Keterlibatan karyawan merupakan faktor krusial dalam keberhasilan organisasi, terutama bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai negara dengan budaya yang beragam. Dalam lingkungan bisnis global, perbedaan budaya, lokasi geografis, serta gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi tingkat keterlibatan karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap keterlibatan karyawan di organisasi multinasional serta bagaimana faktor budaya memoderasi hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang melibatkan 155 responden dari berbagai cabang perusahaan multinasional. Pengukuran keterlibatan karyawan dilakukan menggunakan Utrecht Work Engagement Scale (UWES), sedangkan gaya kepemimpinan diukur menggunakan Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ). Analisis data dilakukan dengan regresi berganda dan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh paling signifikan terhadap keterlibatan karyawan (β=0.72,p=0.001β=0.72,p=0.001), diikuti oleh kepemimpinan transaksional yang juga berhubungan positif tetapi dengan dampak yang lebih rendah (β=0.45,p=0.015β=0.45,p=0.015). Sebaliknya, kepemimpinan laissez-faire memiliki dampak negatif terhadap keterlibatan karyawan (β=−0.18,p=0.041β=−0.18,p=0.041), yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan ini kurang efektif dalam meningkatkan keterlibatan. Analisis ANOVA juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam keterlibatan karyawan berdasarkan gaya kepemimpinan yang diterapkan (F=8.95,p=0.002F=8.95,p=0.002). Selain itu, faktor budaya berperan penting dalam menentukan efektivitas gaya kepemimpinan. Di wilayah dengan budaya kolektivis seperti Asia, kepemimpinan partisipatif dan transformasional lebih efektif, sementara di wilayah dengan budaya individualis seperti Eropa dan Amerika Utara, kepemimpinan transaksional dan transformasional lebih diterima. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi multinasional harus menyesuaikan strategi kepemimpinan mereka dengan konteks budaya lokal untuk meningkatkan keterlibatan karyawan secara optimal. Oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk memberikan pelatihan kepemimpinan lintas budaya, menerapkan kebijakan komunikasi yang lebih inklusif, serta membangun sistem penghargaan yang sesuai dengan norma dan ekspektasi karyawan di berbagai lokasi operasional.