Putu Agustana
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

UPAYA PEMBERDAYAAN DALAM PENGELOLAAN “BUPDA” DI DESA POH BERGONG KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG I Kadek Senimayura; Putu Agustana
Locus Vol 12, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.586 KB) | DOI: 10.37637/locus.v12i2.601

Abstract

Upaya pengentasan kemiskinan melalui peningkatan peran desa adat sangat tepat dilakukan khususnya di Bali. Berdasarkan amanat Perda. Propinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat, maka Desa Adat Poh Bergong lewat sebuah perarem membentuk Baga Utsaha Padruwen Desa Adat ( BUPDA ) yang dikelola oleh desa adat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1) bagaimanakah memberdayakan usaha-usaha yang tergabung dalam BUPDA Desa Adat Poh Bergong ?; 2) bagaimanakah menciptakan dan meningkatkan produk unggulan BUPDA Desa Adat Poh Bergong? Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan metode penelitian kualitatif dengan maksud memperoleh gambaran yang mendalam tentang upaya pemberdayaan dalam pengelolaan BUPDA Desa Adat Poh Bergong. Pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan pemanfaatan dokumen. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pemberdayaan usaha-usaha yang tergabung dalam BUPDA Desa adat Poh Bergong dilakukan melalui penguatan usaha dengan memberikan kewenangan secara penuh kepada pengelola BUPDA dan membangun fasilitas pendukung usaha, pemberian bantuan modal usaha, serta pembinaan manajemen usaha kepada pengelola BUPDA. Upaya untuk menciptakan dan meningkatkan produk-produk unggulan BUPDA Desa Adat Poh Bergong dilakukan dengan pemberian pelatihan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, sosialisasi terhadap produk melalui media sosial, dan pengembangan usaha dengan merencanakan untuk membangun pasar desa adat yang akan dikelola oleh BUPDA.
Komunikasi Perbekel Dalam Penanganan Covid-19 di Desa Silangjana Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Gede Indra Permana Sanjaya; Putu Agustana
Locus Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.708 KB) | DOI: 10.37637/locus.v14i1.929

Abstract

Dalam situasi saat ini dimana pandemi Covid-19 sedang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia bahkan dunia, sebagai seorang pemimpin, Perbekel harus selalu menjalin komunikasi yang baik dan intens dengan seluruh pihak yang terkait dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Beberapa pokok permasalahan dapat dirumuskan yaitu : 1) bagaimanakah komunikasi perbekel dalam penanganan Covid-19 di Desa Silangjana ?; 2) apakah faktor penghambat komunikasi perbekel dalam penanganan Covid-19 di Desa Silangjana?; dan 3) bagaimanakah solusi menangani hambatan komunikasi perbekel dalam penanganan Covid-19 di Desa Silangjana ? Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, wawancara dan pemanfaatan dokumen. Analisis data dilakukan dengan tahapan ;pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta simpulan dan verifikasi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa komunikasi perbekel dalam penanganan Covid-19 di Desa Silangjana dilakukan dengan komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi vertikal dilakukan dengan pemerintahan yang lebih tinggi yakni kecamatan dan kabupaten. Juga komunikasi horisontal dengan instansi yang sejajar seperti Desa Adat,Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Faktor yang menghambat komunikasi perbekel dalam penanganan Covid-19 di Desa Silangjana meliputi faktor internal yakni dari pengirim dan penerima pesan, serta proses pengiriman pesan. Faktor eksternalnya berasal dari gangguan penggunaan media dan bahasa dalam komunikasi tersebut. Solusi dalam mengatasi hambatan tersebut : untuk hambatan internal, pengirim dan penerima pesan berusaha menenangkan diri dulu sebelum berkomunikasi, serta dengan menguasai terlebih dahulu informasi yang akan disampaikan. Untuk solusi eksternal adalah dengan memasang jaringan internet di kantor desa, dan juga mencari tempat yang bagus sinyalnya sebelum berkomunikasi. Hambatan dari penggunaan bahasa bisa diatasi dengan membuat kesepakatan tentang bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, serta menghindari menggunakan bahasa-bahasa gaul dan bahasa yang formal dan kaku.
PERAN PERBEKEL DALAM PENGENDALIAN KONFLIK DI DESA KUBUTAMBAHAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG Putu Ermy Haryanti; Putu Agustana
Locus Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.894 KB) | DOI: 10.37637/locus.v11i2.281

Abstract

Konflik sosial merupakan fenomena dinamika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan masyarakat, bahkan konflik selalu hadir dalam setiap hubungan kerja antara individu dan kelompok. Adanya konflik dalam organisasi tidak harus dihindari melainkan harus dapat dikelola secara baik sebagai pendorong kemajuan organisasi. Suatu organisasi sebagai sistem terbuka yang berada dalam ruang lingkupnya sudah tentu dapat menerima pengaruh dari lingkungan itu sendiri. Demikian halnya Desa sebagai suatu lembaga juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Dalam hal ini peran pemimpin seperti halnya Perbekel menjadi sangat penting dalam menanggulangi suatu konfik.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: 1. Perbekel Desa Kubutambahan dalam pengendalian konflik bersifat preventif telah menjalankan peran melalui: a). Pemberian edukasi atau pendidikan, mengedukasi ini adalah menyadarkan masyarakat, dari yang tidak mau menjadi mau, serta memberikan pemahamankepada masyarakat. b). Pemberian sosialisasi, sosialiasai dilaksanakan menjelang hari raya maupun saat ada kegiatan warga yang melibatkan banyak orang. c).Pengawasan dilaksanakan secara rutin dengan mengawasi tingkah laku, atau interaksi sosial masyarakat. 2. Perbekel Desa Kubutambahan dalam pengendaliankonflik bersifat refrensif juga sudah berperan dengan baik yang dilaksanakan dalam pengendalian konflik melalui : a). Pemberian teguran dan b). Pemberian petunjuk / nasehat.
Manajemen Pengelolaan Sampah Melalui TPS3R ( Tempat Pengolahan Sampah Reuse-Reduce-Recycle) di Desa Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Luh Evi Trisnawati; Putu Agustana
Locus Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.923 KB) | DOI: 10.37637/locus.v9i1.81

Abstract

TPS3R merupakan pengelolaan sampah dengan konsep 3R merupakan paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi di semua tingkatan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi. Pelaksanaan 3R (Reuse-Reduce-Recycle) tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya. Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat yang diarahkan kepada daur ulang sampah. Kegiatan yang dilakukan TPS3R di Desa Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng yaitu pengumpulan sampah, Pemilahan Sampah, Daur Ulang Sampah, dan pembuatan Pupuk Kompos. Temuan menunjukkan ada tiga hal yang dilakukan dalam TPS3R, 1) melakukan Perencanaan Pengelolaan Sampah melalui TPS3R; 2) melaksanakan pengelolaan sampah dengan konsep 3R (Reuse-Reduce-Recycle) dengan konsisten dan 3) pengawasan dari dinas terkait. Kendala di hadapi sosialisasi masih kurang, rendahnya partisipasi dan belum menjadi kebiasaan dalam memilah sampah dan tidak tersedianya peraturan desa tentang pengelolaan sampah. Rekomendasi yang diberikan, adalah meningkatkan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia pengelola sampah, meningkatkan partisipasi masyarakat dan menyusun serta memberlakukan peraturan desa dalam pengelolaan sampah terpadu.
MENGURAI BENANG KUSUT GOLONGAN PUTIH Putu Agustana
Locus Vol 11, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.487 KB) | DOI: 10.37637/locus.v11i1.273

Abstract

Istilah Golput ( Golongan Putih ) pertama kali muncul muncul pada Pemilihan Umum Tahun 1971. Golput adalah istilah yang diberikan kepadaorang-orang yang tidak memberikan suaranya dalam Pemilu di Indonesia. Selanjutnya fenomena Golput itu bekembang menjadi suara yang rusak dan semuaorang yang tidak datang memberikan suaranya dalam Pemilu, karena sikap politik memprotes, atau karena tidak terdaftar sebagai pemilih atau karena alasan lainnya. Fenomena Golput juga merupakan refleksi budaya politik individu-individu dalam berpartisipasi dalam kegiatan politik. Secara akademis dapat disebutkan bahwa fenomena golput juga mudah muncul, karena calon pemilih datang ke kotak suara untuk memberikan suaranya dalam pemilihan umum, adalah hak dan bukan kewajiban. Berdasarkan hal tersebut maka partisipasi politik dalam pemilihan umum, memang bersifat sukarela (voluntary)
MANAJEMEN DRAINASE DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG (PUTR) KABUPATEN BULELENG DALAM MENGATASI BANJIR DI KOTA SINGARAJA I Gede Deky Suwareka Utama; Putu Agustana
Locus Vol 13, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.179 KB) | DOI: 10.37637/locus.v13i2.766

Abstract

Banjir atau genangan merupakan permasalahan yang serius di Kota Singaraja, hal ini disebabkan karena kurangnya daerah resapan air,banyak saluran dimensinya diperkecil dan ditutup plat beton oleh masyarakat, adanya sedimentasi, saluran drainase masih belum berfungsi sebagai saluran irigasi, dan dimanfaatkan untuk tempat membuang sampah. Penulis merumuskan masalah: 1). Bagaimanakah manajemen drainase Dinas PUTR Kabupaten Buleleng dalam mengatasi banjir di Kota Singaraja?; 2). Apakah kendala manajemen drainase Dinas PUTR Kabupaten Buleleng dalam mengatasi banjir di Kota Singaraja?; 3). Apakah solusi dari kendala manajemen drainase Dinas PUTR Kabupaten Buleleng dalam mengatasi banjir di Kota Singaraja? Untuk menjawab permasalahan, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud memperoleh gambaran yang jelas tentang manajemen drainase Dinas PUTR Kabupaten Buleleng di Kota Singaraja. Pengambilan informan menggunakan teknis purposive sampling.Sedangkan pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik pemanfaatan dokumen. Analisis data dilakukan dengan tahapan: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta simpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen drainase Dinas PUTR Kabupaten Buleleng dalam mengatasi banjir di Kota Singaraja baik Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengawasan sudah baik. Kendala internal adanya keterbatasan anggaran APBD.Solusinya memohon bantuan dana/program ke pemerintah pusat dan provinsi. Kendala eksternal adanya lintas kewenangan, masyarakat masih membuang sampah di saluran.Solusinya: jangka pendek mengoptimalkan tenaga drainase; jangka menengah secara bertahap melaksanakan pembangunan saluran/sodetan; dan jangka panjang mulai berpikir membangun Rusunawa  atau Rusunami  di daerah Kampung Anyar.
PEMBERDAYAAN KOMUNITAS KOLOK DI DESA BENGKALA KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG Putu Agustana
Locus Vol 13, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.259 KB) | DOI: 10.37637/locus.v13i1.704

Abstract

Konsep pemberdayaan pada awalnya merupakan gagasan yang menempatkan manusia sebagai subyek di dunianya, karena itu wajar apabila konsep ini merupakan kecenderungan ganda, yaitu :pertama, Pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat. organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya. Ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua Kecenderungan skunder, menekankan pada proses menstimulasi mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Dalam penelitian ini diajukan dua permasalahan yaitu bagaimanakah makna pemberdayaan komunitas kolok Desa Bengkala sebagai kecenderungan primer? dan bagaimanakah  makna pemberdayaa komunitas kolok Desa Bengkala sebagai kecenderungan sekunder? Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam kualitatif, teknik informan yang digunakan adalah purpose sampling, adalah teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu yaitu Perbekel, Kelian Dusun, Sekretaris Desa ,Pengelola KEM, Perangkat desa, masyarakat. Analisis interaktif Miles & Hubermen digunakan untuk melakukan proses menggorganisasikan dan mengurutkan data, mencapai kedalam pemahaman inquiri, katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan makna dalam penelitian. Hasil penelitian menyimpulkan; (1) makna pemberdayaan komunitas kolok Desa Bengkala sebagai kecenderungan primer dilakukan melalui berbagai upaya baik bersifat internal dari komunitas kolok itu sendiri maupun upaya eksternal melalui CSR Pertamina dalam rangka menentukan pilihan-pilihan personal dan kesempatan hidup serta kemampuan dalam membuat keputusan mengenai gaya hidup, mendefinisian kebutuhan yang mencakup kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya, dan kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas tanpa tekanan, (2) makna pemberdayaan komunitas kolok Desa Bengkala sebagai kecenderungan sekunder dilaksanakan melalui berbagai cara yang lebih menitik beratkan kepada peran pihak luar yakni CSR Pertamina untuk membina dan memotivasi serta memfasilitasi berbagai usaha ekonomi dalam rangka mempunyai kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, memobilisasi sumber-sumber formal maupun informasi dan kemasyarakatan, memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi dan distribusi. Hasil temuan merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut; (1) hendaknya dalam pemberdayaan kepada komunitas kolok selalu mengutamakan kepentingan mereka yang menempatkan manusia sebagai subyek di dunianya, sehingga mampu memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan atau kemampuan kepada mereka, (2) hendaknya dalam pemberdayaan kepada komunitas kolok tetap menekankan pada proses menstimulasi atau mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.
Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng Nyoman Sri Merta Yastini; Putu Agustana
Locus Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.061 KB) | DOI: 10.37637/locus.v10i1.87

Abstract

Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng, melalui seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), terus berusaha meningkatkan semangat kerja pegawainya dengan cara menyusun struktur yang lebih baik serta melakukan mutasi kerja. Dalam bidang pertanian dan peternakan, melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Buleleng sudah mampu meningkatkan kualitas hasil pertanian dan peternakannya. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng selalu berusaha agar para pegawainya mempunyai semangat kerja yang tinggi, sebab apabila Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng mampu meningkatkan semangat dan kegairahan kerja maka akan diperoleh banyak keuntungan, pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan dapat dikurangi, absensi dapat diperkecil, kemungkinan perpindahan pegawai dapat diperkecil seminimal mungkin, sehingga produktivitas dan kinerja pegawai dapat ditingkatkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui mutasi dan semangat kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Buleleng serta untuk mengetahui adanya pengaruh mutasi terhadap semangat kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Buleleng. Responden dalam penelitian ini sebanyak 42 orang pegawai. Kemudian dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan regresi sederhana dengan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini diperoleh hasil yaitu mutasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap semangat kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Buleleng. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi sebesar 0,988. Secara keseluruhan besar pengaruh mutasi terhadap semangat kerja Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Buleleng adalah sebesar 95,3% dan sisanya sebesar 4,7% dipegaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
PENTINGNYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL Putu Agustana
Locus Vol 12, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.274 KB) | DOI: 10.37637/locus.v12i1.288

Abstract

Hakikat pembangunan masyarakat adalah community base development atau pembangunan masyarakat dari bawah (bottom-up). Ditinjau dari sisi pemerintah (government), pembangunan masyarakat merupakan hasil dari perencanaan yang sistematis dari atas yang menempatkan masyarakat sebagai pelaksana (subjek pembangunan). Kendati demikian, dalam perencanaan pembangunan masyarakat ada klausul yang menyatakan bahwa masyarakat adalah subjek pembangunan,namun pada akhirnya keterlibatan dalam proses perencanaan dari bawah sulitsekali dilaksanakan.
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN PARIWISATA DI DESA UMEANYAR KECAMATAN SERIRIT KABUPATEN BULELENG Ketut Mei Ardika; Putu Agustana
Locus Vol 13, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.587 KB) | DOI: 10.37637/locus.v13i1.705

Abstract

Pariwisata merupakan salah satu andalan dalam menunjang perkembangan pembangunan di Bali. Desa Umeanyar merupakan salah satu desa yang menjadikan pariwisata sebagi andalan dalam membangun desanya. Untuk itu dalam pengelolaannya mensinergikan kebijakan antara desa dinas dengan desa adat, dengan menjadikan panorama alam dan budaya lokal sebagai daya tarik wisata. Dari hasil penelitian ditemukan fakta bahwa kebijakan pengelolaan pariwisata di desa Umeanyar merupakan sinergi antara kebijakan desa dinas dan desa adat. Kedua lembaga tersebut berusaha memanfaatkan sebaik mungkin sumber daya pariwisata yang dimiliki. Hal-hal yang menjadi faktor pendukung pariwisata diantaranya adalah objek-objek wisata yang menarik dengan keindahan alam yang ada, proses perijinan yang tidak rumit serta tersedianya sarana fasilitas pariwisata yang memadai. Faktor penghambatnya adalah adanya pembagian yang tidak adil terhadap hasil pungutan restribusi pariwisata yang dirasakan oleh desa dinas. Juga kurangnya kesadaran masyarakat mematuhi aturan yang telah ditetapkan serta kurangnya promosi dan pemasaran terhadap objek-objek wisata yang ada. Selanjutnya, perkembangan pariwisata di desa Umeanyar berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Secara ekonomi terjadi peningkatan taraf kehidupan bagi mereka yang bekerja di sektor pariwisata. Terjadinya perkawinan transnasional antara warga desa Umeanyar dengan warga negara asing. Juga adanya pembagian sembako kepada para lansia setiap bulannya dan adanya pemberian les bahasa Inggris oleh tamu asing kepada anak-anak sekolah.