Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Nyimak: Journal of Communication

KETEPATAN KOMUNIKASI ANTARA MANAJEMEN DAN AWAK KABIN (FLIGHT ATTENDANT) DI PT. GARUDA INDONESIA Surti Wardani
Nyimak: Journal of Communication Vol 2, No 2 (2018): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.02 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v2i2.826

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan komunikasi berdasarkan enam elemen komunikasi dalam proses komunikasi antara manajemen dengan Awak Kabin di PT. Garuda Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi dengan model paradigma naturalistik (naturalistic inquiry). Data penelitian diperoleh melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dan studi dokumentasi, sementara teknik analisis data yang digunakan adalah analisis induktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen menerapkan sistem keterbukaan dalam berkomunikasi dengan awak kabin, termasuk mengutamakan komunikasi secara tatap muka dan juga mempraktikkan human relation sebagai landasan berkomunikasi. Penyusunan pesan juga dilakukan dengan penyesuaian; apabila bersifat persuasif , akan digunakan kalimat persuasif, begitu pula apabila pesan bersifat informasi (narasi) atau argumentasi. Sedangkan pemilihan channel dilakukan dengan memperhatikan jika penerima (receiver) bisa menyandi balik (decode) agar bisa memunculkan feedback positif, termasuk juga dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Whatsapp. Sementara hambatan yang ditemui dalam proses komunikasi yang berlangsung ialah tingginya mobilitas awak kabin dan keengganan awak kabin untuk berkomunikasi dengan pihak manajemen (komunikasi ke atas) meskipun keterbukaan komunikasi telah dilakukan.Kata Kunci: Komunikasi organisasi, ketepatan komunikasi, Garuda Indonesia ABSTRACTThis research aims to determine the fidelity of communication based on the six (6) communication elements in the communication process between management and cabin crew at PT. Garuda Indonesia. This study is qualitative research, using phenomenology approach with naturalistic inquiry model. The research data was obtained through participative observation, in-depth interview and documentation study, while the data analysis technique uses inductive analysis. The results of this study shows that management has implement an openness system in communicating with cabin crew, including prioritizing face-to-face communication and also practicing human relations as the foundation to communicate. Preparation of messages is done with adjustment; persuasive sentences are used if the messages is persuasive, as well as if the message is information (narrative) or argumentation. The channel selection is choosed with attention so receiver (receiver) can encode back (decode) in order to generate positive feedback, including utilizing social media like Facebook, Twitter, Instagram, and Whatsapp. The obstacles encountered in the communication process was the high mobility of cabin crew and the reluctance of the cabin crew to communicate with management, even the openness communication system has been implemented.Keywords: Organizational communication, fidelity of communication, Garuda Indonesia
Orasi Politik Joko Widodo dan Prabowo Soebianto dalam Pilpres 2019 Surti Wardani
Nyimak: Journal of Communication Vol 3, No 2 (2019): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.597 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v3i2.1544

Abstract

Orasi politik (pidato) merupakan momen bagi seorang kandidat untuk bisa memperlihatkan kualitasnya baik sebagai pribadi (ramah, hangat, optimis, dan lain sebagainya), pemikir (lewat berbagai ide serta inovasi yang ditawarkan), maupun sebagai manager (kecakapan mengelola pemerintahan jika kelak terpilih sebagai presiden). Asumsi yang dibangun dalam penelitian ini adalah tidak maksimalnya pemanfaatan orasi politik (pidato) sebagai saluran komunikasi politik antara sang kandidat dengan konstituennya. Seharusnya, orasi politik bisa menjadi momentum antara kandidat dan pendukungnya untuk menyelesaikan ragam persoalan bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis orasi politik kedua calon presiden pada Pemilihan Presiden 2019. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan lewat studi literatur. Teknik analisis isi yang digunakan dilakukan terhadap berbagai dokumen, yang meliputi dokumentasi debat kandidat, berita pada portal media online serta orasi politik kedua kandidat pada Pemilihan Presiden 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) orasi politik yang disampaikan oleh Prabowo dan Jokowi cenderung menggeneralisir permasalahan hingga menimbulkan kontroversi; (2) strategi yang digunakan kedua kandidat politik ialah legitimasi dan delegitimasi; (3) kedua kandidat bisa memperlihatkan wajah “positif” dan “negatif” yang menjadi unsur penyeimbang sehingga konflik sosial tak mudah meletup di tengah masyarakat.Kata Kunci: Orasi politik, legitimasi, delegitimasi, Pilpres 2019 ABSTRACTPolitical oration (speech) is a good moment for candidate to be able to show his quality both as a person (friendly, warm, optimistic, etc.), thinker (through various ideas and innovations offered), and as a manager (ability to manage government if one is elected as president). The assumption built in this research is that the use of political speeches (speeches) is not optimal as a channel of political communication between the candidate and his constituents. Supposedly, political speeches can be a momentum between candidates and supporters to solve various national problems. This research aims to analyze the political speeches of the two presidential candidates in the 2019 Presidential Election. This research use desciptive qualitative approach. Data collection was carried out through literature studies. The content analysis technique used was performed on various documents, which included documentation of candidate debate, news on online media portal and political speeches of both candidates in the 2019 Presidential Election. The results showed that (1) political speeches delivered by Prabowo and Jokowi tended to generalize the problem and causing controversy; (2) the strategies used by the two political candidates are legitimacy and delegitimation; (3) both candidates can show a “positive” and “negative” face which is a balancing element so as to reduce social conflict.Keywords: political oration, legitimation, delegitimation, Presidential Election