Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KOH 5% untuk Terapi Alternatif Kondiloma Akuminata di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer Saputera, Monica Djaja
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 6 (2018): Penyakit Dalam
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.512 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i6.662

Abstract

Kondiloma akuminata atau kutil kelamin merupakan infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang ditandai dengan lesi vegetasi bertangkai atau papil yang berjonjot. Salah satu terapi yang sedang dikembangkan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia, adalah KOH 5%. KOH 5% merupakan larutan basa kuat bersifat keratolitik, yang memiliki beberapa keuntungan dibandingkan terapi lain. KOH 5% diharapkan dapat digunakan sebagai terapi alternatif kondiloma akuminata di setiap pusat pelayanan kesehatan primer di Indonesia.Condylomata akuminata or genital warts is an infection of Human Papilloma Virus (HPV) which is characterized by vegetation of stemmed or papilloed vegetation. One of the therapies which is being developed, especially in developing countries such as Indonesia, is KOH 5%. KOH 5% is a strong keratolytic base solution, which has several advantages over other therapies. KOH 5% is expected to be used as an alternative therapy of condyloma akuminata in every primary health care center in Indonesia.
Anisometropia Saputera, Monica Djaja
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 10 (2016): Anti-aging
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.627 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i10.873

Abstract

Anisometropia merupakan gangguan penglihatan akibat perbedaan kekuatan refraksi antara mata kanan dan kiri lebih dari 1.00 D. Angka kejadian anisometropia disertai amblyopia adalah 47.6%, sedangkan angka kejadian anisometropia disertai strabismus adalah sebesar 9.5%. Deteksi dini anisometropia adalah pemeriksaan tajam penglihatan, uji aniseikonia, Worth four dots test, Hirschberg test, dan cover and uncover test. Sedangkan penanganan anisometropia adalah penggunaan lensa kacamata, lensa kontak, dan pembedahan.Anisometropia is due to more than 1.00 D difference in refractive power between right and left eye ; 47.6% anisometropia cases are accompanied by amblyopia, while 9.5% are accompanied by strabismus.Early detection of anisometropia is eyesight examination, aniseikonia test, Worth four dots tests, Hirschberg test, and cover and uncover test. Anisometropia is treted with lens glasses, contact lenses, and surgery.
Diagnosis dan Tata Laksana Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer Saputera, Monica Djaja; Budianto, Widi
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 5 (2017): Gastrointestinal
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.572 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i5.797

Abstract

Diagnosis GERD di pusat pelayanan kesehatan primer ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa heart burn, regurgitasi, dan tes PPI. Terapi awal adalah PPI dosis tunggal selama 8 minggu, dilanjutkan PPI dosis ganda selama 4 – 8 minggu jika keluhan tidak membaik. Obat lain yang juga digunakan adalah antagonis reseptor H2, antasida, dan prokinetik (antagonis dopamin dan antagonis reseptor serotonin).Diagnosis of GERD in primary health care service is confirmed by clinical symptoms of heart burn, regurgitation and PPI test. Initial therapy is a once-daily PPI for 8 weeks, continued if necessary with double dose PPI for 4-8 weeks. Alternative drugs are H2 antagonist receptor, antacid, and prokinetic (serotonin receptor antagonist and dopamine antagonist).
Kecubung Intoxication: A Case Report on A 16-Year-Old Male at Kuningan District Saputera, Monica Djaja; Saputera, Jessica Djaja
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 9, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecubung (angel’s trumpet) is a plant with hallucinogen effect which contain a tropane alkaloid, which are widely grown in Indonesia and is widely abused by several groups of adolescents aged 18 years in East Nusa Tenggara. Kecubung intoxication is a common case in Indonesia, but rarely reported and hard to make a definitive diagnosis due to lack of the toxicology screening assessment. Besides, an antidote of this case also not available in this country. We present a case of 16-years old male who visited the emergency room with fluctuating level of consciousness accompanied by anxiety, anger, and a visual hallucination. He was given an IV Diazepam 10 mg and Alprazolam 0.5 mg oral in the first day, and continue with Risperidone 2 mg oral – twice a day, Trihexyphenidyl Hydrochloride 2 mg and Clozapine 12.5 mg oral – once a day, and resulting in significant improvement of symptoms and behavior.
GAMBARAN STRES SECARA UMUM PADA SISWA/I SMA DI JAKARTA Kaisar Gusti, Raynold; Saputera, Monica Djaja; Chris, Arlends
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v3i1.24810

Abstract

Gangguan emosional yang masih banyak terjadi di dunia adalah stres. Stres dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, terutama pada remaja. Sumber stres pada remaja dapat terjadi di sekolah maupun di rumah, seperti tekanan belajar untuk mendapatkan nilai tinggi dan tugas yang banyak. Persentase stres, depresi dan gangguan kecemasan pada remaja di Indonesia mencapai angka 9,8%. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran stres pada siswa/i SMA Islam Al Azhar Kelapa Gading di Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional di SMA Islam Al Azhar Kelapa Gading di Jakarta, pada bulan Desember 2022 – Juni 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scales 42 (DASS 42). Dari 140 responden yang diperoleh terdapat 57,1% siswa/i yang mengalami stres. Responden yang banyak mengalami stres yaitu responden perempuan (70,8%), berusia 17 tahun (71,8%), dan kelas X (37,5%). Siswa/i dengan jurusan IPS yang mengalami stres sebesar 58%. Responden yang memiliki konflik mengalami stres sebesar 23,7%, sedangkan responden yang memiliki riwayat perundungan mengalami stres sebesar 64,5%. Berdasarkan tempat tinggal, 97,5% siswa/i yang tinggal bersama orang tua mengalami stres dibandingkan yang tinggal sendiri atau bersama kakek-nenek atau saudara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada siswa/i SMA Islam Al Azhar Kelapa Gading yang lebih banyak mengalami stres adalah siswa/i perempuan, dengan usia 17 tahun yang tinggal bersama orang tua.
Kajian Normatif Peraturan Tentang Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) Bagi Penderita Epilepsi di Indonesia Saputera, Monica Djaja; Purwoko, A. Joko; Limijadi, Edward Kurnia
Soepra Jurnal Hukum Kesehatan Vol 9, No 2: Desember 2023, Terakreditasi Nasional Peringkat 3
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/sjhk.v9i2.5345

Abstract

Abstrak: Penerbitan SIM bagi penderita epilepsi merupakan bagian dari wewenang kepolisian dalam rangka menjamin keamanan, kelancaran dan ketertiban dalam berlalu lintas. Penderita epilepsi yang memiliki resiko kecelakaan lalu lintas akibat serangan kejang mendadak saat mengemudi merupakan sebuah permasalahan yang membutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Sumber data didapatkan dari bahan hukum primer yang bersifat mengikat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analitis kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa UU No 22 Tahun 2009 dan Perpol No 5 Tahun 2021 merupakan landasan hukum penerbitan SIM yang berlaku saat ini. Namun, kedua peraturan hukum ini tidak secara khusus mengatur proses penerbitan SIM pada penderita epilepsi. Hal ini menimbulkan keraguan apakah isi hukum ini sudah cukup dan dapat diimplementasikan dalam praktiknya sehari-hari.Kata kunci: epilepsi, surat izin mengemudi, pembatasan mengemudi, regulasi hukum Abstract: The issuance of a driver's license for individuals with epilepsy is part of the police authority to ensure safety, smooth traffic flow, and order on the roads. Epilepsy patients at risk of sudden seizures while driving pose a specific concern that requires attention. This research employs a normative approach with descriptive-analytical research specifications. Data sources are derived from legally binding primary legal materials. The data analysis method used is qualitative analytical. The findings indicate that Law No. 22 of 2009 and Regulation No. 5 of 2021 serve as the current legal basis for driver's license issuance. However, these legal regulations do not specifically address the driver's license issuance process for individuals with epilepsy. This raises doubts about whether the legal content is sufficient and can be implemented in daily practice.Keywords: epilepsy, driver's license, driving restrictions, legal regulations.
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI GEREJA KATOLIK SANTO KRISTOFORUS JAKARTA BARAT Chris, Arlends; Saputera, Monica Djaja
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 7 No. 2 (2024): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v7i2.30453

Abstract

Sudden Cardiac Death (SCD) is one of the leading causes of death. Sudden cardiac arrest is different from a heart attack or known as a heart attack/myocardial infarction. Sudden cardiac arrest can be caused by several events, the most common of which are hypoxia, hypovolemia, myocardial infarction, hyperkalemia, heat stroke, electric shock, drowning, trauma, and drug overdose. Data released by the Basic Health Research in 2013 showed an increasing trend in the incidence of heart disease from 0.5% in 2013 to 1.5% in 2018. This increase in the incidence of heart disease is also one of the factors that causes someone to suddenly experience a heart attack or OHCA. For this reason, it is important for the community to master basic knowledge and skills regarding SCD. These skills are a series of actions given in emergency situations. Initial assessment, activation of the emergency response system, and SCD actions carried out by the first person providing assistance are the main factors that determine a person's survival. The purpose of this PKM is to provide knowledge and skills regarding Basic Life Support for the congregation at the St. Christopher Catholic Church. The method used is training for the congregation. The activity was carried out on Sunday, June 9, 2024. The results of the activity showed a significant increase in knowledge from the participants ABSTRAK Kematian jantung mendadak atau dikenal dengan istilah sudden cardiac death (SCD) merupakan salah satu penyebab terbesar kematian. Henti jantung mendadak berbeda dan bukan suatu serangan jantung atau dikenal dengan istilah heart attack/infark miokard. Henti jantung mendadak dapat disebabkan oleh beberapa kejadian, yang paling sering seperti hipoksia, hipovolemia, infark miokard, hiperkalemia, serangan panas (heat stroke), sengatan listrik, tenggelam, trauma dan overdosis obat. Data yang dikeluarkan oleh Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 dan menunjukkan tren peningkatan penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018. Peningkatan penyakit jantung ini juga menjadi salah satu faktor seseorang secara mendadak mendapatkan serangan jantung atau OHCA. Untuk itu, pentingnya masyarakat menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar mengenai BHD sangat diperlukan. Keterampilan ini merupakan rangkaian tindakan yang diberikan pada situasi darurat. Penilaian awal, pengaktifan sistem respon emergensi, dan tindakan BHD yang dikerjakan oleh orang pertama yang memberikan bantuan, merupakan faktor utama penentu kelangsungan hidup seseorang. Tujuan dari PKM ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai Bantuan Hidup Dasar bagi Jemaat di Gereja Katolik Santo Kristoforus. Metode yang dipakai berupa pelatihan kepada para jemaat. Kegiatan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 9 Juni 2024. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta secara bermakna dengan perbedaan rata-rata nilai pretest dan posttest sebesar 21.62 poin, setelah dilakukan pelatihan BHD. Berdasarkan hasil kuesioner evaluasi kegiatan juga didapatkan angka secara keseluruhan lebih dari 85% kegiatan berjalan dengan baik
HUBUNGAN ADIKSI INTERNET TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA SISWA SMAN 40 JAKARTA UTARA Tanzil, Keyko Jannika; Saputera, Monica Djaja; Chris, Arlends
Ebers Papyrus Vol. 30 No. 2 (2024): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v30i2.32994

Abstract

Penggunaan internet sudah menjadi sangat umum di era ini sehingga terus terjadi peningkatan penggunaan internet seiring berjalannya waktu. Remaja sendiri rentan untuk menggunakan internet yang berlebihan, dimana penggunaan internet berlebihan dapat memunculkan masalah baru yaitu adiksi internet. Adiksi internet dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya mempengaruhi kualitas tidur individu. Sebaliknya, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan beberapa masalah seperti gangguan dalam aktivitas di sekolah atau pekerjaan, kelelahan berlebihan, serta terganggunya fungsi sosial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat proporsi dari adiksi internet dan kualitas tidur serta melihat hubungan dari adiksi internet dan kualitas tidur, dengan menggunakan kuesioner Internet Addiction Test (IAT) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang dibagi menggunakan g-from. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain studi cross- sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 203 responden yang terdiri dari siswa kelas 10-12 SMAN 40 Jakarta Utara yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Data akan diolah menggunakan SPSS dan dilakukan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 92 responden tidak mengalami adiksi internet (45,3%), 79 responden adiksi internet ringan (38,9%), dan 32 responden adiksi internet sedang (15,8%). Hasil lain juga didapatkan 107 responden memiliki kualitas tidur buruk (52,7%), dan 96 responden memiliki kualitas tidur baik (47,3%). Dari hasil uji statistik Chi-Square, terdapat hubungan signifikan antara adiksi internet dengan kualitas tidur, dimana p value = 0,006 (p < 0,05).
DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA DI JAKARTA Hidayatunnisa, Hidayatunnisa; Chris, Arlends; Saputera, Monica Djaja
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.43395

Abstract

Depresi ditandai dengan perasaan sedih, hilangnya minat dan kesenangan, perasaan bersalah atau merasa rendah diri, gangguan tidur atau makan, dan berkurangnya konsentrasi. Mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya depresi, karena mahasiswa kedokteran memiliki masa studi yang lama dan berat, ketidakpuasan terhadap pencapaian akademik, jauh dari keluarga, serta mahasiswa berada pada kelompok usia dengan kejadian depresi yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2023. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dengan menggunakan kuesioner DASS-42 (Depression, Anxiety, Stress Scales 42). Dari 238 responden, mayoritas mahasiswa berjenis kelamin perempuan (72,7%), dengan usia rata-rata adalah 19 tahun. Berdasarkan tingkat depresi, mahasiswa yang tidak mengalami depresi sebesar 71,8%, depresi ringan 11,3%, depresi sedang 13,9%, depresi parah 1,7%, dan depresi sangat parah 1,3%. Mahasiswa laki-laki memiliki persentase depresi lebih tinggi. Gambaran tingkat depresi berdasarkan jenis kelamin, persentase depresi ringan dan parah lebih banyak terjadi pada mahasiswa perempuan (11,6% dan 1,7%), sedangkan depresi sedang dan sangat parah lebih banyak terjadi pada mahasiswa laki-laki (23,1% dan 1,5%). Pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2023, didapatkan (28,2%) mahasiswa mengalami depresi dan depresi sedang yang paling banyak terjadi. Diperlukan perhatian dan penanganan pada mahasiswa yang mengalami depresi, baik depresi ringan, sedang, parah, dan sangat parah, untuk mencegah dampak buruk dari depresi.
Edukasi hiperurisemia bagi jemaat GKI Terate di Jakarta Barat Chris, Arlends; Saputera, Monica Djaja; Lina, Lina
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 3 (2025): May
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i3.30436

Abstract

AbstrakData pada tahun 2023 menunjukkan 11% penduduk Amerika mengalami hiperurisemia dan angka ini meningkat setiap tahunnya. Kejadian hiperurisemia di Asia Tenggara dan Pasifik lebih tinggi dari Amerika karena adanya faktor genetik yang tidak dapat dimodifikasi. Keadaan ini dapat berkembang menjadi artritis gout dan berkaitan dengan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Survei tahun 2023, jemaat GKI Terate, sebanyak 52,9% memiliki riwayat hipertensi. Berdasarkan data tersebut, 55,6% obesitas dan 66,7% masuk kategori obesitas sentral yang berkontribusi pada gangguan metabolik. Hal ini dapat menyebabkan resiko terjadinya hiperurisemia. Tujuan kegiatan PKM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan deteksi dini hiperurisemia pada jemaat di GKI Terate, Jakarta Barat. Metode yang digunakan adalah memberikan edukasi serta pemeriksaan kadar asam urat. Mitra pada kegiatan ini adalah jemaat GKI Terate, Jakarta Barat sebanyak 19 orang. Evaluasi kegiatan diukur melalui kuesioner umpan balik kegiatan PKM. Hasil pengetahuan menunjukkan nilai rerata test awal sebesar 83,16 dan nilai test akhir sebesar 86,32. Terdapat peningkatan pengetahuan hiperurisemia sebesar 3,8%. Hasil deteksi dini kadar asam urat terhadap 10 orang responden didapatkan sebanyak 6 orang (60%) mengalami hiperurisemia. Data hasil umpan balik evaluasi kegiatan PKM didapatkan lebih dari 80% responden menyatakan kegiatan PKM berjalan dengan baik. Secara keseluruhan, pengetahuan jemaat GKI Terate mengenai topik hiperurisemia tergolong dalam kategori baik. Upaya pemantauan dan evaluasi tindak lanjut dalam bentuk edukasi secara rutin perlu dilakukan. Hal ini dapat berguna untuk meningkatkan tindakan upaya promotif dan preventif untuk mengendalikan kejadian hiperurisemia agar tidak berlanjut menjadi artritis gout dan resiko penyakit penyerta lainnya. Kata kunci: hiperurisemia; edukasi; pengabdian kepada masyarakat. AbstractData from 2023 indicated that 11% of the American population has hyperuricemia, which is increasing yearly. The incidence of hyperuricemia is higher in Southeast Asia and the Pacific compared to America, mainly due to genetic factors that are unmodified. This condition can lead to gouty arthritis and is associated with an increased risk of cardiovascular disease. In a 2023 survey conducted among the congregation at GKI Terate, it was found that 52.9% had a history of hypertension. Additionally, 55.6% of the respondents were classified as obese, and 66.7% were identified as having central obesity, both of which contribute to metabolic disorders. These conditions can elevate the risk of producing hyperuricemia. This PKM aims to enhance awareness and promote early hyperuricemia detection within the GKI Terate congregation in West Jakarta. The method used is to provide education and check uric acid levels. The partners in this activity are the GKI Terate congregation, West Jakarta, which has 19 people. Evaluation of the activity was measured through a PKM activity feedback questionnaire. The knowledge results showed an average pre-test of 83.16 and a post-test of 86.32. There was an increase in knowledge of hyperuricemia by 3.8%. The results of early detection of uric acid levels in 10 respondents showed that six people (60%) had hyperuricemia. Data from the PKM activity evaluation feedback showed that more than 80% of respondents stated that the PKM activity ran well. Overall, the knowledge of the GKI Terate congregation regarding hyperuricemia is categorized as good. Efforts to monitor and evaluate follow-up in routine education need to be carried out. This result can help increase promotive and preventive measures to control the incidence of hyperuricemia so that it does not progress to gouty arthritis and the risk of other comorbid diseases. Keywords: hyperuricemia; education; community service.