Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

THE DIFFERENCE ON COMPRESSIVE STRENGTH AND DIMENSIONAL CHANGE OF COMMERCIALLY TYPE III GYPSUM COMPARED TO RECYCLE GYPSUM TYPE III TO PRODUCE WORKING CAST: PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI DAN PERUBAHAN DIMENSI GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG UNTUK MODEL KERJA GIGI TIRUAN Wahyuni, Siti; Tamin, Haslinda Z; Agusnar, Harry
Dentika: Dental Journal Vol. 19 No. 2 (2016): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.682 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v19i2.414

Abstract

Gypsum is derived from pure calcium sulfate dehydrate which is a common material that is commonly used in denture manufacturing process. This study aimed to know the difference on compressive strength and dimensional change of commercially type III gypsum compared to recycle type III gypsum to produce working cast. The type of research is laboratory experiment. A total of 40 samples for each test is divided into five groups which consists of commercial type III gypsum, pure recycled type III gypsum, pure recycled type III gypsum with 10%, 20%, 30% type III commercial gypsum. The difference on compressive strength and dimensional change between the groups was analyzed using one way ANOVA and is them tested with LSD test. The result showed that there was a significant difference (p<0,05) between compressive strength and dimensional change of commercial type III gypsum compared to pure recycled type III gypsum and pure recycled type III gypsum with 10%, 20% and 30% type III commercial gypsum. In conclusion, addition of 30% commercial gypsum in recycled gypsum the compressive strength was higher than other recycled gypsum types.
PEMBUATAN KITOSAN PERAK SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN ZINK (Zn) PADA AIR SUNGAI DESA KOPAS KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN ASAHAN Agusnar, Harry; Chairuddin; Hannani, Nabilah
ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2018): ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.398 KB) | DOI: 10.32734/abdimastalenta.v3i2.4161

Abstract

Penelitian pembuatan kitosan yang dimodifikasi dengan larutan AgNO3 menjadi kitosan perak sebagai adsorben untuk menurunkan kadar logam besi (Fe) dan zink (Zn) pada air sungai desa Kopas kecamatan simpang empat kabupaten asahan telah dilakukan. Pada penelitian ini, didahului dengan pembuatan kitosan perak dengan melarutkan kitosan komersial dan asam asetat 1% serta dicampurkan dengan larutan AgNO3 0,5 M dengan rasio 2:1 lalu diteteskan kedalam larutan NaOH 2 M yang kemudian membentuk gel (bead) berwarna hitam. Kitosan perak yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam kolom, lalu ditambahkan dengan 50 mL sampel yang telah didestruksi dan sudah diketahui kadar logam Fe dan Zn sebesar 1,5175 mg/L dan 0,7218 mg/L. Didiamkan berdasarkan variasi waktu kontak selama 30, 45, dan 60 menit. Penentuan penurunan kadar logam yang telah di adsorbsi oleh kitosan perak dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses adsorpsi diperoleh persentase penyerapan logam Fe 82,154% dan logam Zn 84,871 % pada waktu kontak optimum penyerapan yaitu 45 menit.
Nonporous Chitosan/Collagen Scaffold for Skin Tissue Engineering . Suryati; Harry Agusnar; Saharman Gea; Syafruddin Ilyas
Proceedings of The Annual International Conference, Syiah Kuala University - Life Sciences & Engineering Chapter Vol 2, No 2 (2012): Engineering
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.182 KB)

Abstract

This study aimed to determine film characteristics of chitosan/collagen scaffold for tissue engineering applications. Scaffold prepared using freeze drying method. Surface structure and biological testing chitosan/collagen scaffold crosslinking reagent addition Glutaraldehide studied using Scanning Electron Microscopy test (SEM) and Microscope inverted. Variations in the ratio of chitosan/collagen (10:0, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5 4:6, 3:7, 2:8, 0:10), and treated with a crosslinking reagent 0.25% of Glutaraldehyde (GA) of the total weight of the polymer. The next process dissolving and mixing, followed by printing in glass moulds (7,5x7,5) with a thickness of 5 mm. This was followed by the freezing and drying with a freeze dryer. Scaffold chitosan/collagen ratio of 80:20 and a concentration of 0.25% GA showed growth of human skin fibroblast cells most and nonporous surface structure. This study is part of a study of the processing of chitosan/collagen scaffold for applications in tissue engineering
Perubahan elemen resin komposit mikrohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan Kholidina Imanda Harahap; Sumadhi Sastrodihardjo; Harry Agusnar
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 3 (2013): Vol 2 No 3 Juni 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.736 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i3.128

Abstract

Kondisi lingkungan rongga mulut ketika pemakaian bahan restorasi resin komposit merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi sifat resin komposit tersebut. Paparan saliva terhadap resin komposit menimbulkan proses penyerapan air. Penyerapan air pada resin komposit selain dapat menurunkan sifat mekanis dan ketahanannya terhadap keausan, juga dapat merusak ikatan antara matriks dengan filler menyebabkan lepasnya beberapa unsur di dalam resin komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan elemen resin komposit mikrohibrid yang terjadi setelah perendaman di dalam saliva buatan. Pada penelitian ini resin komposit mikrohibrid (Solare F, GC, Jepang) dibuat menjadi sampel berbentuk tablet berdiameter 15 mm dan ketebalan 1 mm. Setelah penyinaran dengan visible blue light selama 20 detik, sampel direndam di dalam saliva buatan dan disimpan di dalam inkubator 37ºC selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Elemen pada sampel diperiksa dengan menggunakan SEM-EDX (Jeol, JSM-6510LA, Jepang). Dari hasil pemeriksaan terlihat penurunan persentase berat unsur karbon, dari 41,34%berat menjadi 38,58%berat, 33,30%berat, 31,19%berat dan 26,06% berat masing-masing setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Jumlah unsur silikon berubah dari 22,27%berat menjadi 18,80%berat, 21,71%berat, 21,20%berat dan 22,26%berat setelah perendaman. Sedang jumlah oksigen terjadi peningkatan dari 19,02%berat menjadi 34,53%berat, 36,10%berat, 38,80%berat dan 41,54%berat. Terdeteksi juga unsur lain berupa kalium sebanyak 3,22%berat, 4,00%berat, 3,86%berat dan 3,72%berat setelah perendaman 2, 4, 6, dan 8 jam. Unsur magnesium pada komposit resin setelah perendaman 2 jam terdeteksi sebanyak 0,47%berat dan pada 8 jam sebanyak 0,98%berat. Dengan terjadinya penyerapan cairan pada resin komposit menyebabkan pelepasan beberapa unsur yang terkandung pada resin komposit.
Efek Antibakteri Sea Cucumber (Stichopus Variegatus) Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis (In Vitro) Gita Tarigan; Trimurni Abidin; Harry Agusnar
Cakradonya Dental Journal Vol 6, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.166 KB)

Abstract

Tujuan perawatan endodonti adalah untuk mengeliminasi mikroorganisme dan beberapa produk dari saluran akar sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut. Banyak bakteri yang terdapat pada saluran akar salah satunya adalah bakteri anaerob yaitu Enterococcus faecalis, bakteri ini umumnya bakteri yang paling banyak ditemukan dalam saluran akar. Umumnya bakteri ini didapat karena adanya kegagalan dalam perawatan saluran akar. Bahan medikamen yang umumya digunakan di klinik adalah kalsium hidroksida. Sea cucumber adalah salah satu bahan alam yang sudah banyak digunakan dibidang kesehatan. Oleh karena itu, sea cucumber diteliti sebagai salah satu bahan medikamen saluran akar dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis. Efek sea cucumber pada bakteri Enterococcus faecalis dapat dilihat pada konsentrasi (0,1%, 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,4%, 0,5%) dan waktu (4, 6, 8, dan 24 jam) lalu dilakukan pengukuran viabilitas dengan menggunakan 3-(4,5-dimethythiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazoliun bromide (MTT) assay dan dibaca dengan microplate reader panjang gelombang 650 nm. Hasil penelitian didapat sea cucumber memiliki efek terhadap Enterococcus faecalis pada waktu 4, 6 konsentrasi yang terbaik adalah 0,3% , sedangkan pada waktu 8 jam konsentrasi yang terbaik dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis adalah 0,5%. Konsentrasi yang paling kecil yaitu 0,2% didapat pada waktu 24 jam. Secara statistik Sea Cucumber memiliki efek terhadap Enterococcus faecalis dengan hasil yang signifikan (p0,05). Sebagai kesimpulan, sea cucumber efektif terhadap Enterococcus faecalis.
Efek Antibakteri Sea Cucumber (Stichopus Variegatus) Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis (In Vitro) Gita Tarigan; Trimurni Abidin; Harry Agusnar
Cakradonya Dental Journal Vol 6, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : FKG Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan perawatan endodonti adalah untuk mengeliminasi mikroorganisme dan beberapa produk dari saluran akar sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut. Banyak bakteri yang terdapat pada saluran akar salah satunya adalah bakteri anaerob yaitu Enterococcus faecalis, bakteri ini umumnya bakteri yang paling banyak ditemukan dalam saluran akar. Umumnya bakteri ini didapat karena adanya kegagalan dalam perawatan saluran akar. Bahan medikamen yang umumya digunakan di klinik adalah kalsium hidroksida. Sea cucumber adalah salah satu bahan alam yang sudah banyak digunakan dibidang kesehatan. Oleh karena itu, sea cucumber diteliti sebagai salah satu bahan medikamen saluran akar dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis. Efek sea cucumber pada bakteri Enterococcus faecalis dapat dilihat pada konsentrasi (0,1%, 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,4%, 0,5%) dan waktu (4, 6, 8, dan 24 jam) lalu dilakukan pengukuran viabilitas dengan menggunakan 3-(4,5-dimethythiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazoliun bromide (MTT) assay dan dibaca dengan microplate reader panjang gelombang 650 nm. Hasil penelitian didapat sea cucumber memiliki efek terhadap Enterococcus faecalis pada waktu 4, 6 konsentrasi yang terbaik adalah 0,3% , sedangkan pada waktu 8 jam konsentrasi yang terbaik dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis adalah 0,5%. Konsentrasi yang paling kecil yaitu 0,2% didapat pada waktu 24 jam. Secara statistik Sea Cucumber memiliki efek terhadap Enterococcus faecalis dengan hasil yang signifikan (p0,05). Sebagai kesimpulan, sea cucumber efektif terhadap Enterococcus faecalis.
Efficiency of Reverse Osmosis Usage in Drinking Water Depots to Reduce Iron (Fe3+), Copper (Cu2+) and Zinc (Zn2+) Ion Levels Alfian, Zul; Siahaan, M. Arifin; Agusnar, Harry
Journal of Chemical Natural Resources Vol. 6 No. 2 (2024): Journal of Chemical Natural Resources
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/jcnar.v6i2.18374

Abstract

Research on the efficiency of reverse-osmosis drinking water depot to decreased levels of iron (Fe3+), Copper (Cu2+) and Zinc (Zn2+) ions have been done. The raw, the treated, and waste water are filtered using reverse osmosis (RO) three times a week. HNO3 then was added to the sample until it reached 15 mL. The determination of the concentration of the three ions was performed using atomic absorption spectrophotometer (AAS). The results showed a decrease  of Fe3+ concentration of 73.21%, for Cu2+ decrease by 80.25%, while Zn2+ decrease by 82.08%. For waste water obtained iron ion concentration of 0.1794 mg/L, for Cu2+ by 0.0239 mg/L, while Zn2+ by 0.0962 mg/L.
Determination of Metal Cadmium (Cd), Copper (Cu), Iron (Fe) and Zinc (Zn) in Drinking Water from The Boring Well of Surbakti Village, Karo District by Atomic Absorption Spectrophotometry Method Alfian, Zul; Lubis, Ria Ardianti; Agusnar, Harry
Journal of Chemical Natural Resources Vol. 6 No. 2 (2024): Journal of Chemical Natural Resources
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/jcnar.v6i2.18394

Abstract

Water is an essential requirement for human existence. In addition to traditional water usage, water is essential for enhancing the quality of human existence and facilitating industrial and technological endeavors. An investigation was conducted on the contents of Cadmium (Cd), Copper (Cu), Iron (Fe), and Zinc (Zn) in drinking water from drilled wells in Surbakti Village, Karo District, employing Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) techniques. Sampling occurred during weeks 1, 2, 3, 4, and 5 and was subsequently digested with concentrated nitric acid until a volume of 15 mL was attained. The metal concentrations of Cd, Cu, Fe, and Zn were quantified using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) using a calibration curve. The findings indicated a concentration of Cd at 0.0031 mg/L, Cu at 0.0470 mg/L, Fe at 0.2741 mg/L, and Zn at 0.2929 mg/L. In this instance, Cd produced a greater concentration of drinking water standards compared to Cu, Fe, and Zn. Nonetheless, it nonetheless met the drinking quality standards established by Regulation Minister of Health No. 492/Menkes/Per/VII/2010.  
Efektivitas daya hambat gel kitosan kepiting hitam (Scylla serrata) terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro : studi eksperimental Pradiva, Muhammad Naufal; Rusdy, Hendry; Agusnar, Harry
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 9, No 1 (2025): February 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v9i1.61691

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Kitosan merupakan biomaterial polimer yang diperoleh dengan deasetilasi kitin yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam produk olahan. Kitosan dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans yaitu salah satu jamur yang berperan dalam proses terjadinya karies gigi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas gel kitosan kepiting hitam (Scylla serrata) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan desain kelompok kontrol post-test only. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan Candida albicans ATCC 10231. Penelitian dilakukan menggunakan metode disc diffusion method untuk menguji daya hambat gel kitosan kepiting hitam 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5% terhadap Candida albicans. Teknik analisis data yang digunakan yaitu One-way ANOVA. Hasil: Daya hambat gel kitosan Scylla serrata dengan konsentrasi 0,5% tidak memiliki daya hambat terhadap Candida albicans. Namun berbeda dengan gel kitosan Scylla serrata dengan konsentrasi 1%, 1,5 %, 2 %, 2,5 % memiliki daya hambat terhadap Candida albicans. Daya hambat kelompok kontrol positif (ketoconazole) lebih efektif dalam menghambat Candida albicans dibandingkan dengan gel kitosan pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5%. Simpulan: Gel kitosan yang berasal dari Scylla serrata memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans. Temuan ini mengindikasikan potensi gel kitosan sebagai agen antijamur yang efektif, yang dapat digunakan dalam pengembangan terapi untuk mengatasi infeksi jamur.KATA KUNCI: Antijamur, Candida albicans, kitosan kepiting hitam (scylla serrata), kitin, karies Effectiveness of black crab (Scylla serrata) chitosan gel in inhibiting the growth of Candida albicans in vitro: experimental study ABSTRACTIntroduction: Chitosan is a polymer biomaterial obtained by deacetylation of chitin which is widely used for various processed products. Chitosan can inhibit the growth of Candida albicans, which is one of the fungi that play a role in the process of dental caries. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of black crab (Scylla serrata) chitosan gel in inhibiting the growth of Candida albicans. Methods: This study used a laboratory experimental method with a posttest only control group design. The sample used in this study was Candida albicans ATCC 10231 preparation. The study was conducted using a disc diffusion method to test the inhibition of black crab chitosan gel 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5% against Candida albicans. The data analysis technique used was One-way ANOVA. Results: The inhibition of Scylla serrata chitosan gel with a concentration of 0.5% has no inhibition against Candida albicans. However, it is different with Scylla serrata chitosan gel with a concentration of 1%, 1.5%, 2%, 2.5% has inhibition against Candida albicans. The inhibition of the positive control group (ketoconazole) was more effective in inhibiting Candida albicans than the chitosan gel at concentrations of 1%, 1.5%, 2%, and 2.5%. Conclusion: Chitosan gel derived from Scylla serrata has the ability to inhibit the growth of Candida albicans. This finding indicates the potential of chitosan gel as an effective antifungal agent, which can be used in the development of therapies to treat fungal infections.KEY WORDS: Antifungal, Candida albicans, black crab chitosan (scylla serrata), chitin, caries
Efek Antibakteri Sea Cucumber (Stichopus Variegatus) Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis (In Vitro) Tarigan, Gita; Abidin, Trimurni; Agusnar, Harry
Cakradonya Dental Journal Vol 10, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : FKG Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/cdj.v10i1.10389

Abstract

Tujuan perawatan endodonti adalah untuk mengeliminasi mikroorganisme dan beberapa produk dari saluran akar sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut. Banyak bakteri yang terdapat pada saluran akar salah satunya adalah bakteri anaerob yaitu Enterococcus faecalis, bakteri ini umumnya bakteri yang paling banyak ditemukan dalam saluran akar. Umumnya bakteri ini didapat karena adanya kegagalan dalam perawatan saluran akar. Bahan medikamen yang umumya digunakan di klinik adalah kalsium hidroksida. Sea cucumber adalah salah satu bahan alam yang sudah banyak digunakan dibidang kesehatan. Oleh karena itu, sea cucumber diteliti sebagai salah satu bahan medikamen saluran akar dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis. Efek sea cucumber pada bakteri Enterococcus faecalis dapat dilihat pada konsentrasi (0,1%, 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,4%, 0,5%) dan waktu (4, 6, 8, dan 24 jam) lalu dilakukan pengukuran viabilitas dengan menggunakan 3-(4,5-dimethythiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazoliun bromide (MTT) assay dan dibaca dengan microplate reader panjang gelombang 650 nm. Hasil penelitian didapat sea cucumber memiliki efek terhadap Enterococcus faecalis pada waktu 4, 6 konsentrasi yang terbaik adalah 0,3% , sedangkan pada waktu 8 jam konsentrasi yang terbaik dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis adalah 0,5%. Konsentrasi yang paling kecil yaitu 0,2% didapat pada waktu 24 jam. Secara statistik Sea Cucumber memiliki efek terhadap Enterococcus faecalis dengan hasil yang signifikan (p0,05). Sebagai kesimpulan, sea cucumber efektif terhadap Enterococcus faecalis.