Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Bagi Kader Kesehatan di Wilayah Kelurahan Maccini Gayatri, Sri Wahyuni; Harahap, Wirawan; Arfah, Arni Isnaini
Jurnal Pengabdian Kedokteran Indonesia Vol 5 No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/jpki.v5i1.321

Abstract

Tindakan dasar penyelamatan nyawa adalah upaya pertama untuk menyelamatkan nyawa ketika seseorang terserang penyakit yang mengancam nyawa. Pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) merupakan salah satu tindakan yang harus segera dilakukan ketika menemukan korban yang memerlukan pelatihan, seperti pasien serangan jantung. Tujuan utama dari program ini adalah agar para pengelola kesehatan setempat khususnya kader kesehatan di wilayah Kelurahan Maccini dan di Puskesmas Maccini Sawah dapat mendeteksi kondisi henti jantung yang terjadi di masyarakat sekitar dan memberikan tindakan bantuan hidup dasar sejak dini. Kami akan melakukan kegiatan rujukan secepat dan setepat mungkin. Metode pelaksanaannya meliputi pemberian materi bahan ajar, bermain peran, observasi, dan evaluasi. Kegiatan tersebut melibatkan 23 kader kesehatan dan dilaksanakan secara bergilir selama tiga hari. Dengan diperkenalkannya pengabdian masyarakat ini, diharapkan angka harapan hidup warga yang mengalami henti napas atau jantung di luar rumah sakit akan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan petugas dalam memberikan bantuan hidup dasar.
ANESTESI EPIDURAL TORAKAL (TEA) PADA OPERASI MODIFIED RADICAL MASTECTOMY (MRM) Dwimartyono, Fendy; Sommeng, Faisal; Harahap, Wirawan; Alya Nabila, Andi
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 7 No. 3 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v7i3.22823

Abstract

Selama ini operasi Modified Radical Mastectomy (MRM) biasa dilakukan dengan anestesi umum. Di rumah sakit kami Thoracal Epidural Anesthesia (TEA) biasa digunakan pada gastrectomy atau thoracotomy,namun laporan penggunaan pada MRM sangat jarang.  Laporan kasus ini adalah 3 kasus pasien yang direncanakan MRM dengan teknik TEA. Insersi kateter di Th3-Th4 atau Th4-Th5 secara paramedian approach dengan teknik LOR. Tes dose Lidokain 1% dan adrenalin sebanyak 3 ml dilanjutkan dosis awal 5-10 ml Bupivacain isobaric 3.75% hingga target blok antara C5–Th7. Monitoring hemodinamik selama operasi. Hasil temuan Selama operasi ketiga pasien menunjukkan hemodinamik stabil dan selesai tanpa penyulit lalu pasien ditransfer ke ruang pemulihan. Tiga hari paska bedah diberikan Bupivakain 0.125% plus ajuvan fentanyl melalui epidural.. Evaluasi skala nyeri NRS sekitar 2-3. Kesimpulan dari kasus ini bahwa Teknik TEA pada operasi MRM ideal digunakan selain anestesi umum yang rutin dilakukan. TEA sangat baik dalam pengelolaan nyeri akut paska bedah
Evaluation of Sectio Cesaria Response Time to Maternal and Neonatal Outcomes in Severe Preeclampsia - Eclampsia Patients Syahbana, Khalda Fakhirah; Dwimartyono, Fendy; Sirajuddin, Nur Fatimah; Haeriyanty, Haeriyanty; Harahap, Wirawan
Journal La Medihealtico Vol. 5 No. 5 (2024): Journal La Medihealtico
Publisher : Newinera Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37899/journallamedihealtico.v5i5.1689

Abstract

This research is finding out an overview of the response time evaluation of Sectio Cesaria in patients with severe Pre-eclampsia - Eclampsia at Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Hospital Makassar Branch. Severe preeclampsia and eclampsia are complications in pregnancy and childbirth that increase maternal and infant morbidity and mortality rates. To prevent the problem of eclampsia, early management of preeclampsia must be carried out properly. Cesarean sections are classified into two categories, namely SC categories 1 and 2. Category 1 Caesarean sections are SCs that must be carried out as soon as possible and most decisions must be taken within 30 minutes, namely in cases that immediately threaten the lives of the mother and baby, such as fetal distress, non-reassuring fetal status, antepartum hemorrhage, and the threat of uterine rupture. While SC category 2 is one that endangers the mother and fetus but not immediately, such as two previous CS, dystocia, hypertension in pregnancy, premature rupture of membranes, breech position, failed induction, bad obstetric history, macrosomia, cephalopelvic disproportion, facial presentation, and most decisions must be taken within 75 minutes. This research method is observational research using a cross sectional approach. The results of this research is maternal outcome most affected by SC response time <75 minutes is postoperative ICU care, and the most influential neonatal outcome is the APGAR Score. Based on the research results, it can be concluded that response time has a significant influence on maternal and neonatal outcomes in patients with severe preeclampsia - eclampsia.
Thoracal Thoracic Spinal Anesthesia In Mammae Tumors Excision Surgery Yulis, Rina Yuliana; Tanra, Andi Husni; Harahap, Wirawan
Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol 10 No 1 (2025): JOURNAL OF HEALTH SCIENCE (JURNAL ILMU KESEHATAN)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/jik.v10i1.4046

Abstract

Thoracic spinal anesthesia (TSA) is a regional anesthetic technique where the local anesthetic is injected into the thoracic subarachnoid space. It provides rapid onset of sensory and motor block, with segmental anesthesia suitable for surgeries in the thoracic and upper abdominal regions. Compared to general anesthesia (GA), TSA offers various advantages, including hemodynamic stability, decreased stress response, and superior postoperative pain control. We present a case of a 46-year-old female undergoing excision of a left breast tumor under thoracic spinal anesthesia at the T6–T7 level. The procedure was completed successfully without complications, and the patient reported satisfactory intraoperative and postoperative experiences. TSA can be a safe and effective alternative to GA in selected breast surgery cases, with potential benefits including reduced opioid use, stable intraoperative hemodynamics, and faster recovery.
Profil Pasien Kanker Serviks di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2021 sampai dengan Tahun 2023 Isro’ Iriansyah, Mochammad; Wahyuni Gayatri, Sri; Harahap, Wirawan; Andi Mappaware, Nasrudin; Isni D. Iskandar, Gina
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 4 No. 4 (2025): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Agustus 20
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v4i4.23201

Abstract

Kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak yang menyerang wanita di Indonesia setelah kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien kanker serviks di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar tahun 2021–2023 berdasarkan usia, gejala klinis, stadium kanker, jenis terapi, usia menarche, usia pertama kali berhubungan seksual, dan riwayat vaksinasi HPV. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan pendekatan retrospektif. Data diperoleh dari rekam medis dan dikumpulkan melalui teknik purposive sampling sebanyak 80 pasien. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berusia 50–60 tahun (75%), dengan gejala utama berupa nyeri (100%), keputihan (80%), dan perdarahan (70%). Stadium IIB merupakan stadium yang paling umum ditemukan (57,5%), dan mayoritas pasien menjalani terapi simptomatik (100%) serta kemoterapi/radioterapi (81,25%), sementara tindakan pembedahan hanya dilakukan pada 8,75% pasien. Usia pertama kali berhubungan seksual terbanyak adalah 21–25 tahun (52,5%), dan mayoritas mengalami menarche pada usia 13–15 tahun (78,75%). Sebanyak 63,75% pasien belum pernah menerima vaksin HPV. Temuan ini menekankan pentingnya peningkatan program skrining dini dan cakupan vaksinasi HPV sebagai langkah preventif dalam menurunkan kejadian kanker serviks di Indonesia.
Perbandingan Antara Lokal Anestesi Hiperbarik Bupivacaine Dengan Kombinasi Hiperbarik-Isobarik Bupivacaine Pada Anestesi Subarachnoid Blok Untuk Operasi Histerektomi Bangsawan, Israfil Raya; Dwimartyono, Fendy; Aisyah, Windy Nurul; Sommeng, Faisal; Harahap, Wirawan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 8 (2025): Volume 12 Nomor 8
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i8.19664

Abstract

Anestesi subarachnoid blok (SAB) merupakan teknik anestesi yang sering digunakan dalam operasi histerektomi. Bupivacaine, sebagai agen anestesi lokal, tersedia dalam bentuk hiperbarik dan isobarik. Kombinasi kedua jenis ini dapat mempengaruhi efektivitas anestesi serta parameter hemodinamik pasien. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek penggunaan bupivacaine hiperbarik dengan kombinasi bupivacaine hiperbarik-isobarik pada anestesi SAB untuk histerektomi. Penelitian ini merupakan randomized single-blind control trial yang dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Ibnu Sina, melibatkan 12 pasien yang menjalani histerektomi. Pasien dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok menerima bupivacaine hiperbarik (20 mg), dan kelompok lainnya menerima kombinasi bupivacaine hiperbarik (10 mg) dan isobarik (10 mg). Parameter yang diukur meliputi onset blokade motorik, onset blokade sensorik, mean arterial pressure (MAP), dan durasi blokade motorik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa onset blokade motorik lebih cepat pada kelompok bupivacaine hiperbarik dibandingkan kombinasi hiperbarik-isobarik (p = 0,030). Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam onset blokade sensorik (p = 0,168) maupun MAP pada menit ke-5 (p = 0,580). Namun, durasi blokade motorik secara signifikan lebih panjang pada kelompok kombinasi hiperbarik-isobarik (p = 0,000).