Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Profil Darah Rusa Totol (Axis axis) Betina Sehat di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT), Universitas Gadjah Mada Adji, Dhirgo; Astuti, Dian
Jurnal Sain Veteriner Vol 38, No 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.077 KB) | DOI: 10.22146/jsv.57360

Abstract

Center for Agrotechnology Innovation, Gadjah Mada University (PIAT), one of the place for development and breeding ground of spotted deer in Yogyakarta, Indonesia. The study of blood profiles was intended to allow veterinarian to understand the normal profile of the spotted deer. Fifteen healthy spotted deers belonging to PIAT were used as experimental animals. The deers were drawn its blood through the jugular vein without the use of anaesthesia. Blood was then accommodated in an EDTA tube, centrifuged at 2500 RPM and analyzed using a Mindray BC-2800 haematology analyzer machine. Based on the results of the study of the blood it were known that  Haemoglobine (Hb) was: 11.5 ± 1.703 g/dl, Red blood cells (RBC) was: 9.3 ± 3.580 106/µl, Packed cell volume (PCV) was: 30.8 ± 6.035 %, Mean corpuscular Volume (MCV) was: 36.8 ± 11.102 fl, Mean corpuscular haemoglobine (MCH) was: 15.0 ± 7.313 pg, Mean corpuscular haemoglobine concentration (MCHC) was: 40.0 ± 14.657 g/dl, White blood cells (WBC) was: 6.4 ± 3.096 103/µl , Neutrophils was: 43.4 ± 21.646, % Basophils was: 0.2 ± 0.168 %, eosinophils was: 0.4 ± 0.447 %, lymphocytes was: 53.4 ± 21.546 % and monocytes was: 2.6 ± 2.394 %. From all of the datas it indicated that blood profiles of PIAT’s spotted deers are different from similar spotted deer blood profiles in India.
Detection of Hydroureter in Rat After Medial and Distal Unilateral Ureteral Obstruction Using Ultrasound Frequency 10 MHz Rickyawan, Nofan; Arifianto, Dinar; Adji, Dhirgo
Veterinary Biomedical and Clinical Journal Vol. 1 No. 1 (2019)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.385 KB) | DOI: 10.21776/ub.VetBioClinJ.2019.001.01.5

Abstract

Unilateral ureteral obstruction can occur in all animals and it is located proximal, medial and distal. Obstruction causes abnormalities in ipsilateral ureters in the form of hydrouterers. The aim of this study was to detect hydroureters in post-unilateral medial and distal ureteric rats using a 10 MHz ultrasonography frequency. Thirty-six female Sprague Dawley rats aged 3 months were divided into 3 treatment groups. Each group consisted of 12 individuals. Group I as a control received laparotomy treatment. Group II laparotomy with medial right-hand ureteral ligation and group III with right distal ureteral ligation. Three rats taken randomly from each group at weeks 1, 2, 3 and 4 post-ligation is then performed ultrasonography. The results of ultrasonography were analyzed descriptively, comparatively but ureteral diameter were analyzed using statistical of 3x4 factorial patterns. Ultrasound examination showed that ligation in one ureter caused rat undergoing unilateral ureteral obstruction and hidroureter. The diameter of the ureter with a hydroureter has increased from the 1st to 4th week. The increase occurs because the urine in the lumen cannot be excreted. The contralateral ureter remains normal and cannot be observed. The conclusion of the study is that hydroureter in rats can be detected using the frequency of 10 MHz ultrasonography which is characterized by anekoic tubular formation posterior to the right kidney. The unilateral ureteral obstruction has no effect on the contralateral ureter because it is still able to compensate for the performance of the ipsilateral ureter that has a hydroureter. The difference in the location of ligation and time of examination affect the increase in ipsilateral ureteral diameter.
Prolapsus Rektum Pada Domba Dorper (Case Report: Rectal Prolapses in Dorper Sheep) Prastiwi, Artina; Adji, Dhirgo; Anggraeni, Rr. Devita; Purnomo, Agus; Ramadhani, Mungky Emma
Jurnal Sain Veteriner Vol 42, No 3 (2024): Desember
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.95250

Abstract

Prolaps rektum merupakan tonjolan jaringan rektal di luar anus. Faktor penyebab prolaps rektum pada hewan muda dan tua meliputi konstipasi, endoparasit, diare, faktor keturunan, kehilangan daya spinchter ani dan pelonggaran selaput lendir rektum. Hewan kasus adalah tiga ekor domba Dorper berasal dari Wonosari, Gunungkidul dengan keluhan prolaps rektum selama 3-4 hari, nafsu makan menurun dan domba masih aktif. Domba pertama betina 50 kg berusia 2.5 tahun, domba kedua betina 30 kg berusia 5 bulan, dan domba ketiga jantan 35 kg berusia 5 bulan. Pemeriksaan fisik menunjukkan gejala klinis primer prolapsus rektum berupa massa silindris memanjang yang menonjol melalui lubang anus, bagian proksimal rectum berwarna merah muda sedangkan bagian distal berwarna merah, serta terdapat peradangan pada mukosa rektum. Tindakan operasi dilakukan untuk reposisi rektum. Premedikasi menggunakan Acepromazine, dilanjutkan injeksi anestesi epidural menggunakan Lidocaine. Anestesi lokal Lidocaine line block diinjeksikan di sekitar anus. Rektum dimasukkan perlahan secara manual, kemudian dilakukan penjahitan di sekeliling anus dengan pola purse string agar rektum tidak kembali prolaps. Terapi post operatif diberikan injeksi antibiotik broad spectrum Amoxicillin dengan sediaan 150 mg/ml (1 ml/10kg BB) dan injeksi antiinflamasi (NSAIDs) Flunixin Meglumine 50 mg/ml (0,02-0,04 ml/kg BB; q12h). Domba Dorper jantan dipotong karena mengalami prolaps rektum berulang dan lemah. 
Penggunaan Ventilator dalam Menunjang Keberhasilan Operasi Hernia Diafragmatika karena Trauma Pada Kucing Lokal Adji, Dhirgo
Jurnal Sain Veteriner Vol 43, No 1 (2025): April
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.69547

Abstract

Ventilator merupakan perangkat vital pada mesin anestesi inhalasi yang sangat diperlukan untuk penanganan hernia diafragmatika, yang banyak ditemukan kasusnya pada kucing, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mayoritas kasus hernia diafragmatika disebabkan akibat trauma, baik karena jatuh dari ketinggian, rudapaksa maupun tertabrak kendaraan bermotor. Operasi penanganan hernia diafragma tergolong sulit dikarenakan hilangnya kemampuan ventilasi akibat sobeknya diafragma akan berakibat kolapsnya paru paru yang rawan menyebabkan kematian. Penggunaan mesin ventilator akan sangat membantu dalam proses operasi, karena ventilasi mekanik akan mempertahankan suplai oksigen secara stabil sampai dengan operasi selesai dilaksanakan. Monitoring stabilitas kondisi pasien sebelum, selama dan sesudah operasi merupakan prosedur yang tidak kalah pentingnya dalam penanganan hernia diafragmatika. Hewan biasanya akan bernafas normal dan menunjukkan perbaikan kondisi dalam beberapa hari setelah operasi selesai.
TINGKAT EFEKTIVITAS GLOVES STERIL INTRAOPERASI DAN PASCAOPERASI LAPAROTOMI Prastiwi, Artina; Adji, Dhirgo; Anggraeni, Devita; Purnomo, Agus; Ramadhani, Mungky Ema
Jurnal Sain Veteriner Vol 43, No 2 (2025): Agustus
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.105484

Abstract

Penggunaan glove bedah steril untuk tindakan laparotomi dilakukan untuk membatasi kontaminasi lokasi pembedahan oleh bakteri di tangan operator bedah dan dengan demikian mengurangi kemungkinan infeksi pascaoperasi. Pada prakteknya pergantian gloves steril selama proses operasi di kalangan praktisi dokter hewan jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat efektifitas penggunaan gloves steril selama proses operasi (intraoperasi) dan post operasi ovariohisterektomi dengan melihat total kuantitas bakteri yang didapatkan pada sampel gloves steril. Dua belas sampel dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampel. Kelompok 1 adalah kontrol, swab pada gloves steril dilakukan sebelum operasi dimulai. Kelompok 2 adalah swab pada gloves steril yang dilakukan pada menit ke 30 setelah operasi dimulai. Variabel 3 adalah swab pada gloves steril yang diambil pada menit ke 60 (post operasi). Durasi operasi ovariohisterektomi yang dilakukan berlangsung selama 48 menit. Swab dilakukan dengan menggunakan sterile swabs yang sudah dibasahi menggunakan NaCl steril, kemudian permukaan gloves dengan luas sekitar 5 cm x 5 cm diusab dan sampel direndam dalam konikel berisi NaCl steril. Sampel kemudian dikirim ke Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM untuk pengujian Total Plate Count (TPC). Data yang diperoleh selanjutnya diuji statistik menggunakan one way ANOVA. Hasil pemeriksaan TPC menggunkan analisis statistik one way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CFU/ml glove control (4550±5193,9), glove pada menit ke-30 operasi (10075±14747,5) dan glove setelah 60 menit operasi (27000±48764,7). Kesimpulan, tingkat efektifitas glove steril pada menit ke-0, ke-30 dan ke-60 operasi tidak menunjukkan perubahan yang signifikan (P>0.05) terhadap jumlah bakteri. Dengan demikian, tidak adanya perubahan signifikan jumlah koloni bakteri selama 48 menit selama operasi berlangsung dan post operasi (menit ke-60), maka penggunaan glove steril tidak perlu diganti dengan syarat tidak terdapat robekan, perforasi mikros atau tusukan pada glove steril.