hafsah Adha
Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME) Vol 7, No 4 (2021): Jurnal Ilmiah Mandala Education
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pendidikan Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58258/jime.v7i4.2371

Abstract

Numeracy ability is one of the abilities measured in the Minimum Capability Assessment (AKM). Numeracy ability is very important to be improved because numeracy is not only doing mathematical calculations, but also a basis of knowledge and increases confidence to apply it practically. This research uses qualitative and quantitative approaches. This research method is research and development (R&D). The product developed in the form of a level 4 numeracy test instrument based on HOTS. The problem developed in the form of multiple choice questions and complex multiple choices is a number of 40 questions. The variables used as reference are validity, difficulty level, and reliability. This analysis was done with the help of Winsteps software. Based on winsteps program output obtained results according to rasch model with average values outfit MNSQ for persons and items respectively 0.89 and 0.91. The ZSTD Outfit values for persons and items are 0 and -0.01, respectively. While the reliability of the instrument expressed in alpha cronbach is worth 0.87.
Pembinaan numerasi siswa SMP Tadika Pertiwi untuk meningkatkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Morin, Shelly; Diana, Hafsah Adha; Agustianingsih, Ayu; Rosalind, Gisela Anastacia
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 3 (2024): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i3.26222

Abstract

Abstrak Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan suatu usaha pemerintah untuk sistem pendidikan Indonesia yang dirancang untuk mengukur kompetensi dasar siswa dalam literasi dan numerasi. AKM tidak hanya untuk mengevaluasi pencapaian akademik siswa, tetapi juga untuk mengukur kesiapan mereka dalam berkontribusi dan berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) melalui pembinaan AKM Numerasi di sekolah SMP Tadika Pertiwi bertujuan untuk melatih penguasaan Numerasi  dengan Model Blended Learning melalui modul dan latihan soal Asesmen Nasional. Metode yang dilakukan meliputi tahap persiapan awal seperti mempersiapkan modul sebagai bahan pembelajaran , tahap pelaksanaan seperti mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi baik di google meet ataupun whatsapp, tahap akhir seperti Menyusun laporan akhir hasil pelaksanaan kegiatan. Hasil dari PKM ini menunjukkan peningkatan pemahaman siswa terhadap soal-soal AKM, kesiapan siswa dalam menghadapi AKM, dan peningkatan kualitas sekolah yang masuk dalam kategori kelas menengah. Berdasarkan kegiatan pembinaan AKM Numerasi di SMP Tadika Pertiwi dapat disimpulkan bahwa (1) program PKM berjalan dengan lancar dan diikuti oleh 23 siswa dari kelas 8 SMP Tadika Pertiwi, (2) siswa lebih memahami soal-soal AKM dan lebih siap mengikuti AKM di sekolah, serta (3) SMP Tadika Pertiwi masuk dalam kelas menengah berdasarkan hasil AKM. Kata kunci: Asesmen Kompetensi Minimum; kurikulum merdeka; sekolah menengah pertama Abstract Minimum Competency Assessment (AKM) is a government effort for the Indonesian education system to measure students' basic competencies in literacy and numeracy. AKM is used to assess students' academic achievements and measure their readiness to contribute and participate effectively in social and economic life. The Community Service Program (PKM), through coaching AKM Numeracy at Tadika Pertiwi Middle School, aims to train Numeracy mastery using the Blended Learning Model through modules and practice on National Assessment questions. The methods used include the initial preparation stage, such as preparing modules as learning materials; the implementation stage, such as holding question and answer sessions and discussions on Google Meet and WhatsApp; and the final stage, such as preparing a final report on the results of the activity implementation. The results of this PKM show an increase in students' understanding of AKM questions, readiness to face AKM, and an increase in the quality of schools that fall into the middle-class category. Based on the AKM Numeracy Development activities at Tadika Pertiwi Middle School, it can be concluded that (1) the PKM event ran smoothly and was attended by 23 grade 8 students at Tadika Pertiwi Middle School, (2) students better understand AKM questions and are better prepared to take part in AKM at school, and (3) Tadika Pertiwi Middle School is included in the middle class based on AKM results. Keywords: Minimum Competency Assessment (AKM); merdeka curriculum; junior high school