Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK PENDUGAAN KADAR AIR TANAH LAHAN KERING DENGAN PENANGKAP CITRA INFRARED WEBCAM Sulistyo, Susanto Budi; , Masrukhi; , Ardiansyah; Hardanto, Afik
Prosiding Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Prosiding

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Moisture content is one of important soil characteristics in agricultural systems and is often needed to determine other soil characteristics. Gravimetric method is widely used to measure soil moisture content. Although the result is quite accurate, however it is very time consuming. In this research, soil moisture content of arid field has been analyzed by image processing method using webcam and infrared webcam as the image-captured devices. This research aimed to estimate soil moisture content from images captured by webcam and infrared webcam and to define the most appropriate visual properties as the soil moisture content prediction parameter. Soil samples used in this research was from arid field of Gunung Tugel Village Banyumas Regency. Thirty samples of arid field soils were collected using soil ring samplers in 5 cm of soil depth. All samples were wetted until they reached a saturated condition. After that, the samples were stored for 30 days under room temperature condition until the soils became dry. Everyday the weight of each soil was measured and the images were captured by using webcam and infrared webcam. The images were then extracted by using image processing to obtain visual parameters such as RGB index as well as HSI colour and texture feature. Each of the visual parameters was then determined its correlation with soil moisture content and the R2 of the correlations. The final step of the analysis was calculating the mean percentage error (MPE) of the moisture content estimation. A visual parameter which has the least MPE would be used as the prediction parameter. The results of this research showed that soil moisture content of arid field could be predicted by using visual parameters from images captured by webcam and infrared webcam. Intensity of the soil images captured by infrared webcam resulted prediction error lower than that by webcam.
Pengaruh Jadwal Irigasi dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Pertumbuhan Serai Wangi Wijaya, Krissandi; Mustofa, Asna; Hardanto, Afik; Sumarni, Eni; Sudarmaji, Arief; Sulistyo, Susanto Budi; Kuncoro, Purwoko Hari; Siswantoro, Siswantoro; Margiwiyatno, Agus; Ropiudin, Ropiudin; Ritonga, Abdul Mukhlis; Novitasari, Dian
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2021.009.03.08

Abstract

Serai wangi memiliki nilai ekonomi sangat tinggi dan dapat dibudidayakan pada berbagai kondisi lahan. Lahan marginal umumnya kurang subur, kecuali setelah direhabilitasi melalui pengelolaan irigasi tepat dan pemupukan berimbang. Integrasi parameter kualitas lahan/tanah marginal yang direhabilitasi terhadap paremeter produktivitas serai wangi, yang sejauh ini belum banyak dikaji, mutlak diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variasi jadwal irigasi dan dosis pupuk organik terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan serai wangi. Sebanyak 9 demplot serai wangi (luas: @9 m2, jenis tanah: Inceptisol) disiapkan untuk 2 taraf perlakuan, yaitu variasi jadwal irigasi [per hari (SI1), per 3 hari (S13), per 5 hari (SI5)] dan variasi dosis pupuk organik [15 ton/ha (PO1), 25 ton/ha (PO2), 35 ton/ha (PO3)]. Variabel yang diamati meliputi pertumbuhan serai wangi [jumlah batang (JB), tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD)], sifat fisik tanah [kadar air basis Volume (θ), kerapatan isi (rb), permeabilitas (Ks)], serta debit irigasi dan curah hujan. Data pengamatan dianalisis secara statistik (ANOVA, α = 0.05) dan ditampikan secara grafis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jadwal irigasi dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap JB, TT, dan JD serai wangi dengan nilai optimal masing-masing terdapat pada SI3PO3 (20.17 batang), SI1PO3 (137.83 cm), dan SI3PO3 (92.25 helai). Dilihat dari sifat fisik tanah, hanya dosis pupuk organik yang berpengaruh nyata, terutama terhadap θ, dengan nilai optimal terdapat pada PO2 (0.380 cm3/cm3). Kombinasi jadwal irigasi per-3-hari (SI3) dan dosis pupuk organik 35 ton/ha (PO3) sangat potensial untuk diaplikasikan pada budidaya serai wangi di lahan marginal.
Teknologi Pemanen Air Hujan dan Drainase Vertikal Afik Hardanto; Ardiansyah Ardiansyah; Asna Mustofa
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement) Vol 6, No 4 (2020): Desember
Publisher : Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1059.388 KB) | DOI: 10.22146/jpkm.44906

Abstract

Penurunan luas lahan terbuka akibat permukiman berdampak pada penurunan pengisian air tanah dan meningkatnya laju aliran permukaan. Teknologi Pemanen Air Hujan (PAH) dan Drainase Vertikal (DV) menjadi alternatif solusi. Selain aspek lingkungan, air hujanmemenuhi syarat kualitas air minum. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan mitra perihal konservasi dan teknologi sumber daya air serta replikasi dalam skala rumah tangga. Implementasi program pengabdian masyarakat dilaksanakan di Desa Kaliori, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Metode pelaksanaan meliputi pengumpulan data dasar kondisi masyarakat, penyuluhan, diseminasi teknologi, dan evaluasi program. Diseminasi teknologi dilakukan di rumah salah satu mitra yang berada di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaliori. Setelah implementasi program, pengetahuan mitra tentang teknologi yang didesiminasikan meningkat. Pada saat program dijalankan, kinerja teknologi PAH dan DV belum bisa diaplikasikan karena kemarau panjang. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mitra belum memiliki keinginan kuat untuk mereplikasi teknologi yang diperkenalkan. Peningkatan pengetahuan mitra tentang pentingnya air hujan bagi pemenuhankebutuhan rumah tangga dan pengisian air tanah diharapkan menjadi budaya baru bagi mitra dalam konservasi sumber daya air.
Strawberry is a commercial fruit. It’s Growth and quality is influenced by soil condition, climate, and its self. Irrigation influences soil characteristic, such as: physical, chemical, and microbiological than influence an environment of its growth. this research used drip irrigation method with debit variation and organic matter composition. RCBD was used in this research. Variation of irrigation debit and organic matter composition are the independent variables, whereas dependent variables ar Afik Hardanto; Asna Mustofa; Sumarni .
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.023.1.%p

Abstract

Strawberry is a commercial fruit. It’s Growth and quality is influenced by soil condition, climate, and its self. Irrigation influences soil characteristic, such as: physical, chemical, and microbiological than influence an environment of its growth. this research used drip irrigation method with debit variation and organic matter composition. RCBD was used in this research. Variation of irrigation debit and organic matter composition are the independent variables, whereas dependent variables are C-Organic, N-available, characteristic of soil, and quality of strawberry fruit. Variation of debit irrigation did not significant influence to C-Organic, whereas organic matter composition had significant influence to C-Organic in 63th, 84th, and 105th day of planting. The highest C-Organic content on D3P3 treatment that is 17.92% and the lowest on D2P2 treatment that is 5.19%. Debit of irrigation influence to N-available content in 105th day of planting. The highest N-available content in D3P1 treatment that is 0.88 ppm, whereas the lowest N-available content in D2P3 treatment that is 0.67 ppm. Result of analysis, debit irrigation had significant influence and could increase fruit weight and reduction sugar-content. Organic matter composition had significant influence to increase fruit weight, vitamin C, total of soluble-solid, and reduction sugar-content. Combination of irrigation debit and organic matter composition had significant influence to fruit weight. In the treatment, debit ofirrigation that make good influence to fruit quality is 300 ml/day/polybag and 1:2 ratio of organic matter composition.Keywords: drip irrigation, organic matter, strawberryDiterima: 16 September 2008; Disetujui: 25 Pebruari 2009
Rancang Bangun Alat Pengering Klanting Tipe Rak dengan Sumber Panas Kompor Listrik Hardanto .; Sulistyo .
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.946 KB) | DOI: 10.19028/jtep.024.1.%p

Abstract

Abstract Klanting is a cassava products that one of special food from Banyumas residence besides Gethuk goreng and Mendoan. Problem from produced of klanting is in drying process of raw material. IKM in Banyumas residence still has been using a conventional method. It use sunshine to dry the product, so it make capacities of klanting production became decrease in rainy season. Aims of the research were: (1) to design the rack dryer equipment for klanting with heat source from electric-stove, (2) to study performance of the equipment. This research used three steps, the steps were: (1) design of dryer equipment, include: functional and structural design, (2) dryer equipment manufacturing, and (3) performance test of dryer equipment include: functional test, reliability test, test without burden and test with burden. Design and manufacture of the equipment was processed in Agricultural Mechanization laboratory, Agricultural Faculty, Jendral Soedirman University. Furthermore, it was tested in UKM Sari Murni, Tamansari village, District Of Karanglewas, Banyumas residence. Result of the research showed that as a functional and structural design it is can operate with dimensions are, length 144 cm, wide 80 cm, and high 100 cm. At performances test without burden showed that the lowest draining in 370C, highest 470C, air stream at inlet equal 6.24x10-2m3/s, air stream exhaust 0.36x10- 2m3/s, while amount energy the required is 0.945 kW. The result of performances test with burden showed that total dryer capacities are 15.00 kg with mean capacities equal to 1.501 kg, lowest temperature in 310C, while highest temperature in 380C, air stream at inlet equal is 6.24x10-2 m3/s, air stream exhaust is 0.224x10-2 m3/s, while amount of energy required to dry klanting is 2.52 kW. Whereas water content of klanting dried by appliance is 28.21%bb or 39.52% bk from water content initial 56.15%bb. Keywords: klanting, rack dryer, electric stove Diterima: 9 November 2009; Disetujui: 16 Maret 2010 
Microclimate Monitoring and Control System in a Plant Factory Using the Internet of Things Ardiansyah -- --; Ikhsan Nur Rahmaan; Eni Sumarni; Afik Hardanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.010.1.49-58

Abstract

Jumlah penduduk Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan, yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk. Hal ini menyebabkan produktivitas tanaman pertanian Indonesia mengalami penurunan. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan plant factory. Plant factory merupakan cara menumbuhkan tanaman dalam lingkungan yang terkendali. Pada plant factory perlu dilakukan monitoring dan kontrol iklim mikro untuk mencapai kondisi iklim mikro yang ideal bagi tanaman. Data iklim mikro dapat dimonitoring secara online dengan memanfaatkan internet of things, sehingga mendapatkan data iklim mikro terbaru dengan lebih cepat (realtime). Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem monitoring dan kontrol iklim mikro berbasis internet of things menggunakan mikrokontroler, serta menganalisis kinerja sistem kontrol dalam mempertahankan kondisi iklim mikro yang optimal. Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu perancangan skema sistem kontrol, perancangan perangkat lunak, perancangan perangkat keras, serta tahap analisis data. Data iklim mikro yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan data aktual dengan set point. Hasil penelitian menunjukan pada running 1 didapat suhu rata-rata sekitar 26,58 oC dan kelembapan rata-rata sekitar 76,22% sedangkan setpoint berada di angka 27 oC dan 75 %. Pada running 2 didapat suhu rata-rata sekitar 25,82 oC dan kelembapan rata-rata sekitar 61,58% sedangkan setpoint berada di 26 oC dan 60 %.
Utilization of Water Power Generator in The Tertiary Irrigation Canal for Paddy’s Pest Handling Lilis Dwi Saputri; Elsa Wulandari; Febri Nur Azra; Afik Hardanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.010.1.41-48

Abstract

The inadequate rice in Indonesian occur due to crop failure. Paddy’s pest (e.g. bird and insect) contributes crop failure significantly. Besides for water delivery, tertiary irrigation canal enable to develop another function such as micro-hydro. The research objective is to find Wapoge (water power generator) that adequate in tertiary irrigation canal for paddy’s pest handling (i.e. birds and insects). Performance test applied with water discharge variability (i.e. 48, 68, and 77 l/s) and 2500 m2 paddy field. Electricity was utilized for light trapping with white LED lamp’s power variablity (i.e. 3, 6, and 9 watt), while motion energy utilized for bird eviction (i.e. scarecrow and sounds). Visual observation was applied on pest counting with three repetition. Water recharge influence on turbine rotation and voltage. Light trapping, with LED 9 watt, show higher performance than 3 and 6 watt significantly. Wapoge adequate on bird eviction significantly during observation time (i.e. morning, noon, and afternoon). Renewable energy should be developed especially on supporting agricultural sector.
Pengaruh Proporsi Sukrosa dan Lama Osmosis Terhadap Kualitas Sari Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) Krissandi Wijaya; Asna Mustofa; Afik Hardanto; Eni Sumarni; Arief Sudarmaji; Susanto Budi Sulistyo; Purwoko Hari Kuncoro; Siswantoro Siswantoro; Agus Margiwiyatno; Ropiudin Ropiudin; Abdul Mukhlis Ritonga; Dian Novitasari
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.866 KB)

Abstract

Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran buah segar yang telah masak. Proses pengolahan produk sari buah umumnya masih dilakukan secara sederhana yaitu dengan metode ekstraksi osmosis. Ekstraksi dengan metode osmosis merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan penambahan sukrosa. Pada metode osmosis, buah-buahan direndam dengan bahan atau sukrosa yang mempunyai tekanan didalam lebih tingggi, sehingga air dari dalam bahan akan keluar kearah media untuk menyeimbangkan tekanan osmosis. Ekstraksi menggunakan gula lalu didiamkan pada suhu rendah yang kemudian terjadi pengeluaran air dari dalam sel buah, sehingga rasa dan aroma yang dihasilkan murni dari buah yang diekstraksi. Dengan menggunakan variasi jumlah proporsi sukrosa dan lama osmosis masing-masing sebesar 1:0.5, 1:0.75, dan 1:1 kemudian lama osmosis yang ditambahkan 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah sari buah naga dengan proporsi buah:sukrosa adalah 1 : 0.5 dan lama osmosis 48 jam. Hasil pengujian untuk kualitas tidak jauh mengalami perbedaan yang signifikan yaitu meliputi pH yang berkisar 3,88 – 4,35, Total Gula 5- 9,73 %brix, dan Total Padatan Terlarut 10 – 10,3 %brix. Kata kunci : Ekstraksi Osmosis, Proporsi buah naga dan sukrosa,  Sari Buah Naga
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk Menilai Kesiapan Implementasi Modernisasi Irigasi Antara Daerah Irigasi Kewenangan Pusat dan Daerah Heru Sulistiawan; Asna Mustofa; Afik Hardanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2020.008.02.07

Abstract

Modernisasi irigasi merupakan proses adaptasi sistem irigasi terhadap perubahan dengan tujuan meningkatkan kinerja sistem irigasi dari aspek manajemen, metodologi, dan komponen sistem. Modernisasi irigasi di Indonesia dilakukan dengan pendekatan lima pilar irigasi yaitu ketersediaan air, sarana prasarana irigasi, institusi/kelembagaan, sistem pengelola, dan sumber daya manusia. Modernisasi dapat diimplementasikan apabila nilai Indeks Kinerja Modernisasi Irigasi (IKMI) pada suatu Daerah irigasi (DI) minimal 80. Nilai IKMI merupakan nilai kesiapan suatu Daerah Irigasi (DI) berdasarkan pada lima pilar modernisasi irigasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kesiapan modernisasi irigasi pada dua kewenangan DI yang berbeda dengan menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian dilaksanakan di dua DI, yaitu DI Serayu (luas 20.795 ha; kewenangan pemerintah pusat) dan DI Karangnangka (390,8 ha; kewenangan pemerintah Kabupaten Banyumas). Pengambilan data dilakukan selama 4 bulan (April-Juli 2019). Berdasarkan nilai IKMI dari dua kewenangan DI, didapatkan bahwa DI Serayu memiliki kesiapan implementasi modernisasi irigasi lebih baik (rerata ~ 79.2) daripada DI Karangnangka (rerata ~49.2). Perhatian pada aspek sistem pengelolaan (0,221) perlu diperhatikan sebelum implementasi modernisasi di DI Serayu sedangkan aspek peningkatan sarana prasarana menjadi faktor penting di DI Karangnangka (0,261). Perbedaan tingkat kesiapan tersebut dimungkinkan karena aspek faktor sumberdaya manusia, luas areal dan kekuatan institusi. Tantangan modernisasi irigasi pada perbedaan sistem pengelolaan adalah fleksibilitas dan adaptasi terhadap keragaman suatu DI.