Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Transforming Education Through Technological Innovation In The Face Of The Era Of Society 5.0 Legi, Hendrik; Damanik, Dapot; Giban, Yoel
Educenter : Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 2 No. 2 (2023): Educenter : Jurnal Ilmiah Pendidikan
Publisher : ARKA INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55904/educenter.v2i2.822

Abstract

Technological and industrial developments have reached Society 5.0, and education today is centered on a balance where the Internet is not only a medium of information but plays a role in living life. The formulation of the problem in this study is how education transforms education in Indonesia in facing the era of Society 5.0. The purpose of this research is to explain how education is transformed in facing the era of Society 5.0. The research method used is qualitative descriptive with literature studies. This study concludes that technological developments cannot be avoided, so we must be able to adapt and respond to these developments. The era of Society 5.0 is marked by rapid technological development and integration between humans and technology. The transformation of education has become very important in this era, where the need for digital skills, creativity, collaboration, and problem-solving is increasing. Technological innovation is critical in changing how education is delivered, accesses information, and interacts between learners and educators. This article discusses how technological innovation can change the education paradigm, facilitate active and collaborative learning, and improve the quality of education in the era of Society 5.0.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Pengelolaan Kurikulum untuk Mewujudkan Sekolah Unggul Legi, Hendrik; Riwu, Maleachi; Herip Djoweni, Isak Son
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 6 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.4107

Abstract

Munculnya sekolah unggul menunjukan bahwa lembaga pendidikan menjadi lebih mudah diakses dan toleran terhadap tuntutan masyarakat. Selain itu, pembentukan lembaga-lembaga tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan para profesional pendidikan, khususnya kepala sekolah, dalam membentuk model pendidikan yang sesuai dengan tujuan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan mengenai bagaimana bentuk implementasi kepemimpinan berbasis sekolah dalam manajemen kurikulum untuk mewujudkan sekolah unggul. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskripsi kepustakaan. Di mana, penulis akan mengkaji secara literature mengenai topik penelitian pendidikan Kristiani yang bersifat toleransi. Sekolah unggulan merupakan sekolah yang sanggup membuat muridnya berprestasi baik dalam konteks intelektual, emosional, serta spiritual. Sekolah unggul biasanya menekankan pada mutu siswa, sehingga di masa depan siswa bisa bersaing dalam kehidupan global di muka bumi. Sekolah unggulan pada biasanya memiliki kriteria khusus, antara lain siswa yang unggul, profesional guru, disiplin, berdedikasi, cerdas, bisa membuat desain, strategi, model dan metode pengajaran, ramah dan bisa beradaptasi dan berbaur dengan sesama guru dan siswa
Manajemen konflik dalam implementasi kurikulum merdeka di era digital Legi, Hendrik; Samosir, Lustani; Tambunan, Lusi Lasma
Nautical : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia Vol. 2 No. 3 (2023): Nautical: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia
Publisher : ARKA INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55904/nautical.v2i3.828

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen konflik yang timbul dalam implementasi Kurikulum Merdeka di era digital. Metode kualitatif digunakan, dengan subjek penelitian melibatkan guru, siswa, dan orang tua dari beberapa sekolah. Hasil menunjukkan bahwa konflik utama berkaitan dengan perubahan mendadak dalam metode pengajaran, kurangnya pelatihan guru, dan peran orang tua yang kurang ditekankan. Dengan menggunakan pendekatan manajemen konflik yang efektif, konflik tersebut dapat diminimalisir dan transisi ke Kurikulum Merdeka dapat berjalan lancar. Implementasi Kurikulum Merdeka di era digital telah menimbulkan berbagai konflik dalam praktiknya, mencakup perubahan mendadak dalam metode pengajaran, kurangnya pelatihan bagi guru, dan minimnya peran orang tua. Studi kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi konflik tersebut dan bagaimana manajemen konflik dapat efektif dalam meredam dan memecahkan masalah tersebut. Dengan melibatkan guru, siswa, dan orang tua dari berbagai sekolah sebagai subjek penelitian, penelitian ini menunjukkan bahwa strategi manajemen konflik efektif meliputi komunikasi terbuka, pelatihan dan dukungan bagi guru, peningkatan partisipasi orang tua, dan fokus pada kebutuhan dan kesejahteraan siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan manajemen konflik yang tepat, transisi ke Kurikulum Merdeka dapat berjalan lebih lancar dan efektif, sehingga memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak yang terlibat.
Paradigma Biblika, Teologis dan Ontologis Mengenai Perintisan Jemaat Mawikere, Marde Christian Stenly; Hura, Sudiria; Legi, Hendrik
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.105

Abstract

This research explores the fundamental differences between the concept of Church Planting and general approaches in contemporary church growth. The article highlights that church planting is driven by strong theological principles, putting church ontology as the cornerstone. It is presented that hermeneutics must precede methodology, and theology must precede anthropology. Readers are invited to explore the deeper and scholarly dimensions of Church Planting. Church planting involves planting congregations and emphasizing the ontological dimension closely related to evangelism, in accordance with biblical teachings. Qualitative research with a hermeneutic approach and theological studies reveals that the ontology of church planting is derived from the Bible, involving a proper understanding of church doctrine. This article makes an important contribution to the scholarly discourse on church planting, discussing theological, ontological, and finally methodological aspects as implications. This article makes an important contribution to the scholarly discourse on church planting, discussing theological, ontological, and finally methodological aspects as implications. The novelty of this study lies in an approach that emphasizes a deeper understanding of the concept of church planting, distinguishes it from the general approach to church growth, and highlights the urgency of church ontology as the main foundation in church planting, which then has implications in the methodology and practice of church evangelism.AbstrakPenelitian ini mengeksplorasi perbedaan fundamental antara konsep Perintisan Jemaat dan pendekatan umum dalam pertumbuhan gereja kontemporer.. Artikel menyoroti bahwa perintisan jemaat didorong oleh prinsip-prinsip teologi yang kuat, mengedepankan ontologi gereja sebagai landasan utama. Disajikan bahwa hermeneutik harus mendahului metodologi, dan teologi harus mendahului antropologi. Pembaca diundang untuk menjelajahi dimensi lebih mendalam dan ilmiah terkait Perintisan Jemaat. Perintisan jemaat melibatkan upaya menanam jemaat dan menekankan dimensi ontologis terkait erat dengan penginjilan, sesuai dengan ajaran Alkitab. Penelitian kualitatif dengan pendekatan hermeneutik dan kajian teologis mengungkapkan bahwa ontologi perintisan jemaat bersumber dari Alkitab, melibatkan pemahaman doktrin gereja yang tepat. Artikel ini memberikan kontribusi penting dalam wacana ilmiah mengenai perintisan jemaat, membahas aspek teologis, ontologis, dan terakhir aspek metodologis sebagai implikasinya. Artikel ini memberikan kontribusi penting dalam wacana ilmiah mengenai perintisan jemaat, membahas aspek teologis, ontologis, dan terakhir aspek metodologis sebagai implikasinya. Kebaharuan dari penelitian ini terletak pada pendekatan yang menekankan pemahaman yang lebih dalam terhadap konsep perintisan jemaat, membedakannya dari pendekatan umum dalam pertumbuhan gereja, serta menyoroti urgensi ontologi gereja sebagai landasan utama dalam perintisan jemaat, yang kemudian membawa implikasi dalam metodologi dan praktik penginjilan gereja.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Pengelolaan Kurikulum untuk Mewujudkan Sekolah Unggul Legi, Hendrik; Riwu, Maleachi; Herip Djoweni, Isak Son
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 6 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.4107

Abstract

Munculnya sekolah unggul menunjukan bahwa lembaga pendidikan menjadi lebih mudah diakses dan toleran terhadap tuntutan masyarakat. Selain itu, pembentukan lembaga-lembaga tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan para profesional pendidikan, khususnya kepala sekolah, dalam membentuk model pendidikan yang sesuai dengan tujuan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan mengenai bagaimana bentuk implementasi kepemimpinan berbasis sekolah dalam manajemen kurikulum untuk mewujudkan sekolah unggul. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskripsi kepustakaan. Di mana, penulis akan mengkaji secara literature mengenai topik penelitian pendidikan Kristiani yang bersifat toleransi. Sekolah unggulan merupakan sekolah yang sanggup membuat muridnya berprestasi baik dalam konteks intelektual, emosional, serta spiritual. Sekolah unggul biasanya menekankan pada mutu siswa, sehingga di masa depan siswa bisa bersaing dalam kehidupan global di muka bumi. Sekolah unggulan pada biasanya memiliki kriteria khusus, antara lain siswa yang unggul, profesional guru, disiplin, berdedikasi, cerdas, bisa membuat desain, strategi, model dan metode pengajaran, ramah dan bisa beradaptasi dan berbaur dengan sesama guru dan siswa
Pendidikan Sebagai Proses Filosofis: Antara Nalar, Etika, dan Estetika Legi, Hendrik; Devarsh Gevariel Dean Legi
Jurnal Pendidikan Indonesia Vol. 3 No. 1 (2025): Maret : Jurnal Pendidikan Indonesia
Publisher : PT. ALHAFI BERKAH INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62007/joupi.v3i1.413

Abstract

Education as a philosophical process plays an important role in shaping individuals who have critical thinking, moral integrity, and appreciation of beauty through the integration of reason, ethics, and aesthetics. This study aims to analyze the implications of philosophical education for civilization building using descriptive qualitative methods based on the philosophy of education. Data were obtained through a literature study of philosophy of education books, academic journals, and previous research results. The analysis techniques used were content analysis and thematic analysis to understand the relationship between philosophical education and civilization. The results show that reason plays a role in developing logical, innovative and critical thinking which is the basis for the development of science and technology. Ethics acts as a moral foundation that shapes individual character to have social responsibility, honesty, and empathy in social life. Aesthetics complements education with the value of beauty and creativity that contribute to the formation of culture and art in social life. The integration of these three aspects in the curriculum allows learners to develop intellectually, morally and aesthetically so that they can make a real contribution to the development of civilization. Unbalanced education in these three aspects tends to produce individuals who lack harmony, both in thought and action. Therefore, the education system must be designed holistically so that it not only produces graduates who excel academically, but also have high morality and cultural awareness. Education based on this philosophy is expected to shape a more advanced, civilized, and dignified civilization.
Menguatkan Spiritualitas Generasi Alpha Melalui Pendidikan Agama Kristen Yang Kontekstual Legi, Hendrik; Legi, Devarsh Gevariel Dean
Jurnal Ap-Kain Vol 3, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen - Februari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/jak.v3i1.173

Abstract

The Alpha Generation is a generation born in the digital era with very wide and fast access to information. However, the main challenge faced by this generation is the weakness of spirituality due to the dominance of technology in daily life. Christian religious education as part of character and faith formation has an important role in strengthening the spirituality of the Alpha generation. This article aims to examine how contextual Christian religious education can strengthen the spirituality of the Alpha generation. The method used in this study is a literature study with a qualitative approach. Data is collected through scientific literature, books, research articles, and relevant online sources. The analysis was carried out using the content analysis method to identify important themes related to spirituality and Christian education in the context of the Alpha generation. The results of the study show that contextual Christian religious education is able to answer the challenges of the spirituality of the Alpha generation by integrating the principles of the Christian faith into the digital context. This involves the use of digital media as a means of spiritual learning as well as a pedagogical approach that is interactive and relevant to the daily life of the Alpha generation. Christian religious education needs to prioritize the formation of character based on biblical values, such as love, loyalty, and integrity, while still considering the wise use of technology. This article concludes that strengthening the spirituality of the Alpha generation through contextual Christian religious education requires a dynamic, contextual, and technology-based approach. Thus, the Alpha generation can grow spiritually despite being in a challenging digital world. The recommendation for educators is to continue to develop creative and innovative learning strategies so that spirituality development remains relevant and effective.AbstrakGenerasi Alpha merupakan generasi yang lahir dalam era digital dengan akses informasi yang sangat luas dan cepat. Namun, tantangan utama yang dihadapi oleh generasi ini adalah lemahnya spiritualitas akibat dominasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Kristen sebagai bagian dari pembentukan karakter dan iman memiliki peran penting dalam menguatkan spiritualitas generasi Alpha. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pendidikan agama Kristen yang kontekstual dapat menguatkan spiritualitas generasi Alpha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui literatur ilmiah, buku, artikel penelitian, dan sumber daring yang relevan. Analisis dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis) untuk mengidentifikasi tema-tema penting terkait spiritualitas dan pendidikan Kristen dalam konteks generasi Alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan agama Kristen yang kontekstual mampu menjawab tantangan spiritualitas generasi Alpha dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip iman Kristen ke dalam konteks digital. Hal ini melibatkan pemanfaatan media digital sebagai sarana pembelajaran rohani serta pendekatan pedagogis yang interaktif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari generasi Alpha. Pendidikan agama Kristen perlu mengedepankan pembentukan karakter berbasis nilai alkitabiah, seperti kasih, kesetiaan, dan integritas, dengan tetap mempertimbangkan penggunaan teknologi secara bijaksana. Artikel ini menyimpulkan bahwa penguatan spiritualitas generasi Alpha melalui pendidikan agama Kristen yang kontekstual membutuhkan pendekatan yang dinamis, kontekstual, dan berbasis teknologi.
Implikasi Metode Mengajar Bagi Guru Pendidikan Agama Kristen Legi, Hendrik
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen (April 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.826 KB) | DOI: 10.52879/didasko.v1i1.12

Abstract

ABSTRACTThe task of a Christian Religious Education teacher is not just to teach and prepare teaching materials, but a teacher is required to be able to create active, creative learning interactions and be able to design fun learning. Christian religious education teachers are not only tasked with transferring factual and conceptual knowledge to their students but Christian religious education teachers must think about how students can receive messages in their teaching and learning process. One of the reasons the learning process did not go as expected by the teacher was due to the inaccurate selection of teaching methods in the teaching and learning process. It cannot be denied that teaching methods also affect the ability of students to absorb learning material. Learning will be fun if the Christian Religious Education teacher chooses and uses various teaching methods in their teaching assignments. The research approach used is a descriptive approach, namely methods and research procedures that are Research Library by utilizing information sources from books and journals. This study aims to describe the implications of Christian religious education teaching methods for Christian religion teachers.Keywords: Christian Religion Teachers, Christian Religious Education, Teaching Methods. ABSTRAKTugas seorang guru Pendidikan Agama Kristen bukan hanya sekadar mengajar serta menyiapkan materi ajar, melainkan seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan interaksi pembelajaran yang aktif, kreatif serta dapat mendisain pembelajaran yang menyenangkan. Guru pendidikan agama Kristen tidak hanya bertugas memindahkan pengetahuan faktual dan konseptual  kepada peserta didiknya tetapi guru pendidikan agama Kristen harus memikirkan bagaimana peserta didik dapat menerima pesan dalam proses belajar mengajarnya. Salah satu penyebab proses pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh guru karena pemilihan metode mengajar yang kurang tepat dalam proses belajar mengajar Belajar dari Sang guru Agung,  Tuhan Yesus Kristus selalu menggunakan metode yang berbeda-beda ketika mengajar para murid maupun orang banyak. Tidak dapat dipungkiri bahwa metode mengajar ikut memengaruhi kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran. Pembelajaran akan menjadi menyenangkan apabila guru Pendidikan Agama Kristen memilih dan menggunakan metode mengajar yang variatif dalam tugas mengajarnya. Pendekatan  penelitian  yang digunakan  adalah metode pendekatan deskriptif, yaitu  metode dan prosedur penelitian yang bersifat Research Library  dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi dari buku maupun jurnal. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implikasi metode mengajar pendidikan agama Kristen bagi guru Agama Kristen.Kata kunci:  Guru Agama Kristen, Pendidikan Agama Kristen, Metode Mengajar.
Relevansi Filsafat Dalam Pembentukan Paradigma Pendidikan Modern Legi, Hendrik; Legi, Devarsh Gevariel Dean
Jurnal Keislaman Vol. 8 No. 1 (2025): Jurnal Keislaman
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54298/jk.v8i1.382

Abstract

Through the study of philosophy, education not only functions as a means of transferring knowledge, but also as a vehicle for character building, critical thinking, and social awareness of students. This research uses a qualitative approach with a library research method, which aims to analyze the implications of philosophy for modern education. Data were obtained from various sources of academic literature, including books, scientific journals, and education policy documents. The data analysis technique was conducted through content analysis, by examining various philosophical concepts and their application in the contemporary education system. The results show that philosophical thinking contributes to shaping an adaptive curriculum, innovative learning methods, and the role of teachers as facilitators in the educational process. In addition, philosophy also plays a role in designing educational policies that are responsive to social and technological changes. By understanding the relevance of philosophy in education, it is hoped that the modern education system can produce individuals who are not only academically competent, but also have high moral, social and ethical awareness. Therefore, the integration of philosophical thinking in education needs to be continuously developed in order to create a learning system that is more holistic, innovative, and in accordance with the needs of the times.
Etika dan Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Kristen di Era Digital Legi, Hendrik; Widiono, Gideon; Wamo, Antonius
Philoxenia: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 2 (2025): Philoxenia: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani - Mei 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvary - Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59376/philo.v3i2.50

Abstract

The digital era has brought great changes in various aspects of life, including in the world of education. Christian Religious Education (PAK) teachers are required to not only master theological material, but also understand and integrate digital ethics and build a solid spirituality in the midst of cyber challenges. This article aims to examine the importance of ethics and spirituality in shaping the character of PAK teachers that are relevant to the needs of the times, as well as highlight the competencies that must be possessed in order to remain effective in educating the digital generation. Using the literature study method, this study examines theories about digital ethics, Christian spirituality, and educational principles based on the values of the Kingdom of God. The results of the study show that contemporary PAK teachers must be able to be role models in ethical behavior in virtual spaces, maintain integrity, respect digital rights, and live Christian values in every online activity. God's Word is the main basis for building ethical and spiritual sensitivity, as written in Romans 12:2 and Colossians 3:17. In addition, teachers are called to be light and salt in cyberspace, presenting a positive influence in the midst of information flows that are not always in accordance with Christian values. Through good digital competence, character strengthening, and deep spirituality, PAK teachers in the digital era are expected to shape students to become responsible, faithful, and integrity digital citizens. This research enriches the theoretical study of the role of Christian teachers in 21st century education.AbstrakEra digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dituntut untuk tidak hanya menguasai materi teologi, tetapi juga memahami dan mengintegrasikan etika digital serta membangun spiritualitas yang kokoh di tengah tantangan dunia maya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pentingnya etika dan spiritualitas dalam membentuk karakter guru PAK yang relevan dengan kebutuhan zaman, serta menyoroti kompetensi yang harus dimiliki agar tetap efektif dalam mendidik generasi digital. Dengan menggunakan metode studi literatur, penelitian ini mengkaji teori-teori tentang etika digital, spiritualitas Kristen, serta prinsip-prinsip pendidikan berbasis nilai-nilai Kerajaan Allah. Hasil kajian menunjukkan bahwa guru PAK kekinian harus mampu menjadi teladan dalam perilaku etis di ruang virtual, menjaga integritas, menghargai hak digital, serta menghidupi nilai-nilai Kristiani dalam setiap aktivitas daring. Firman Tuhan menjadi dasar utama dalam membangun kepekaan etis dan spiritualitas, sebagaimana tertulis dalam Roma 12:2 dan Kolose 3:17. Selain itu, guru dipanggil untuk menjadi terang dan garam di dunia maya, menghadirkan pengaruh positif di tengah arus informasi yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai kekristenan. Melalui kompetensi digital yang baik, penguatan karakter, dan spiritualitas yang mendalam, guru PAK di era digital diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi warga digital yang bertanggung jawab, beriman, dan berintegritas. Penelitian ini memperkaya kajian teoretis tentang peran guru Kristen dalam pendidikan abad ke-21.