ABSTRACT The repeated use of cooking oil among street food vendors remains a major concern in food safety due to the formation of toxic compounds that may harm consumer health. This study aimed to analyze the behavior, knowledge, attitudes, and factors influencing the repeated use of cooking oil among street vendors in Jatikramat Village, Jatiasih Sub-district, Bekasi City. A mixed-method approach with a cross-sectional design was employed. Quantitative data were collected using questionnaires from 101 vendors through total sampling, while qualitative data were obtained from in-depth interviews with three informants. The findings revealed that most vendors demonstrated poor practices, with 53.5% reusing cooking oil more than four times. The majority of respondents had higher education (66.3%), good knowledge (70.3%), and positive attitudes (56.4%), yet healthy practices were not consistently applied. Qualitative data indicated that vendors with sufficient knowledge tended to limit oil use to a maximum of three times, while those with limited knowledge reused oil more than four times, believing it had no impact on taste and being unaware of health risks. Economic reasons emerged as the main factor for oil reuse, as vendors sought to reduce production costs and maximize profit. This study concludes that there is a gap between knowledge, attitudes, and actual behavior, with economic constraints being more influential than education or knowledge. Continuous education, training, and supportive policies are needed to reduce the repeated use of cooking oil and protect public health. Keywords: Repeated Cooking Oil, Street Food Vendors, Behavior, Knowledge, Attitude, Mixed Method.  ABSTRAK Penggunaan minyak goreng berulang kali pada pedagang kaki lima masih menjadi isu penting dalam keamanan pangan karena berpotensi menghasilkan senyawa toksik yang membahayakan kesehatan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku, pengetahuan, sikap, serta faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan minyak goreng berulang pada pedagang kaki lima di Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Penelitian menggunakan pendekatan mixed method dengan desain potong lintang (cross-sectional). Data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner yang melibatkan 101 pedagang dengan teknik total sampling, sedangkan data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam terhadap tiga informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pedagang memiliki perilaku penggunaan minyak goreng yang kurang baik, yakni menggunakan minyak lebih dari empat kali (53,5%). Sebagian besar responden memiliki pendidikan tinggi (66,3%), pengetahuan baik (70,3%), serta sikap positif (56,4%). Namun, perilaku sehat belum terwujud secara konsisten. Hasil kualitatif mengungkapkan bahwa pedagang dengan pengetahuan baik cenderung membatasi penggunaan minyak maksimal tiga kali, sedangkan pedagang dengan pengetahuan rendah menggunakan minyak lebih dari empat kali karena tidak mengetahui dampak kesehatan. Faktor ekonomi muncul sebagai alasan utama penggunaan minyak berulang, karena pedagang berusaha menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat kesenjangan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata pedagang, di mana faktor ekonomi lebih dominan dibandingkan faktor pendidikan maupun pengetahuan. Intervensi berupa edukasi berkelanjutan, pelatihan, serta kebijakan pendukung diperlukan untuk mengurangi praktik penggunaan minyak goreng berulang dan melindungi kesehatan masyarakat. Kata Kunci: Minyak Goreng Berulang, Pedagang Kaki Lima, Perilaku, Pengetahuan, Sikap, Mixed Method