Abstrak: Tingginya angka pernikahan dini di Indonesia menjadi perhtaian serius karena berdampak pada Kesehatan reproduksi dan masa depan remaja. Di Kelurahan Baiya, kasus pernikahan dini menunjukkan fluktuasi selama tiga tahun terakhir, namun upaya pencegahan masih bersifat sektoral dan tidak terintegrasi. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Kesehatan serta kelompok komunitas dalam memberikan edukasi pencegahan pernikahan dini melalui penyusunan dan implementasi modul terintegrasi. Metode pelaksanaan meliputi ceramah, Focus Group Discussion (FGD), penyusunan modul secara partisipatif, serta pendampingan praktik edukasi. Mitra kegiatan ini meliputi 30 orang, terdiri dari 15 orang kader Kesehatan, 2 orang anggota PKK, 8 orang perwakilan Yayasan Wahana Visi Indonesia, dan 5 petugas Kesehatan dari Puskesmas Pantoloan. Evaluasi dilakukan melalui pre-test dan post-test menggunakan kueioner serta observasi langsung terhadap kemampuan kader dalam menyampaikan edukasi. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan kader sebesar 74,9% terkait pernikahan dini dan peningkatan keterampilan remaja sebesar 56% dalam komunikasi efektif dan pengambilan keputusan. Modul edukasi yang telah disusun diaplikasikan secara aktif oleh kader dalam sesi edukasi kelompok remaja dan orang tua di wilayah binaan.Abstract: The high prevalence of early marriage in Indonesia had become a serious concern due to its impact on reproductive health and the future of adolescents. In Baiya Subdistrict, early marriage cases had fluctuated over the past three years, yet preventive efforts remained sectoral and unintegrated. This community service activity aimed to improve the knowledge and skills of health cadres and community groups in providing education for the prevention of early marriage through the development and implementation of an integrated educational module. The methods included lectures, Focus Group Discussions (FGDs), participatory module development, and mentoring for educational practice. The activity involved 30 participants, consisting of 15 health cadres, 2 PKK members, 8 representatives from Wahana Visi Indonesia Foundation, and 5 health workers from Pantoloan Public Health Center. Evaluation was conducted through pre-test and post-test using questionnaires, as well as direct observation of the cadres’ ability to deliver health education. The results showed an 85% improvement in the cadres’ communication and education skills related to early marriage prevention. The educational module developed during this activity was actively implemented by the cadres in education sessions targeting adolescents and parents in their respective communities.