Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh

Gambaran Morfologi Sel Granulosit dengan Pewarnaan Wright, Giemsa, dan May Grunwald-Giemsa Fathun, Dianingrum; Anggraeni, Rosmita; Suryanto, Suryanto
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 4 No. 4 (2025): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Agustus 20
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v4i4.22721

Abstract

Metode Apusan darah tepi adalah suatu metode dalam mikroteknik yang digunakan untuk membuat preparat. Granulosit disebut juga dengan sel polymorphonuclear (PMN) karena intinya tak beraturan. Salah satu sel yang dapat diamati pada sediaan apus darah tepi adalah jenis leukosit. Leukosit digolongkan menjadi 2 yaitu granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit (leukosit mononuclear). Granulosit mencakup neutrofil, eosinofil, dan basofil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sel granulosit dengan teknik pewarnaan yang berbeda yaitu wright, giemsa, dan May Grunwald-Giemsa. Penelitian ini berguna untuk menentukan teknik pewarnaan mana yang lebih efektif dalam pengamatan sel granulosit, Serta dapat dijadikan referensi bagi institusi dan dapat membantu suatu laboratorium dalam membuat keputusan berbasis bukti tentang pemilihan teknik pewarnaan yang cost effective. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratory dari 30 sampel. Hasil pengamatan sel granulosit yang baik dan buruk dipersentasekan, kemudian dilanjutkan uji statistik dengan uji normalitas (Shapiro wilk) dan uji non parametrik (Kruskal Wallis). Hasil pengamatan sel granulosit dengan pewarnaan Wright lebih baik persentase 96,6%, kemudian pewarnaan May Grunwald-Giemsa persentase 93,3%, sedangkan pewarnaan Giemsa terdapat hasil yang kurang baik dengan persentase 66,6%. Pewarna Wright dan May Grunwald-Giemsa terbukti efektif untuk pewarnaan sel granulosit.
Korelasi Hasil HbA1C dengan Laju Endap Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSA UGM Yogyakarta Andjani Latif, Putri; Anggraeni, Rosmita; Ismarwati, Ismarwati
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 4 No. 5 (2025): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Oktober 20
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v4i5.23354

Abstract

Gangguan produksi atau penggunaan insulin dalam tubuh akan menyebabkan kadar gula darah meningkat, maka penyakit yang dikenal sebagai diabetes melitus dapat berkembang. . Kadar fibrinogen yang tinggi, peradangan, dan disfungsi endotel dapat menyebabkan peningkatan laju sedimentasi eritrosit (ESR) ketika hiperglikemia berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Salah satu tes yang mendukung evaluasi inflamasi kronis pada pasien diabetes melitus adalah LED, sementara HbA1c digunakan untuk menilai kendali glikemik jangka panjang dan memiliki peran dalam proses inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara kadar HbA1c dan LED pada pasien DM tipe II. Metode penelitian menggunakan desain korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan pengambilan data diperoleh dari rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien adalah laki-laki dengan kadar HbA1c > 6,5% (78,1%) dan kadar LED tinggi (82,3%). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan signifikan antara HbA1c dan LED (p = 0,047) dengan kekuatan hubungan yang lemah (r = 0,20). Penggunaan obat, lama sakit, kondisi patologis, dan masalah teknis merupakan beberapa faktor potensial yang dapat menjelaskan tingkat hubungan yang terbatas. Tingkat Protein C-Reaktif (CRP), interleukin-6 (IL-6), dan indikator inflamasi lainnya sebaiknya dimasukkan dalam studi mendatang, bersama dengan metode yang lebih terarah.