Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Testing The Antimicrobial Effectiveness of Manila Sauce Leaves (Manilkara Zapota L) against Bacteria Escherichia Coli: In Vitro Study Azizah, Namirah Nurjiranah; Kartika, Irna Diyana; Hasbi, Berry Erida; Muchtar, Amrizal; Arsal, Andi St. Fahirah
Journal La Lifesci Vol. 5 No. 2 (2024): Journal La Lifesci
Publisher : Newinera Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37899/journallalifesci.v5i2.1173

Abstract

Diarrhea remains a significant public health concern globally, particularly affecting children under five years old. Traditional herbal remedies, including Manila Sapodilla (Manilkara zapota L) leaves, have been utilized in Indonesia for treating diarrhea due to their perceived efficacy and safety. This in vitro study aimed to assess the antimicrobial effectiveness of Manila Sapodilla leaf extract against Escherichia coli bacteria, a common cause of diarrhea. True experimental design was employed, utilizing various concentrations (25%, 50%, 75%, and 100%) of Manila Sapodilla leaf extract. The extract was obtained through maceration using ethanol followed by dilution with distilled water. Antimicrobial activity was evaluated using the Kirby-Bauer diffusion method, measuring inhibition zones formed around Escherichia coli colonies. Results demonstrated that Manila Sapodilla leaf extract exhibited inhibitory effects against Escherichia coli at all tested concentrations, albeit with varying degrees of effectiveness. The inhibition zones ranged from 5.37 mm to 8.53 mm, indicating resistance. Positive control using Ciprofloxacin displayed a significantly larger inhibition zone (21.75 mm), indicating sensitivity. These findings suggest the potential of Manila Sapodilla leaf extract as an alternative treatment for Escherichia coli infections. However, further research, including phytochemical analysis and exploration of different extraction methods and concentrations, is warranted to elucidate its therapeutic potential fully. This study contributes to the ongoing search for alternative herbal-based antibiotics to combat bacterial infections effectively.
Literature Review : Akurasi Penegakan Diagnosis Apendisitis Akut Pada Anak Menggunakan Sistem Skoring Pas S, Yulia Fitrah.; J, Reeny Purnamasari; Jafar, Muh. Alfian; Gani, Azis Beru; Hasbi, Berry Erida
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 6 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i6.8336

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas pediatric apendisistis skore (PAS) di berbagai jurnal dan untuk mengetahui nilai prediksi positif dan nilai prediksi negative pediatri appendisitis skore (PAS) dalam menegakkan diagnosis Apendisitis Akut pada anak di berbagai jurnal. Penelitian ini merupakan Literature Review. Jenis penelitian ini dipilih karena peneliti ingin mencari tahu akurasi penegakan diagnosis appendisitis akut pada anak menggunakan sistem skoring PAS, dengan cara mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan tema penelitian. Pediatrik apendisitis skore (PAS) untuk mendiagnosis apendisitis akut anak dengan cut of point ≥ 6 dalam penilaian ini terdapat dari beberapa jurnal dengan nilai rata-rata sensitivitas 80 % – 96 % dan didaptkan juga rata-rata spesifisitas dari beberapa jurnal 70% - 80% . Sistem PAS menjadi alat diagnosis yang baik tetapi masih memerlukan pemeriksaan khusus seperti USG dan CT scan abdomen. Pediatrik apendisitis skore (PAS) diginakan untuk mendiagnosis apendisitis akut anak. Dalam beberapa jurnal didapatkan nilai rata-rata dimana penilaian ini memiliki nilai prediksi positif senilai 93,4% dan nilai prediksi negatif senilai 42,4%. Dengan demikian dari nilai tersebut terdapat angka rata-rata negative apendektomi dapat dikurangi.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI ANTARA EKSTRAK DAUN MANILKARA ZAPOTA L DAN EKSTRAK DAUN PSIDIUM GUAJAVA L TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI Sabir, Nurani Islami; Idrus, Hasta Handayani; Sodiqah, Yani; Hasbi, Berry Erida; Mangarengi, Yusriani; Zulfahmidah, Zulfahmidah
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.25564

Abstract

Escherichia coli dapat menyebabkan banyak penyakit seperti diare, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis dari usia neonatal hingga manula dll. Tingginya angka resistensi E.coli yang diperantarai oleh plasmid menjadi ancaman kesehatan global. Daun Manilkara zapota L dan Psidium guajava L memiliki kandungan senyawa yang dapat menghambat dan membunuh bakteri E. coli. Dari kedua ekstrak ini belum diketahui tingkat efektivitasnya sebagai antibakteri terhadap E.coli. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas antibakteri antara ekstrak daun Manilkara zapota L dan ekstrak daun Psidium guajava L terhadap bakteri Escherichia coli. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true eksperimental posttest dengan metode disc-diffusion (metode Kirby Bauer Test) yang menggunakan ekstrak daun Manilkara zapota L dan daun Psidium guajava L dengan konsentrasi masing-masing ekstrak 100%, 200% dan 400% serta kontrol positif antibiotik levofloxacin untuk melihat perbandingan efektivitas dari ekstrak daun Manilkara zapota L dan daun Psidium guajava L dalam menekan pertumbuhan bakteri Escherichia coli.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Manilkara zapota L dan daun Psidium guajava L pada konsentrasi 100%, 200% dan 400% tidak membentuk zona hambat (zona hambat 0 mm) yang diklasifikasikan sebagai resisten. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Manilkara zapota L dan ekstrak daun Psidium guajava L pada konsentrasi 100%, 200% dan 400% belum mampu menghambat pertumbuhan E. coli secara In-Vitro.
GAMBARAN HASIL LEUKOSIT DAN NEUTROFIL PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR 2021-2023 Rusfandi, Alfath Aldhana; Kartika, Irna Diyana; Hasbi, Berry Erida; Purnamasari, Reeny; HB, Irmayanti
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.35175

Abstract

Apendisitis akut adalah keadaan darurat perut yang paling umum ditemui. Diagnosis apendisitis akut ditegakkan berdasarkan penilaian klinis dan pemeriksaan penunjang, khususnya hitung leukosit dan neutrofil. Penelitian ini untuk mengetahui profil leukosit dan neutrofil pada pasien apendisitis akut di RS Ibnu Sina Makassar. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Pasien dengan radang usus buntu akut yang terdaftar di RS Ibnu Sina Makassar dari tahun 2021 hingga 2023 diikutsertakan. Pasien apendisitis akut berjumlah 98 orang, mayoritas berusia 17-25 tahun (38,8%), berjenis kelamin laki-laki (55,1%), dan memiliki pekerjaan sedang (69,4%). Hasil laboratorium menunjukkan leukositosis pada 79,6% kasus, dengan pergeseran ke kiri pada 53,1%. Perawatan yang paling umum adalah operasi terbuka (91,8%). Ciri-ciri penderita apendisitis akut didominasi pada kelompok umur 17-25 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dengan leukositosis, jumlah neutrofil bergeser ke kiri, dan ditangani dengan pembedahan terbuka.
HUBUNGAN DIAMETER APPENDIX VERMIFORMIS BERDASARKAN HASIL USG DENGAN GRADING APENDISITIS PADA PASIEN APENDEKTOMI DI RSUD MASSENREMPULU TAHUN 2023 Lera, Lera; Gani, Azis Beru; Zulfahmidah, Zulfahmidah; Syahruddin, Febie Irsandy; Hasbi, Berry Erida
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.35949

Abstract

Apendisitis adalah penyebab tersering inflamasi akut di kuadran kanan bawah. Penegakan diagnosis apendisitis secara umum dengan anamnesis, pemfis, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium maupun radiologi. Ultrasonografi menjadi pilihan utama karena penggunaannya yang mudah, murah, dan tidak invasif, meskipun CT-Scan lebih unggul dalam hal menentukan diagnosis apendisitis, namun tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki alat tersebut. Tingkat keparahan dari apendisitis diukur berdasarkan hasil temuan operasi yang bisa dilanjutkan dalam pemeriksaan histopatologi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis hubungan diameter appendix vermiformis dari hasil pemeriksaan USG dengan tingkat keparahan apendisitis. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 39 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik totak sampling. Uji korelasi rank spearman yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara diameter apendiks berdasarkan USG dengan tingkat keparahan apendisitis dengan nilai p yaitu 0,000 < 0,05. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ukuran diameter apendiks dengan tingkat kepararahan apendisitis pada pasien apendektomi di RSUD Massenrempulu
Testicular Torsion due to Epididymo-orchitis in an Adolescent: A Case Report Fakhri, Muhammad; Hasbi, Berry Erida
Brawijaya Journal of Urology Vol. 5 No. 02 (2025): Brawijaya Journal of Urology
Publisher : Department of Urology, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/bjurology.2025.005.02.1

Abstract

Introduction. Acute scrotum in children requires rapid and accurate evaluation due to the time dependency of certain potentially dangerous conditions, such as testicular torsion. Prompt diagnosis and intervention are crucial, as delayed treatment can result in significant morbidity. In our case, the patient presented with severe pain in the left testis that occurred suddenly, with a history of pain and swelling in the left testis accompanied by fever 2 weeks prior. After examinations, it was decided to perform scrotal exploration, revealing a necrotic left testis, leading to an orchiectomy. Case. A 16-year-old boy presented with sudden left testicular pain that radiates to the left abdomen. He reported experiencing pain accompanied by fever two weeks prior, which had resolved after treatment at a community health center. Physical examination revealed that the left testis was hard and tender with severe pain on the left side of the scrotum, which was positioned higher than the right side, along with the absence of the cremasteric reflex. Laboratory results showed elevated leukocyte counts, and ultrasound imaging revealed hypoechoic areas. The patient was diagnosed with testicular torsion, and scrotal exploration was performed, revealing a necrotic testis with 360-degree rotation of the spermatic cord. Left orchiectomy and right orchidopexy were subsequently performed. Conclusion. The diagnosis of testicular torsion must be established promptly based on detailed history, physical examination, and supporting modalities such as ultrasonography. Early diagnosis is essential for initiating appropriate management, which can prevent testicular loss and other serious complications.
Case report: Fimosis Amalia, Andi Zihni; Hasbi, Berry Erida; Rasyid, Mahyuddin
Indonesia Berdaya Vol 5, No 4 (2024)
Publisher : UKInstitute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.2024970

Abstract

Phimosis is a condition where the prepuce cannot be retracted towards the glans penis, while paraphimosis is a condition where the prepuce that is retracted towards the glans penis cannot be returned to its original state. Surgical therapy for phimosis can be done with circumcision. In cases with complications, such as recurrent urinary tract infections or balloning of the prepuce during micturition, circumcision must be performed immediately regardless of the patient's age. Case Illustrations: A 6 month old child His father took him to the hospital emergency room with complaints of urinating sparingly accompanied by complaints of always crying when urinating, complaints also accompanied by long duration of urination, sometimes dripping, the skin of the penis cannot be pulled back and the tip of the penis usually bulges with each urination. The patient was diagnosed with phimosis and managed by circumcision in the operating room. The patient's condition before the operation still had complaints such as when he was admitted and after the operation the patient's condition began to improve and the complaints were no longer there. Conclusion: Phimosis can be confirmed based on a guided history and correct and appropriate physical examination. The action that can be taken in cases of phimosis is circumcision surgery emergency. Abstrak. Fimosis adalah suatu kondisi di mana preputium tidak dapat diretraksi ke arah glans penis, sedangkan parafimosis adalah kondisi di mana preputium yang diretraksikan ke arah glans penis tidak dapat dikembalikan seperti semula. Terapi pembedahan pada fimosis dapat dilakukan dengan sirkumsisi. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloning kulit preputium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Ilustrasi Kasus : Seorang anak berusia 6 bulan diantar oleh ayahnya ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan buang air kecil sedikit-sedikit disertai keluhan selalu menangis saat buang air kecil, keluhan juga disertai dengan durasi buang air kecil yang lama, kadang menetes, kulit penis tidak dapat ditarik ke belakang dan ujung penis biasanya menggembung setiap buang air kecil. Pasien didiagnosis dengan fimosis dan ditatalaksana dengan melakukan tindakan sirkumsisi di kamar operasi. Kondisi pasien saat sebelum operasi masih ada keluhan seperti saat masuk dan setelah operasi keadaan pasien mulai membaik dan keluhan sudah tidak ada. Kesimpulan: Fimosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terpimpin dan pemeriksaan fisik yang benar dan tepat. Tindakan untuk kasus fimosis yang dapat dilakukan adalah tindakan bedah sirkumsisi emergensi.
Ultrasonografi Pada Pasien Baker Cyst: Laporan Kasus Triwahyuni, Andi Rini; Latief, Shofiyah; Hasbi, Berry Erida
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 2 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i2.18387

Abstract

Baker cyst atau kista popliteal adalah tumor di belakang lutut akibat penumpukan cairan sinovial, sering terkait penyakit sendi. Meski sering asimptomatik, kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, pembatasan gerakan, dan komplikasi jika tidak ditangani. Seorang anak laki-laki 7 tahun dengan benjolan di belakang lutut kanan selama tujuh bulan didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan ultrasonografi, yang menunjukkan kista anekoik terenkapsulasi. Setelah pendekatan konservatif gagal, pasien menjalani eksisi kista dengan hasil baik. Ultrasonografi adalah metode pencitraan yang akurat dan non-invasif untuk diagnosis Baker cyst, membantu deteksi dan evaluasi ukurannya. Pendekatan konservatif seperti NSAID, aspirasi, dan injeksi kortikosteroid sering digunakan, tetapi pembedahan diperlukan jika gejala menetap atau ada tekanan pada struktur penting. Studi ini menekankan pentingnya ultrasonografi dan pendekatan multidisiplin dalam manajemen Baker cyst, terutama pada anak-anak, untuk mencegah komplikasi dan kekambuhan.
Karakterisitk Penggunaan Analgesik Pada Pasien Pasca Bedah Kanker Payudara Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2023-2024 Idaroyani, Idaroyani; Tanra, Andi Husni; Harahap, Muh. Wirawan; Dwimartyono, Fendy; Hasbi, Berry Erida
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 3 (2025): Volume 12 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i3.18928

Abstract

Nyeri pasca bedah kanker payudara merupakan masalah umum yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, diperlukan manajemen nyeri yang optimal melalui penggunaan analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik penggunaan analgesik pada pasien pasca bedah kanker payudara di RS Ibnu Sina Makassar. Penelitian ini adalah deskriptif observasional menggunakan data sekunder dari rekam medis periode Oktober 2023–Oktober 2024, dengan 134 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pasien adalah perempuan, dengan kelompok usia terbanyak 46–55 tahun (39,6%). Jenis anestesi yang paling banyak digunakan selama operasi adalah anestesi umum (77,6%).  jenis Analgesik ketorolac menjadi yang paling banyak digunakan yaitu (31,5%), dengan dosis 30 mg setiap 8 jam selama 2 hari. penggunaan analgesic lebih sering diberikan secara intravena (58,6%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien pasca bedah kanker payudara didominasi kelompok usia 46–55 tahun, perempuan, dan menerima terapi analgesik berupa ketorolac 30 mg setiap 8 jam selama 2 hari secara intravena. 
Faktor yang Berhubungan dengan Lokasi Osteoarthritis Genue pada Pasien Usia Lanjut di RS Ibnu Sina Tahun 2021-2024 Adnan, Syahrul; Wahid, Syarifuddin; Hasbi, Berry Erida; Putra, Fadil Mula; Nur, Muh Jabal
Wal'afiat Hospital Journal Vol 6 No 1 (2025): Wal'afiat Hospital Journal
Publisher : Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/whj.v6i1.150

Abstract

Factors Associated with the Location of Osteoarthritis Genue in Elderly Patients at Ibnu Sina Hospital in 2021-2024. Osteoarthritis is a common form of arthritis in geriatric populations that can cause damage to the bones and their surroundings. There are several things that are risk factors for Osteoarthritis. This study aims to make observations related to factors that can affect the occurrence of Osteoarthritis in the elderly, the data used is the patient's medical records recorded in the hospital. This study uses the cross-sectional study method. Univariate or characteristic analysis uses frequency distribution analysis and bivariate analysis or analysis of relationships between variables using the chi-square test. The results of the study showed that there was an effect of disease history on the risk of osteoarthritis in the elderly. Hypertension is one of the risk factors that can increase the incidence of osteoarthritis, especially in men, this is related to the activity of endogenous receptors (AR) in the Renin-angiotensin-aldosterone system.