Claim Missing Document
Check
Articles

IDENTIFIKASI TARI PERWALEN PADA PIODALAN SUGIAN DI PURA PASEK GELGEL, DUSUN BELUHU KANGIN, DESA TULAMBEN, KUBU, KARANGASEM SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI SMP N 1 KUBU Ni Luh Wiwin Virdayanti .; Drs. I Wayan Mudana,M.Si. .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v6i1.4329

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Latar Belakang Tari Perwalen sebagai tarian sakral, 2) Aspek-aspek dalam Tari Perwalen sebagai sumber belajar IPS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan informan; (2) metode pengumpulan data (wawancara, observasi, studi dokumen,); (3) validitas data; (4) teknik analisis data; dan (5) metode penulisan hasil. Melalui hal itu dapat dikemukakan bahwa yang melatar belakangi Tari Perwalen yaitu adanya suatu fenomena dalam kehidupan masyarakat untuk meyakini dan mensakralkan Tari Perwalen yang merupakan suatu Pawisik dari Ida Sesunan, cermin dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dipentaskan setiap persembahyangan. Ada tiga faktor yang melatar belakangi Tari Perwalen, yakni faktor historis dan faktor kepercayaan. (2) Aspek-aspek yang terkandung pada Tari Perwalen yaitu: (1) Aspek historis yaitu Tari Perwalen tersebut merupakan warisan leluhur/nenek moyang yang dijalankan sampai saat ini oleh masyarakat Desa Tulamben, (2) Aspek sistem komunikasi yaitu Tari Perwalen merupakan wadah sebagai sistem komunikasi yang saling berinteraksi antara kelian Tari Perwalen, para penari, pemangku, serta warga masyarakat setempat, (3) Aspek sistem organisasi sosial Tari Perwalen merupakan salah satu perkumpulan/organisasi yang ada di Desa Tulamben yang menghasilkan suatu keterampilan dibidang kesenian, dan (4) Aspek sistem kepercayaan dimana Tari Perwalen dipercayan atau diyakini oleh masyarakat Desa Tulamben bahwa Tari Perwalen tersebut merupakan tari yang sakral dan dipercaya sebagai persembahyangan agar terhindar dari segala wabah penyakitKata Kunci : Sejarah, aspek-aspek dalam Tari Perwalen This research aims to know the, 1) Background as sacred dance Perwalen Dance, 2) aspects in the Perwalen Dance as a source of learning research using IPS. This study used a qualitative approach is: 1) determination of the informant; 2) Techniquest of data collection (observation, interviews, study document); 3) data analysis, 4) the validity of data, 5) writing techniques. Through it can be argued that the Dance background Perwalen namely the existence of a phenomenon in life and the public to believe that the mensakralkan Dance Perwalen a Sesunan pawisik of Ida, Ida Sang Hyang mirror of the Wasa Widhi staged every prayers. There are three background factors Dance Perwalen, historical factors and the trust factor. (2) Aspects – aspects Dance Perwalen contained in: (1) the historical aspect, namely Dance Perwalen such a heritage / ancestors run to date Tari This Tulamben village community, (2) communication systems that aspect Dance Perwalen a container as a communication system interacting Perwalen Dance, dancers, stakeholders, and citizens local, (3) Aspects of Dance Perwalen system of social organization is one the association / organization in the village of Tulamben that produces a skill in the field of art, and (4) Aspects of the belief system where Perwalen Dance dipercayan or believed by the village of Tulamben hat dance is a dance Perwalen sacred and is believed to bekeyword : History, Aspects of the Dance Perwalen
Tradisi Tari Sanghyang Bojog di Desa Pakraman Bugbug, Karangasem, Bali (Latar Belakang, Fungsi, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan di SMA. I Gede Bayu Ary Hermawan .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .; Ketut Sedana Arta, S.Pd. .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v5i2.4849

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar Belakang tari Sanghyang Bojog di Desa Pakraman Bugbug, Karangasem, Bali, (2) Fungsi tari Sanghyang Bojog di Desa Pakraman Bugbug, Karangasem, Bali dan, (3) Unsur-unsur dari tari Sanghyang Bojog yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar Sejarah Kebudayaan di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif kualitatif dengan langkah-langkah: (1) Penentuan lokasi penelitian, (2) Teknik penentuan Informan, (3) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian Dokumentasi), (4) Teknik penjaminan keaslian data, (triangulasi data,triangulasi metode), dan (5) Teknik analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Latar Belakang tari Sanghyang Bojog yaitu adanya sistem keyakinan, kepercayaan, dan alasan ekonomi. (2) Fungsi tari Sanghyang Bojog di Desa Pakraman Bugbug adalah untuk dipentaskan di Balai Desa sebagai penolak bala dan malapetaka seperti wabah penyakit (gering), dan bencana alam yang akan melanda penduduk desa setempat, selain itu juga untuk melestarikan tarian Sanghyang Bojog yang mulai terkikis oleh arus globalisasi. (3) Unsur-unsur dari tari Sanghyang Bojog yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar Sejarah Kebudayaan di SMA yaitu unsur historis, unsur pendidikan, dan unsur sosial yang dapat dijabarkan pada mata pelajaran Sejarah kelas X semester ganjil kurikulum 2013.Kata Kunci : Tradisi Tari Sanghyang Bojog, Desa Pakraman Bugbug, Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan. This study aims to determine ( 1 ) Background Bojog Trance dance in Pakraman Bugbug , Karangasem , Bali , ( 2 ) Function Bojog Trance dance in Pakraman Bugbug , Karangasem , Bali and , ( 3 ) Elements of Trance dance Bojog the can be used as a learning resource Cultural History in high school . The method used in this research is a qualitative descriptive method steps : ( 1 ) Determining the location of the research , ( 2 ) determination technique informant , ( 3 ) methods of data collection ( observation , interviews , review of documentation ) , ( 4 ) Engineering guarantee authenticity data ( data triangulation , triangulation method ) , and ( 5 ) . The results of this study indicate that : ( 1 ) Background Bojog Trance dance is a system of belief , trust , and economic reasons . ( 2 ) Function Bojog Trance dance in Pakraman Bugbug is to be staged at the Village Hall as to avert calamity and catastrophe like the plague ( gering ) , and natural disasters that will hit the local villagers , and also to preserve Bojog Trance dance that began to erode by globalization . ( 3 ) The elements of dance Trance Bojog that can be used as a learning resource Cultural History in high school is a historical element , the element of education , and social elements that can be translated into subjects History class X semester curriculum in 2013 .keyword : Trance Dance Tradition Bojog , Pakraman Bugbug , Learning Resources Cultural History
Identifikasi Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) di Kelurahan Gilimanuk, Melaya, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan Jurusan Bahasa di SMA I Putu Anggita Suprarendra .; Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum .; Dra. Tuty Maryati,M.Pd .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v5i2.4867

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sejarah keberadaan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), (2) Struktur bangunan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), dan (3) Aspek-aspek dari Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) yang dapat digunakan sebagai sumber belajar Sejarah Kebudayaan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tahap-tahap penelitian yang dilakukan yaitu (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (2) Teknik Penentuan Informan, (3) Metode Pengumpulan Data melalui Observasi, Wawancara, dan Studi Dokumen, dan (4) Teknik Analisis Data. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Sejarah keberadaan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) yang dilatarbelakangi oleh temuan batu nisan kembar oleh seorang Kawi Tuo bernama Bapak Mat Yasin, dari Melaya ketika kudanya yang lepas ditemukan sedang mencakar-cakarkan kakinya di batu nisan tersebut, dan didirikan gubug di Pesarean tersebut akibat banyaknya pengunjung ke sana yang sampai kini terus ditata. (2) Struktur pembangunan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) menggunakan konsep Dwi Loka yang terdiri atas Bagian Luar (Jabanan) meliputi Tiga buah gubug peristirahatan dan Situs kuda milik Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), dan Bagian Dalam (Jeroan) terdapat Makam (Pesarean) Embah Temon. Dan (3) Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) dua aspek yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah kebudayaan yaitu: Aspek Fisik meliputi Gapura Candi Pemedal Pesarean Embah Temon, Togog Candi Gapura Pesarean Embah Temon, Kaligrafi Ong-Kara dan Kaligrafi Arab di Pesarean Embah Temon, Bentuk Punden Berundak Pelinggih Penunggu Pesarean Embah Temon, dan Aspek Non Fisik meliputi Sejarah Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), dan Pendidikan Karakter.Kata Kunci : Pesarean, Sumber Belajar, Sejarah Kebudayaan This study aims to determine (1) the History of existence Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), (2) Structure of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), and (3) Aspects of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) which can be used as a learning resource of Cultural History in High School (SMA). This study is a qualitative research wich is conducted of some stages of research, namely (1) Determining the Research Location, (2) Technique of Informant Selecting, (3) Data Collection Method through Observation, Interviews, and Study Documents, and (4) Data Analysis Techniques. The results showed: (1) The historical existence of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) was motivated by the findings of tombstones twins by a Kawi Tuo person named Mr. Mat Yasin, from Melaya, when he found that his loose horse is kicking off its feet on the gravestone, and the hut in the Pesarean was established due to the number of visitors which is until now continuous to organized. (2) The construction structure of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) using the Dwi Loka concept consisting of Exterior (Jabanan) includes Three huts resting and Site horses owned by Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), and Interior (Jeroan) include the Tomb (Pesarean) of Embah Temon. And (3) Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) are two aspects that can be used as a source of learning the Cultural History, namely: Physical Aspects include Gapura Candi Pemedal Pesarean Embah Temon, Togog Candi Gapura Pesarean Embah Temon, Calligraphy Ong-Kara and Arabic Calligraphy in Pesarean Embah Temon, the Form of Punden Berundak Pelinggih Penunggu Pesarean Embah Temon and Non-Physical Aspects include History of Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), and Education Character.keyword : Pesarean, Learning Resources, Cultural History
Diaspora Etnik Mandar di Desa Pagerungan Besar, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep Sebagai Sumber Lokal Belajar Sejarah di SMA NUR AZIZAH .; Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum. .; Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 7 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v7i2.14669

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) diaspora Etnik Mandar melakukan pelayaran sampai di Pulau Pagerungan Besar; (2) upaya Etnik Mandar mempertahankan identitas budayanya di Pulau Pagerungan Besar; dan (3) nilai-nilai kehidupan Etnik Mandar yang dapat diintegrasikan dalam sumber lokal belajar sejarah di SMA. Dalam penelitian ini, menggunakan metode sejarah dengan tahap-tahap: (1) heuristik, (2) kritik sumber, (3) Interpretasi, dan (4) Histriografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) keberadaan Etnik Mandar di Pulau Pagerungan Besar dilatar belakangi terjadinya peperangan antara kerajaan-kerajaan Sulawesi Selatan pada abad ke-16, peperangan melawan Belanda pada abad ke-19, mengganasnya pendudukan tentara NICA di Sulawesi Selatan, pemborantakan Kahar Muzakkar tahun 1953. Selain faktor politik yang mengakibatkan migrasi Etnik Bugis-Makassar terdapat juga faktor sosial ekonomi yakni tradisi mengarungi lautan Etnik Bugis-Makassar, mengembangkan perdaggangan, adat dan perantauan. Hal ini juga sebagai penentu penyebaran Etnik Bugis-Makassar di seluruh wilayah Nusantara; (2) upaya Etnik Mandar mempertahankan identitas budayanya adalah karena sistem keyakinan itu sendiri berada dalam pemikiran dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan konsepsi yang berada dalam gaib atau di luar nalar manusia, kelompok keagamaan, keluarga, masyarakat, dan sekolah; dan (3) hasil penelitian ini dapat dapat diintegrasikan kedalam sumber lokal belajar sejarah di SMA karena mengandung nilai-nilai yang bersifat praktis dan efektif dalam bentuk sikap dan tindakan manusia seperti nilai budaya, nilai toleransi, nilai gotong royong, nilai moral, nilai religius,dan nilai sosial. Kata Kunci : diaspora, Etnik Mandar, sumber sejarah lokal, Desa Pagerungan Besar This study aims to find out (1) Ethnic Mandar diaspora to make a voyage to Pulau Pagerungan Besar; (2) Ethnic Mandar efforts to maintain its cultural identity in Pagerungan Besar Island; (3) Mandar ethnic values of life that can be integrated in local sources of history in high school. In this study, using historical methods with stages: (1) heuristics, (2) source criticism, (3) Interpretation, and (4) Histriography. The results of this study indicate that (1) the existence of Ethnic Mandar in Pagerungan Besar Island in the background of the war between the kingdoms of South Sulawesi in the 16th century, the war against the Dutch in the 19th century, the rampant occupation of NICA troops in South Sulawesi, Kahar Muzakkar in 1953. In addition to the political factors that resulted in the migration of Bugis-Makassar ethnic there are also socio-economic factors namely the tradition of sailing the ethnic sea Bugis-Makassar, developing trade, customs and overseas. It is also a determinant of the spread of Bugis-Makassar ethnic throughout the archipelago; (2) Ethnic Mandar attempts to preserve its cultural identity is because the belief system itself is in the thoughts and ideas of man concerning the beliefs of conception which are in the unseen or out of human reason, denominations, family, society and school; (3) the results of this study can be integrated into local sources of history in high school because they contain practical and effective values in the form of human attitudes and actions such as cultural values, tolerance values, mutual values, moral values, religious values, and social value.keyword : diaspora, Mandar Ethnic, local source, Pagerungan Besar Village
Pemertahanan Tradisi Lomba Layar Gapel pada Etnis Bajau di Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur (sumbangannya bagi sumber belajar Sejatah di SMA) ENI ILYANI .; Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum. .; Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 6 No. 3 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v6i3.14670

Abstract

Penelitian ini tergolong penelitian deskritif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui : (1) latar belakang pemertahanan Tradisi Lomba Layar Gapel (2) strategi pemertahanan tradisi lomba layar gapel (3) potensi apa yang dapat dimanfaatkan dari tradisi sumber belajar sejarah di SMA. Data dikumpulkan dengan Acuan Wawancara,observasi, dan studi dokumen. Sedangkan analisis datanya digunakan deskriptik dan kualitatif temuan penelitian lain: (1) latar belakang pemertahanan Tradisi Lomba Layar Gapel adalah karena beberapa alasan yaitu alasan historis dipertahankannya Tradisi Lomba Layar Gapel karena tradisi tersebut adalah warisan dari nenek moyang Etnis Bajau yang dianggap sebagai tradisi besar Etnis Bajau. Tradisi Lomba Layar Gapel juga memiliki nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan. Masyarakat yang dulunya belum akrab, mejadi akrab ketika ikut dalam Tradisi Lomba Layar Gapel, (2) strategi pemertahanan tradisi lomba layar gapel dilakukan melalui sosialisasi diantaranya sosialisasi keluarga dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dengan memberikan ajaran-ajaran yang berlaku menurut adat, teman sebaya, Sekolah, sosialisasi di masyarakat, dan sosialisasi di media massa. (3) Potensi apa yang dapat dimanfaatkan dari tradisi sumber belajar sejarah di SMA adanya Nilai-nilai Tradisi Layar Gapel yang bisa Diimplementasikan kedalam Pelajaran Sejarah diantaranya: (a) Religius pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya, (b) Bertanggung jawab (c) Disiplin. (d) Kerja keras (e) Kreatif (f) kerja sama.Kata Kunci : Kata Kunci : Etnis Bajo, Desa Pagerungan Kecil, Pemertahanan Tradisi Lomba Layar Gapel This research is categorized as qualitative descriptive research which aims to know: (1) background of Gapel Screening Preservation Tradition (2) strategy of preservation of gapel display race tradition (3) what potency can be utilized from tradition of history learning resource in SMA. Data were collected by Interviews, observations, and document studies. While the data analysis is used descriptive and qualitative findings of other researches: (1) the background of preservation Gapel Screening Contest Tradition is for several reasons that is the historical reason to preserve the Tradition of Gapel Screening Contest because the tradition is the inheritance of the ancestors of Ethnic Bajau which is considered a great tradition of Ethnic Bajau . Tradition Screening Contest Gapel also has the values of togetherness and kinship. Communities that were not familiar yet, became familiar when participated in the Gapel Screening Contest, (2) the strategy of preserving the gapel sailing tradition was done through socialization such as family socialization conducted by parents to their children by giving the teachings according to custom, Schools, socialization in the community, and socialization in the mass media. (3) What potentials can be utilized from the tradition of learning resources of history in SMA the values of Tradition Screen Gapel that can be Implemented into the Lesson of History include: (a) Religious thoughts, words, and actions of one pursued always based on the values of God and / or his religious teachings, (b) Responsible (c) Discipline. (d) Hard work (e) Creative (f) cooperation.keyword : Bajo Ethnic, Pagerungan Kecil Village, Traditional Gathering Contest Race
PURA MANIK GENI DI DESA PUJUNGAN, PUPUAN, TABANAN, BALI (SEJARAH, FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS) I Made Adi Astawa .; Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum. .; Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd. .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 7 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v7i1.15004

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah keberadaan Pura Manik Geni Desa Pujungan, Pupuan, Tabanan, Bali, (2) fungsi Pura Manik Geni Desa Pujungan, Pupuan,Tabanan, Bali, dan (3) aspek-aspek dari Pura Manik Geni, Desa Pujungan, Pupuan, Tabanan, Bali yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan multikultur di Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui beberapa langkah meliputi: (1) Penentuaan lokasi penelitian, (2) Penentuaan informan, (3) pengumpulan data, (4) validasi data, dan (5) analisis data. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa: (1) Pendirian Pura Manik Geni bertujuan untuk menghormati seorang brahmana yang nywanaprasta mapadukuhan dan yang mampu mengembangkan daerah di sebelah barat Gunung Batukaru pada abad XII masa pemeritahan kerajaan Bali kuno dengan rajanya yang bernama Ida Sri Jayapangus. (2) Secara struktur Pura Manik Geni masih mengunakan konsep Dwi Mandala yang hanya terdiri dari utama mandala dan nista mandala. Untuk struktur bangunan pelinggih telah menggunakan konsep tri angga yang terdiri dari kaki, badan dan kepala. (3) Potensi Pura Manik Geni yang dapat digunakan sebagai media pendidikan multikultur yaitu terletak pada beberapa tinggalan arkeologi yaitu: (a) Kentongan (kulkul) perunggu yang di bagian badan kentongan ini berisi tulisan Kediri kwadrat yang menunjukan nama suatu daerah di Lombok yaitu Sasak. (2) Guci Cina yang diperkirakan hasil kebudayaan Cina ini memiliki hiasan pada badan guci yang berbentuk naga yang sangat lekat dengan kebudayaan Cina.Kata Kunci : Sejarah, Struktur, Media Pendidikan, Multikultur The purpose of this research is to know: (1) the history of the existence of Pura Manik Geni in Pujungan Village, Pupuan, Tabanan, Bali, (2) function of Pura Manik Geni in Pujungan village, Pupuan, Tabanan, Bali, and (3) any aspects of the Pura Manik Geni ,in Pujungan Village, Pupuan, Tabanan, Bali which can be used serve as a medium of multicultural education in High School. This research uses qualitative research method through several steps, including: (1) determination of research location, (2) determination of informant, (3) data collection, (4) data validation, and (5) data analysis. From these results it can be know that: (1) The establishment of Pura Manik Geni aims to respect of a brahmin who is nymanaprasta mapadukuhan and who was able to develop the area in the west of Mount Batukaru in the XII century the reign of the ancient Balinese kingdom with its king named Ida Sri Jayapangus. (2) Structurally Pura Manik Geni still use Dwi Mandala concept which only consist of utama mandala and nista mandala. For pelinggih building structures have used the concept of tri angga consisting of legs, body and head. (3) Potency of Manik Geni Temple that can be used as a medium of multicultural education that is located on some archaeological remains: (a) Kentongan (kulkul) bronze which in this body kentongan contains writing Kediri quadrat that shows the name of a region in Lombok is Sasak. (b) Chinese jars that are predicted to be Chinese cultures have decorations on dragon-shaped urns that are closely related to Chinese culture.keyword : History, Structure, Educational Media, Multicultural.
Kuasa di balik harmoni: Etnografi kritis relasi etnis Tionghoa dan etnis Bali di desa Pupuan, Tabanan, Bali I Gusti Made Aryana
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 7 No 1 (2017): RELASI ETNISITAS DI BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.684 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2017.v07.i01.p01

Abstract

The relationship between Chinese and local society in Pupuan, Tabanan, Bali is realized through amalgamation marriage and participation as member of the local community organization of Desa Pakraman. This article analyzes the power relation behind the harmony.  There are three problems to be discussed in this research i.e.: why the Chinese and Balinese ethnics at Pupuan Village live harmony?; how is the power dynamic behind the harmony relations in Pupuan Village?; and how is the model of education from etnopedagogic perspective which is conducted by two ethnics in Pupuan village? The research method applies qualitative descriptive method with critical ethnography approach. The data was gathered by deep interview, direct observation, and documents study and analyzed by interactive model with critis social theory.The article concluded that the harmonius inter-ethnic relation is happened because power and capital which is played by two ethnics. The power dynamic behind harmonius relation is dynamic and dissolved, in term of religious, political, social cultural, and social economic aspect. In addition, etnophedagogic educational model developed by using variety of media such as media social organizations, social activities media through the model “ngayah” and “ngoupin”, tradition game media, traditionmedia story telling (mesatua), and ritual culture media in public.
Solusi Strategis Penangan Masalah Sampah Dengan Mengolah Sampah Dapur Menjadi Pupuk Organik Cair (POC): (Kasus Dua Desa Pinggir Kota di Kota Singaraja Bali) I Made Pageh; I Gusti Made Aryana
Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Vol. 4 No. 2 (2018): Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiis.v4i2.16533

Abstract

Kajian ini memiliki tujuan untuk memberikan edukasi kepadamasyarakat di Desa Sari Mekar dan Desa Banyuasri di Buleleng Balitentang pentingnya pengelolaan sampah menjadi Pupuk Organik Cair(POC). Bentuk kegiatan berupa pelatihan, pendampingan dan workshoppengelolaan sampah dapur keluarga menjadi POC. Dilaksanakan di desaSari Mekar (2017) dan Desa Banyuasri (2018). Produk kegiatan iniadalah POC yang dapat dipergunakan sebagai penyubur tanaman dariakar maupun daun, termasuk hidroponik. POC hasil komposisasi inidapat dikembangkan dengan menggunakan sistem peragian, denganlimbah air beras dan gula aren. Dampak langsung Kegiatan ini padakeluarga, dengan membiasakan memilah sampah organik dengananorganik, tidak membuang sampah sembarangan, dan tumbuhkesadaran ekonomis bahwa sampah dapat berubah dari masalah menjadiberkah. Sampah organik dapur adalah sampah terbanyak menggunakanpalastik, strofum, dan kemasan makanan fastfood. Dengan melakukan pemilahan sampah dari rumahtangga dapat berdampak langsung pada lingkungan paling hulu dalam siklus sampah di dua desa ini.Sedangkan sampah anorganik dapat dilola menjadi barang berguna lainnya, atau dijual langsung padabank sampah yang sudah tersedia di Buleleng. Dengan demikian pengabdian ini menjadi sangat strategisdalam menangani masalah sampah perkotaan dan pedesaan.