Claim Missing Document
Check
Articles

PURA MANIK CORONG DI DESA PEJENG, TAMPAKSIRING, GIANYAR DILIHAT DARI PERSPEKTIF SEJARAH, STRUKTUR, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH. ., I Gede Raka Hariwarmajaya; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2617

Abstract

Penelitian ini bertujuan umtuk mengetahui : 1) Sejarah Pura Manik Corong di Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar, Bali; 2) Struktur Pura Manik Corong; dan 3) Potensi yang terdapat di Pura Manik Corong yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu : 1) Metode Penentuan Informan, 2) Metode Pengumpulan Data, 3) Validitas Data, 4) Metode Analisis Data, dan 5) Metode Penulisan. Hasil penelitian ini menunjukan Pura Manik Corong didirikan sekitar abad VIII – X Masehi sesuai dengan keberadaan arca Budha yang ada di Pura tersebut. Selain itu pendirian Pura Manik Corong tak bisa dipisahkan dari keberadaan Pura Pusering Jagat. Sebagai pusatnya jagat, dalam filosofi masyarakat Bali dikatakan bahwa Pura Manik Corong merupakan pusat dalam meneropong keberadaan Bali secara keseluruhan. Struktur Pura Manik Corong terdiri dari dua mandala yakni madya mandala dan utama mandala sebagai simbol Angkasa dan Pretiwi. Pada bagian mandya mandala terdapat beberapa bangunan yakni Candi Bentar, Bale Kulkul, Bale Pesantian, Wantilan, Apit Lawang Kiwa, Apit Lawang Tengen, Kori Agung. Sedangkan pada bagian utama mandala terdapat beberapa beberapa bangunan tempat suci sebagai linggih Ida Bhatara yaitu Pangungan, Lubang Tempat Nerang, Pelingih Bebaturan, Pelinggih Hyang Manik Galang, Penyawangan Hyang Pasupati, Piasan, Bale Penegtengan Ida Bhatara Sri, Bale Pesselang. Adapun potensi yang terdapat di Pura Manik Corong yang dapat di jadikan sumber sejarah ialah dapat di lihat dari di stanakannya arca Budha dan linga yoni. Dengan adanya konsep lingga yoni menggambarkan keseimbangan hidup, yaitu keyakinan adanya keharmonisan.Kata Kunci : Pura, Sejarah, Potensi The purpose if this research is ti find out about : 1) The History of Manik Corong temple in Pejeng village, Tampaksiring, Gianyar, Bali; 2) The structure of Manik Corong Temple; 3) The potencial of Manik Corong temple which can be used as a resource in learning about history. This research uses descriptive qualitative methods, such as : 1) Diving Information Method; 2) Data Gathering; 3) Data Analysis; 4) Written Method. Yhis reseasch shows that Manik Corong temple was built in approximately VIII-X century based on the existence of Buddhist arch in that temple. Besides that its contruction cannot also be devided from the existence of Pusering Jagat temple. As the center of universe, in Balinese said that Manik Corong temple is the center in looking of the whole Bali existence. The structure of Manik Corong temple consist of two mandala, there are Madya Mandala and Utama Mandala as the symbol of Akasa and Pertiwi. There are some buildings in Madya Mandala part such as Candi Bentar, Bale Kul-kul, Bale Pesantian, Wantilan, Apit Lawang Kiwe Tengen, Kori Agung. Whereas in Utama Mandala there are some holy buildings as the place of Ida Bhatara such as Panggungan, Pelinggih Bebaturan, Pelinggih Hyang Manik Galang, Penyawangan Hyang Pasupati, Piyasan, Bale Penegtegan Ida Bhatara Sri, Bale Peselang. The potential in Manik Corong temple which can be used as the history resource can be seen from the Buddhist arch and lingga yoni. With the existence of lingga yoni is interpreting about the balance of life it is about the belief of harmonitation.keyword : Pura, Sejarah, Potensi
PURI AGUNG KARANGASEM : PERSPEKTIF SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI SERTA POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL ., I Gusti Ayu Yuika Megawangi; ., Dra. Tuty Maryati,M.Pd; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2131

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) sejarah berdirinya Puri Agung Karangasem, (2) struktur dan fungsi serta potensinya sebagai sumber belajar sejarah lokal, dan (3) aspek-aspek yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah lokal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan tahapan penelitiannya yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, (4) penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puri Agung Karangasem dibangun oleh I Gusti Gde Jelantik (Stedehouder I). I Gusti Gde Jelantik kemudian digantikan oleh kemenakannya I Gusti Bagus Jelantik (Stedehouder II). I Gusti Bagus Jelantik bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Pembangunan Puri Agung Karangasem tidak menggunakan konsep Sanga Mandala tetapi menggunakan konsep Tri Mandala. Ciri khas dari Tri Mandala antara lain, nista (jaba sisi), madya (jaba tengah) dan utama (pusat). Bangunan-Bangunan di puri ini mempunyai corak hiasan dari kebudayaan Cina dan Belanda. Kemudian sesuai dengan SK KD dan indikator dari silabus SMA N 1 Amlapura maka aspek-aspek dari puri yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal, yaitu (1) aspek bangunan Puri Agung Karangasem sebagai peninggalan sejarah, (2) aspek sejarah berdirinya Puri Agung Karangasem dan (3) aspek puri sebagai pusat agama Hindu. Kata Kunci : Puri Agung Karangasem, sejarah, struktur, fungsi, sumber belajar sejarah lokal This study was aimed at finding out (1) the history of the erection of Puri Agung Karangasem, (2) its structure and function as well as potential as learning resource for local history, and (3) the aspects that can be used as learning resource for local history. This study was a qualitative research with the steps: (1) data collection, (2) data reduction, (3) data display, (4) drawing conclusions and data verification. The results showed that Puri Agung Karangasem was built by I Gusti Gde Jelantik ( Stedehouder I). I Gusti Gde Jelantik was then succeeded by his nephew (Stedehoulder II). I Gusti Bagus Jelantik had the nobility title Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. The construction of Puri Agung Karangasem did not use the concept of Sanga Mandala but the concept of Tri Mandala. The characteristics of Tri Mandala , among others, are nista (jaba sisi), madya (jaba tengah) and utama (center). The buildings in this puri (castle) have special characteristic ornaments from Chinese and Dutch cultures. Then in line with the standard competencies, basic competencies and indicators in the syllabus of SMA N 1 Amplapura, the aspects of the puri that can be used as learning resource for learning local history are (1) the aspect of the building of Puri Agung Karangasem as historical legacy, (2) the aspect of the history of the erection of Puri Agung Karangasem and (3) the aspect of puri as Hindu religious center.keyword : Puri Agung Karangasem, history, structure, function, learning local history
IDENTIFIKASI MONUMEN PERJUANGAN KUSUMA MANDALA BHAKTI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI SMP DILIHAT DARI KURIKULUM 2013 DAN PERSEPSI SISWA ., I Gede Winaba Kusuma w; ., Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v2i3.3829

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang peristiwa sejarah dibangunnya Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti (Monumen PKMB) Desa Bestala, (2) nilai-nilai yang terkandung di balik Monumen PKMB Desa Bestala dan, (3) nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen PKMB bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran IPS di SMP dilihat dari sudut pandang Kurikulum 2013 dan persepsi siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Seririt. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) metode pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik validasi data (triangulasi data), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) peristiwa sejarah yang melatarbelakangi pembangunan Monumen PKMB yaitu pristiwa gugurnya Made Anila pada 4 April 1946, Ketut Mudana pada 25 Juni 1946, Putu Sedana 5 Mei 1947 dan Made Cana pada tahun 1948 saat revolusi fisik dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (2) nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen PKMB adalah nilai religius, nasionalisme, patriotisme dan kejujuran. (3) Nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen PKMB dan peristiwa sejarah yang melatarbelakanginya dapat dijadikan sumber pembelajaran IPS di SMP dilihat dari Kurikulum 2013 dan persepsi siswa Kelas VIII A. Materi akan dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengacu pada silabus kelas IX kurikulum 2013. Kata Kunci : Kata kunci: Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti, Sumber Belajar IPS, Kurikulum 2013. Persepsi Siswa. ABSTRACT The purposes of this research are knowing (1) the history background of Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti (Monumen PKMB) Desa Bestala construction, (2) the values contained inside Monumen PKMB Desa Bestala, (3) the values contained in Monumen PKMB can be implemented in IPS learning in Junior High School seen from the point of view of Curriculum 2013 and students VIII A SMP Negeri 3 seririt perception. In this research, the data is gathered using quantitative method with these steps (1) technique of determining research location, (2) technique of determining informant, (3) method of gathering data (observation, interview, document investigation), (4) validation of data (data triangulation), and (5) technique of analyzing data. The result of the research shows that, (1) the history background of Monumen PKMB is the dead of Made Anila in April 4, 1946, Ketut Mudana in June 25, 1946, Putu Sedana in May 5, 1947 and Made Cana in 1948 in physic revolution in order to maintain Indonesian freedom, (2) the values contained in Monumen PKMB are religious, nasionalism, patriotism, and honestly values, (3) the values contained in Monumen PKMB and its background history can be source of IPS learning in Junior High School seen from Curriculum 2013 and students VIII A perception. The material is distributed in Lesson Plan, reffering to syllabus grade IX curriculum 2013. keyword : Key words: Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti, IPS learning sources, Curriculum 2013, Students perception.
Tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Tegallalang, Gianyar, Bali (Latar Belakang Pemertahanan dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Pendidikan Karakter dalam Pelajaran Sejarah) ., I Wayan Suwartika; ., Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i2.4170

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang pemertahanan Tradisi Ngerebeg (2) Belum digunakannya Tradisi Ngerebeg sebagai sumber belajar sejarah (3) nilai-Nilai karakter dalam Tradisi Ngerebeg yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap ; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) metode pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen), (4) teknik validitas data (triangulasi data), dan (5) teknik pengolahan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) Pemertahanan Tradisi Ngerebeg di latar belakangi karena adanya suatu kepercayaan dan keyakinan yang telah mengakar di masyarakit, di samping adanya alasan pelestarian budaya, psikologis, pendidikan dan ekonomi (2) Tradisi Ngerebeg belum digunakan sebagai sumber belajar sejarah karena ada beberapa faktor yang mendasari pemilihan sumber belajar yang sulit di terapkan, diantaranya: kurang ekonomis, susah diperoleh, kurang praktis, dan kurang menguasai materi. (3) nilai-nilai karakter dalam Tradisi Ngerebeg yang bisa dugunakan sebagai sumber belajar sejarah diantaranya: religius, bertanggung jawab, Disiplin, kerja keras, kreatif, nasionalis, serta peduli sosial dan lingkungan.Kata Kunci : Tradisi Ngerebeg, sumber belajar sejarah, nilai karakter. This study aims to (1) determine the background retention of Ngerebeg tradition (2) to know why Ngerebeg tradition not used as a source of learning the history (3) determine the values of characters in the Ngerebeg tradition which could serve as a source of learning history. In this study, the data collected using qualitative methods with the stages; (1) a technique of determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3) data collection methods (observation, interviews, document studies), (4) technical validity of the data (data triangulation), and (5) data processing techniques. The results showed that, (1) Retention Ngerebeg tradition in the background due to the presence of a background of trust and confidence that has been rooted for people, in addition to the reason for the preservation of the cultural, psychological, and economic education (2) Ngerebeg tradition not been used as a source of learning history because there are several factors underlying the selection of learning resources that are difficult to apply, including: less economical, hard-earned, less cumbersome, and less over matter. (3) The values of characters in the Ngerebeg tradition can be used as a source of learning history including: religious, responsible, discipline, hard work, creative, nationalists, as well as social and environmental care. keyword : Ngerebeg tradition, the history of learning resources, the value of the character
MASJID AL IMRON: LATAR BELAKANG PENDIRIAN DAN NILAI PENDIDIKAN SEJARAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI DESA TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI Ni Ketut Eka Kresna Dewipayanti .; Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian Masjid Al Imron; (2) fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas muslim setempat; dan (3) nilai pendidikan sejarah yang dapat diambil dari Masjid Al Imron di Desa Toyapakeh sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) Metode penentuan lokasi penelitian; (2) Metode penentuan informan; (3) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumentasi); (4) Metode analisis data; dan (5) Metode pelaporan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian Masjid Al Imron yakni (a) faktor religi; (b) faktor sosial; dan (c) faktor budaya. 2) Fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas muslim setempat, di antaranya (a) Fungsi religi; (b) fungsi sosial; (c) fungsi budaya; dan fungsi pendidikan. 3) Nilai pendidikan sejarah yang dapat diambil dari Masjid Al Imron sebagai sumber belajar sejarah yaitu, (a) Nilai religius; (b) nilai keagungan budaya; (c) nilai toleransi; dan (d) nilai kepahlawanan. Kata Kunci : Masjid, nilai sejarah, sumber belajar. This study attempted to investigate: (1) The factors underlying the establishment of Masjid Al Imron , (2) the function of Masjid Al Imron for the local Muslim community, and (3) educational value of history that can be taken from the mosque in the village of Al Imron Toyapakeh as a source of learning history. This study used qualitative approach, there are: (1) method of determining research location, (2) method of determining sources, (3) data collection methods (observation , interviews , and documentation), (4) methods of data analysis, and (5) methods of reporting research results. The results showed that: 1) The factors underlying the establishment of Masjid Al Imron namely (a) the religious factor, (b) social factors and (c) cultural factors. 2) Function Masjid Al Imron for the local Muslim community, including (a) the function of religion, (b) social function, (c) the function of culture, and educational functions. 3) The value of education that can be drawn from the history of Masjid Al Imron as a source of learning history that is, (a) religious value, (b) the value of cultural greatness ; (c) the value of tolerance, and (d) the value of heroism. keyword : Mosque, history value, sources.
PURI AGUNG KARANGASEM : PERSPEKTIF SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI SERTA POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL I Gusti Ayu Yuika Megawangi .; Dra. Tuty Maryati,M.Pd .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2131

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) sejarah berdirinya Puri Agung Karangasem, (2) struktur dan fungsi serta potensinya sebagai sumber belajar sejarah lokal, dan (3) aspek-aspek yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah lokal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan tahapan penelitiannya yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, (4) penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puri Agung Karangasem dibangun oleh I Gusti Gde Jelantik (Stedehouder I). I Gusti Gde Jelantik kemudian digantikan oleh kemenakannya I Gusti Bagus Jelantik (Stedehouder II). I Gusti Bagus Jelantik bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Pembangunan Puri Agung Karangasem tidak menggunakan konsep Sanga Mandala tetapi menggunakan konsep Tri Mandala. Ciri khas dari Tri Mandala antara lain, nista (jaba sisi), madya (jaba tengah) dan utama (pusat). Bangunan-Bangunan di puri ini mempunyai corak hiasan dari kebudayaan Cina dan Belanda. Kemudian sesuai dengan SK KD dan indikator dari silabus SMA N 1 Amlapura maka aspek-aspek dari puri yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal, yaitu (1) aspek bangunan Puri Agung Karangasem sebagai peninggalan sejarah, (2) aspek sejarah berdirinya Puri Agung Karangasem dan (3) aspek puri sebagai pusat agama Hindu. Kata Kunci : Puri Agung Karangasem, sejarah, struktur, fungsi, sumber belajar sejarah lokal This study was aimed at finding out (1) the history of the erection of Puri Agung Karangasem, (2) its structure and function as well as potential as learning resource for local history, and (3) the aspects that can be used as learning resource for local history. This study was a qualitative research with the steps: (1) data collection, (2) data reduction, (3) data display, (4) drawing conclusions and data verification. The results showed that Puri Agung Karangasem was built by I Gusti Gde Jelantik ( Stedehouder I). I Gusti Gde Jelantik was then succeeded by his nephew (Stedehoulder II). I Gusti Bagus Jelantik had the nobility title Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. The construction of Puri Agung Karangasem did not use the concept of Sanga Mandala but the concept of Tri Mandala. The characteristics of Tri Mandala , among others, are nista (jaba sisi), madya (jaba tengah) and utama (center). The buildings in this puri (castle) have special characteristic ornaments from Chinese and Dutch cultures. Then in line with the standard competencies, basic competencies and indicators in the syllabus of SMA N 1 Amplapura, the aspects of the puri that can be used as learning resource for learning local history are (1) the aspect of the building of Puri Agung Karangasem as historical legacy, (2) the aspect of the history of the erection of Puri Agung Karangasem and (3) the aspect of puri as Hindu religious center.keyword : Puri Agung Karangasem, history, structure, function, learning local history
PERKEMBANGAN SMA NEGERI 3 SINGARAJA PERIODE 1976-2012 Gede Mas Mahendradita .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .; Drs. I Ketut Margi, M.Si .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v5i3.2580

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan SMA Negeri 3 Singaraja selaku institusi pendidikan formal pada periode 1976-2012. Dalam mewujudkan tujuan tersebut maka digunakan metode kerja sejarah yaitu metode pengumpulan data (Heuristik), kritik sumber, Interpretasi (analisis data), dan Historiografi (Penulisan Sejarah). Adapun hasil dari penelitian ini yaitu perkembangan SMAN 3 Singaraja dapat dikatakan cukup panjang, yaitu di awali dengan berdirinya Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP), yang kemudian berganti status menjadi SMA di tahun 1985. Selanjutnya pada tahun 2004 ditunjuk sebagai sekolah bernuansa Hindu, dan selanjutnya pada tahun 2008 dijadikan sebagai sekolah rintisan mandiri (SKM). Sedangkan sistem pendidikan yang mencakup unsur input, proses, dan output, khususnya pada periode 1976-2012, SMAN 3 Singaraja memperoleh siswa baru terbanyak pada tahun ajaran 2004/2005, sebesar 320 siswa. Begitu pula dalam perkembangannya telah terjadi 8 kali pergantian kepemimpinan, 5 kali bergantikan kurikulum, maupun perkembangan sarana prasarana penunjang sekolah. Jika dilihat dari outputnya pun terjadi perkembangan yaitu kelulusan 99,5% dan kenaikan kelas 99,8% menjadi bukti kesuksesan proses belajar di SMA Negeri 3 Singaraja.Kata Kunci : Perkembangan sejarah, SMA Negeri 3 Singaraja, sistem pendidikan This research aims to describe the development of SMA Negeri 3 Singaraja as a formal education institution in 1967-1012. The data collection method which was used in this research is Heuristic while the data analysis used is interpretation and Historiography. The result of this research are at the beginning this school is called Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) then changed into SMA in 1985. in 2004 this school was chosen as Hindu based school and in 2008 also become independent based school (SKM). In the progress of input and output specialy in 1976 – 2012, SMA Negeri 3 Singaraja got most students in academic year 2004/2005 which is 320 students. In its progress, this school change the leadership for 5 times and it changes the curriculum, for the tools school facilities. The graduate percentage is 99.5% and the increment 99.8% become the evidence of the success of studying in SMA Negeri 3 Singaraja.keyword : History development, SMA Negeri 3 Singaraja, education system.
PURA MANIK CORONG DI DESA PEJENG, TAMPAKSIRING, GIANYAR DILIHAT DARI PERSPEKTIF SEJARAH, STRUKTUR, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH. I Gede Raka Hariwarmajaya .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .; Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2617

Abstract

Penelitian ini bertujuan umtuk mengetahui : 1) Sejarah Pura Manik Corong di Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar, Bali; 2) Struktur Pura Manik Corong; dan 3) Potensi yang terdapat di Pura Manik Corong yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu : 1) Metode Penentuan Informan, 2) Metode Pengumpulan Data, 3) Validitas Data, 4) Metode Analisis Data, dan 5) Metode Penulisan. Hasil penelitian ini menunjukan Pura Manik Corong didirikan sekitar abad VIII – X Masehi sesuai dengan keberadaan arca Budha yang ada di Pura tersebut. Selain itu pendirian Pura Manik Corong tak bisa dipisahkan dari keberadaan Pura Pusering Jagat. Sebagai pusatnya jagat, dalam filosofi masyarakat Bali dikatakan bahwa Pura Manik Corong merupakan pusat dalam meneropong keberadaan Bali secara keseluruhan. Struktur Pura Manik Corong terdiri dari dua mandala yakni madya mandala dan utama mandala sebagai simbol Angkasa dan Pretiwi. Pada bagian mandya mandala terdapat beberapa bangunan yakni Candi Bentar, Bale Kulkul, Bale Pesantian, Wantilan, Apit Lawang Kiwa, Apit Lawang Tengen, Kori Agung. Sedangkan pada bagian utama mandala terdapat beberapa beberapa bangunan tempat suci sebagai linggih Ida Bhatara yaitu Pangungan, Lubang Tempat Nerang, Pelingih Bebaturan, Pelinggih Hyang Manik Galang, Penyawangan Hyang Pasupati, Piasan, Bale Penegtengan Ida Bhatara Sri, Bale Pesselang. Adapun potensi yang terdapat di Pura Manik Corong yang dapat di jadikan sumber sejarah ialah dapat di lihat dari di stanakannya arca Budha dan linga yoni. Dengan adanya konsep lingga yoni menggambarkan keseimbangan hidup, yaitu keyakinan adanya keharmonisan.Kata Kunci : Pura, Sejarah, Potensi The purpose if this research is ti find out about : 1) The History of Manik Corong temple in Pejeng village, Tampaksiring, Gianyar, Bali; 2) The structure of Manik Corong Temple; 3) The potencial of Manik Corong temple which can be used as a resource in learning about history. This research uses descriptive qualitative methods, such as : 1) Diving Information Method; 2) Data Gathering; 3) Data Analysis; 4) Written Method. Yhis reseasch shows that Manik Corong temple was built in approximately VIII-X century based on the existence of Buddhist arch in that temple. Besides that its contruction cannot also be devided from the existence of Pusering Jagat temple. As the center of universe, in Balinese said that Manik Corong temple is the center in looking of the whole Bali existence. The structure of Manik Corong temple consist of two mandala, there are Madya Mandala and Utama Mandala as the symbol of Akasa and Pertiwi. There are some buildings in Madya Mandala part such as Candi Bentar, Bale Kul-kul, Bale Pesantian, Wantilan, Apit Lawang Kiwe Tengen, Kori Agung. Whereas in Utama Mandala there are some holy buildings as the place of Ida Bhatara such as Panggungan, Pelinggih Bebaturan, Pelinggih Hyang Manik Galang, Penyawangan Hyang Pasupati, Piyasan, Bale Penegtegan Ida Bhatara Sri, Bale Peselang. The potential in Manik Corong temple which can be used as the history resource can be seen from the Buddhist arch and lingga yoni. With the existence of lingga yoni is interpreting about the balance of life it is about the belief of harmonitation.keyword : Pura, Sejarah, Potensi
TRADISI TER-TERAN (PERANG API) DI DESA PAKRAMAN JASRI, KECAMATAN KARANGASEM DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Dewa Ayu Made Satriawati .; Drs. I Wayan Mudana,M.Si. .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v5i3.3612

Abstract

Tradisi lokal kemasyarakatan merupakan bentuk kebudayaan yang berlangsung secara turun temurun. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui (1) latar belakang adanya tradisi Ter-teran (Perang Api) di Desa Pakraman Jasri, (2) prosesi pelaksanaan tradisi Ter-teran (Perang Api) di Desa Pakraman Jasri dan (3) aspek-aspek dari Tradisi Ter-teran (Perang Api) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif. Data dalam penyusunan penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis deskriftif kualititatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Latar belakang dilaksanakannya Tradisi Ter-teran oleh masyarakat Desa Pakraman Jasri yaitu mengikuti dari adanya lontar tattwa yang mengharuskan melaksanakan upacara ngusabha dalem dan ngeterin, kekhawatiran akan marabahaya dan takut akan hal-hal yang gaib, mempertebal keyakinan tentang Agama Hindu, dan meningkatkan solidaritas sosial. (2) Proses pelaksanaan Tradisi Ter-teran dimulai dari melaksanakan upacara ngusaba dalem yaitu ngatag nyerit menghaturkan banten caru menuju tepi laut kemudian melaksanakan tradisi ngeterin dan Ter-teran. (3) Aspek-aspek dari prosesi Tradisi Ter-teran yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah yaitu aspek historis yang berkaitan dengan proses sejarah adanya tradisi terteran yang wajib diketahui oleh siswa, aspek pendidikan yang berkaitan dengan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu karakteristik masyarakat dan kebudayaan Tradisi Ter-teran dan aspek sosial berkaitan dengan pengetahuan siswa dalam melestarikan budaya lokal dan mengetahui arti penting hidup bermasyarakat. Kata Kunci : Tradisi Ter-teran, sumber belajar, sejarah. Local tradition is a form of civic culture that lasted for generations. Without a cultural tradition may not beliving and lasting. The purpose of this research was to determine the presence of (1) background of tradition Ter-teran in Pakraman Jasri Village (2) implementation procession tradition Ter-teran (Fire War) in Pakraman Jasri and (3) to know aspects of the tradition Ter-teran (Fire War) were used as a source of learning history. The design used in this study is a descriptive design. The data in the preparation of this study consisted of primary data and secondary data were collected through interviews, observation, documentation and literature. Furthermore, the data were analyzed using qualitative descriptive analysis method. The results of this study are (1) Background implementation terteran tradition by villagers Pakraman Jasri that follow from the existence of lontar tattwa which requires implementing ngusabha dalem ceremonies and ngeterin, fears of distress and fear of things that are unseen, reinforcing the belief of the Hindu religion, and enhancing social solidarity. (2) Terteran tradition begin the implementation process of carrying out ceremonial ngusaba dalem offerings that deliver to ngatag nyerit,caru towards the water front and then carry out the tradition ofter-teran. (3) Aspects of the procession tradition Ter-teran (Fire War) isutilized as a source of learning the history of the historical aspectsrelating to the history, the tradition of terteran that must be known by the students, the educational aspects related to the learning materials according to the curriculum in 2013 that is characteristic society and culture terteran traditions and social aspects related to the knowledge of students in preserving local culture and know the importance of community life.keyword : Ter-Teran Tradition, learning resources, history
TRADISI PANGUANGAN DI DESA ULIAN, KINTAMANI, BANGLI, BALI, SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA N 1 KINTAMANI I Komang Dedi Indra Asmara p .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .; Drs. I Wayan Mudana,M.Si. .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 2 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v2i2.3825

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang keberadaan Tradisi Panguangan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali; (2) Bentuk/wujud dari Tradisi Panguangan, dan (3) Aspek-aspek dari Tradisi Panguangan yang dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA N 1 Kintamani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian, (2) penentuan informan, (3) pengumpulan data (observasi, wawancara, pencatatan dukumen), (4) penjaminan keaslian data (triangulasi data dan triangulasi metode), dan (5) analisis data. Hasil penelitian menunjukan Tradisi Panguangan merupakan uapcara yadnya yang didasari oleh rasa bakti umat Hindu di Ulian untuk memohon anugrah kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Pelaksanaan upacara ini pada dasarnya dilatarbelakangi oleh rasa bakti dan cinta kasih masyarakat Desa Ulian kepada leluhurnya yang telah meninggalkan bermacam-macam kebudayaan terutama pelestarian lingkungan hidup serta menjaga keharmonisan kehidupan manusia melalui upacara yadnya. Bentuk/wujud tradisi panguangan yaitu : (1) Gagasan Tradisi Panguangan merupakan tradisi yang digagas dengan tujuan untuk meletarikan lingkungan. (2) aktivitas Tradisi Panguangan berkaitan dengan bentuk aktivitas Tradisi Panguangan, masyarakat Desa Ulian melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk mewujudkan tradisi ini berjalan secara optimal. (3) Atefak Tradisi Panguangan Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia. Aspek-aspek yang bisa dijadikan sumber belajar dalam Tradisi Panguangan adalah bentuk fisik bangunan, sejarah, gotong royong dan kebersamaan, dan religius.Kata Kunci : Tradisi Panguangan, bentuk/wujud tradisi, sumber belajar sejarah This study aimed to determine (1) the background in the village where Tradition Panguangan Ulian, Kintamani, Bangli, Bali; (2) The shape / form of Tradition Panguangan, and (3) aspects of the Tradition Panguangan that can be used as a source of Learning History in SMA N 1 Kintamani. This study used a qualitative approach, namely: (1) determining the location of the research, (2) the determination of the informant, (3) data collection (observation, interview, recording dukumen), (4) guarantees the authenticity of the data (triangulasi triangulasi data and methods), and (5) data analysis. The results showed a uapcara yadnya Panguangan tradition based on the devotion of Hindus in Ulian to invoke the gift presented to Ida Sang Hyang Widhi. Implementation of this ceremony is essentially motivated by a sense of devotion and love to his ancestors Ulian villagers who have left a variety of cultures, especially the preservation of the environment and maintain harmonious human life through yadnya ceremony. Shape / form Panguangan Tradition that is: (1) The idea Panguangan Tradition is a Tradition that was initiated with the aim to meletarikan environment. (2) activity Panguangan Tradition associated with this form of activity Panguangan Tradition, villagers Ulian implement activities to achieve this tradition running optimally. (3) Artifacts Panguangan Atefak Tradition is a form of physical culture in the form of the results of the activities, actions, and the work of all human beings. Aspects that could be used as a source of learning in the tradition of Panguangan is the physical form of the building, history, mutual assistance and solidarity, and religious.keyword : Tradition Panguangan, shape / form of the tradition, the history of learning resources.