Tumbuhan infasif adalah spesies asing atau tumbuhan asli yang mampu secara massif mengkolonisasi habitatnya serta dapat menjadi ancaman pada keanekaragaman hayati. Salah satu tumbuhan invasif yang ada adalah mantangan atau Merremia peltata (L.) Merr. Meski dikenal infasif, tumbuhan mantangan memiliki berbagai kegunaan untuk pengobatan. Pada penelitian ini digunakan sampel daun mantangan yang berasal dari Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Tujuan dilakukannya penelitian ialah untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun mantangan (Merremia peltata (L.) Merr.) terhadap bakteri Gram positif Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,01%, 0,03%, dan 0,05%. Kloramfenikol 30 µg digunakan sebagai kontrol positif. Penelitian ini merupakan uji laboratorium dengan pengulangan sebanyak enam kali. Pada penelitian ini, tanaman mantangan dimaserasi dengan etil asetat untuk mendapatkan ekstrak kasar daun mantangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis pada ekstrak daun mantangan (Merremia peltata (L.) memperlihatkan bahwa ekstrak berwarna hijau tua, kental dan berbau khas. Kemudian didasarkan dari hasil skrining fitokimia dapat diketahui bahwa pada ekstrak etil asetat daun mantangan memiliki senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid/steroid, fenolik dan senyawa saponin. Ekstrak etil asetat mampu mencegah atau menghambat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus aureus. Dengan adanya zona hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menunjukan bahawa adanya efek antibakteri pada ekstrak daun mantangan (Merremia peltata (L.). Zona hambat ekstrak etil asetat dari daun mantangan terdeteksi pada media pertumbuhan dengan konsentrasi 0,01%, 0,03%, 0,05% dan kontrol positif berturut-turut sebesar 1,71 mm, 5,85 mm, 7,46 mm, dan 18,33 mm.