Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PENINGKATAN KEMAMPUAN KADER BALITA DALAM PENGOLAHAN DAUN KELOR DAN PROTEIN HEWANI SEBAGAI STRATEGI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI WILAYAH PRAMBON Erdina, Celsa Surya; Intiyaswati, Intiyaswati
Jurnal Booth Dharma Medika Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Booth Dharma Medika
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/pengabmas.v4i2.553

Abstract

Tantangan khusus pada Balita dalam bidang Kesehatan saat ini adalah stunting, yang merupakan prioritas dalam pengawasan. Efek jangka Panjang yang terjadi pada balita stunting berupa terganggunya perkembangan otak, menurunkan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunkan kekebalan tubuh sehingga mudah terpapar penyakit, yang dalam hal ini menjadikan ancaman bagi produktivitas generasi penerus bangsa. Sebagian besar dari balita yang mengalami stunting, tidak hadir dalam kegiatan posyandu balita dikarenakan orang tuanya malu, oleh karena itu untuk menarik perhatian balita dan kemauan orang tua, kita bekerjasama dengan kader balita membuat inovasi untuk memberikan pemenuhan nutrisi pada balita yang mengalami stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan informasi dan pelatihan pada kader balita tentang pembuatan nugget dari daun kelor dan protein hewani sebagai strategi pencegahan stunting dan pengukuran antropomentri pada balita. Metode pelaksanaan dilakukan dengan bekerjasama dengan kader balita, tokoh Masyarakat setempat serta pihak Puskesmas di wilayah tersebut, serta menghadirkan orang tua balita dalam setiap kegiatan posyandu balita untuk meluangkan waktunya serta berpartisipasi dalam strategi penurunan stunting dengan beberapa kegiatan yang kemudian dilakukan 2 kegiatan yang terdiri atas pelatihan pembuatan nugget dari daun kelor dan protein hewani (ayam) dan pemeriksaan Antropometri. Kegiatan dilakukan setiap bulan. Hasil pelaksanaan pemberdayaan kader balita di wilayah Prambon Sidoarjo, didapatkan kader telah terbentuk. Kader berada tidak hanya di level RW tapi juga perwakilan masing-masing RT. Setelah dilakukan pelatihan pembuatan nugget dan Antropometri yang bekerjasama dengan puskesmas,dan kader balita yang telah dilatih mampu mengaplikasikan kegiatan tersebut. Selain itu setelah dilakukan pelatihan pembuatan nugget sebagian besar dapat berhasil dan hasilnya dapat dikonsumsi oleh seluruh balita, sehingga kedepan diharapkan dapat dilakukan program lebih lanjut terkait masalah stunting dengan pembuatan nugget sebagai inovasi untuk merangsang nafsu makan pada balita
EDUKASI SEKS BEBAS PADA REMAJA: STUDI PENYULUHAN DI KELAS XII SMA ADVENT ANJASMORO SURABAYA Santiasari, Retty Nirmala; Mahayaty, Lina; Intiyaswati, Intiyaswati
Jurnal Booth Dharma Medika Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Booth Dharma Medika
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/pengabmas.v6i1.717

Abstract

Remaja merupakan fase perkembangan yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, termasuk mendapatkan informasi yang salah mengenai seksualitas. Kurangnya pemahaman perihal kesehatan reproduksi dapat meningkatkan risiko terjadinya perilaku seks bebas yang berakibat terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual. Pendidikan kesehatan reproduksi diperlukan untuk kalangan remaja di era saat ini. Perkembangan teknologi juga bisa menjadi faktor penyebab dimana remaja dapat melihat atau mendapatkan hal-hal yang kurang baik seperti perilaku seks bebas. Tetapi perkembangan teknologi juga dapat sebagai sumber informasi tentang kesehatan reproduksi. Oleh karenanya, diperlukan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja supaya remaja mengerti akan dampak dari perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman remaja SMA Advent Anjasmoro mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari perilaku seks bebas. Kegiatan ini dilakukan melalui memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduktif dan perilaku seks bebas, dilakukan melalui diskusi interaktif, dan memberikan pre tes diawal kegiatan untuk mengetahui pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi, yang nantinya setelah diberikan penyuluhan dilakukan pengukuran pengetahuan remaja melalui post tes. Kegiatan ini melibatkan 35 siswa kelas XII. Hasil kegiatan pengabdian ini didapatkan bahwa nilai pengetahuan pada remaja kategori baik setelah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi dan perilaku seks bebas.
EFEKTIFITAS PIJAT ILU DAN AROMATHERAPY LEMON DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA BALITA Primihastuti, Dianita; Intiyaswati, Intiyaswati
Bahasa Indonesia Vol 14 No 1 (2025): Jurnal Kebidanan
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/keb.v14i1.718

Abstract

Konstipasi kerap terjadi pada bayi baru lahir dan merupakan masalah kesehatan pada anak yang cukup tinggi. Pijat bayi bermanfaat dalam system organ tubuh dan motorik bayi. Sentuhan pijat pada jaringan otot, peredaran darah bisa menjadi lebih lancar dan dapat memaksimalkan fungsi organ salah satunya organ pencernaan. Aromaterapi lemon mengandung Limenone yang bermanfaat untuk menenangkan bayi, Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas dari pijat I love you (ILU) dan Aromaterapi lemon terhadap kejadian konstipasi pada Bayi. Jenis penelitian adalah Quasi Eksperimen dengan non equivalent control group design. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok responden yaitu kelompok perlakuan yang diberi terapi pijat ILU dan Aromaterapi lemon serta kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan). Kemudian dilakukan observasi kejadian konstipasi, dianalisis menggunakan uji mann whitney. Hasil penelitian menyatakan P value 0,000 < 0,05 artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pijat ILU dan aromaterapi lemon terbukti efektif dalam mengatasi masalah konstipasi pada balita.
PENGARUH AKTIVITAS FISIK, PARITAS DAN USIA TERHADAP RUPTURE PERINIUM DI TPMB SARI MEILINA Intiyaswati, Intiyaswati; Primihastuti, Dianita
Bahasa Indonesia Vol 14 No 1 (2025): Jurnal Kebidanan
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/keb.v14i1.719

Abstract

Pendahuluan : Rupture Perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum pada saat persalinan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh dari aktivitas fisik, paritas dan usia terhadap rupture perineum di TPMB Sari Meilina. Metode : Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum di TPMB Sari Meilina dengan teknik non probability sampling diperoleh sampel 20 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk mengetahui aktifitas fisik dan data sekunder dari buku register laporan persalinan untuk mengetahui usia, paritas, dan kejadian rupture perineum. Variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, paritas, usia sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah intensitas ruptureperineum. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat signifikansi α = 0,05.Hasil : Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxson diketahui bahwa besarnya nilai p-value 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (.000 < 0,05)sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh aktivitas fisik, paritas, usia terhadap rupture perineum di TPMB Sari Meilina. Menurut hasil perhitungan dalam uji wilcoxon signed rank test terdapat kolom tingkatan yaitu mean rank dan sum of rank sserta kategori negative ranks ,positive ranks, dan ties. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil jumlah dari negative ranks adalah 19a yang berarti terdapat 19 responden yangada pengaruh terhadap aktivitas fisik, paritas dan usia terhadap rupture perineum. Pada kategori positive ranks menunjukkan nilai 0b yang artinya tidak ada pengaruh terjadinya rupture perineum.Diskusi :pertugas kesehatan mampu meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada pasien.