Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

FORMULASI DAGING KEONG SAWAH DAN TEPUNG PORANG TERHADAP MUTU FISIK DAN SENSORIS BAKSO: Formulation of Meat Snail and Porang Flour on the Quality of Meatballs Dewa Nyoman Adi Paramartha; Yeni Sulastri; Rucitra Widyasari; Zainuri Zainuri
Pro Food Vol. 5 No. 2 (2019): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.913 KB) | DOI: 10.29303/profood.v5i2.130

Abstract

ABSTRACT The aim of this study was to examine the formulation of meat snail and porang flour on physical characteristics and sensory acceptance of the meatballs. The design used in this study was a Randomized Block Design (RBD) with 2 treatments, namely the concentration of meat snails and the concentration of porang flour in making meatballs. The treatment of meat snail concentration is 0%, 20%, 40% and 60% while for porang flour concentration is 0% and 0.3%. Each experiment was repeated 3 times so that there would be 24 units of trial units. Physical and sensory quality data obtained were analyzed using SPSS with a 5% BNJ level of significance. Concentration of meat snail has significant effect on physical quality (texture, color (L, a and b)) and sensory quality (color and hedonic texture. Porang flour concentration significantly influences physical quality (colors L and b). Interaction of treatment between the concentration of meat snail and the concentration of porang flour significantly affected physical quality (colors a and b) and the sensory quality of texture hedonically. Treatment of 20% meat snail concentration with the addition of porang flour 0.3% is the best treatment. Physical quality values are best treated for texture 3.38 N, color L 42.46, color a 2.92 and color b 16.31. Sensory quality values are best treated for color is rather like and texture likes. Keyword : meatballs, porang flour, meat snail ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji formulasi penggunaan daging keong sawah dan tepung porang terhadap mutu fisik dan sensoris bakso. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan yaitu konsentrasi daging keong sawah dan konsentrasi tepung porang pada pembuatan bakso. Perlakuan konsentrasi daging keong sawah yaitu 0%, 20%, 40% dan 60% sedangkan untuk konsentrasi tepung porang yaitu 0% dan 0,3%. Masing-masing percobaan diulangi sebanyak 3 kali sehingga diperoleh satuan percobaan sebanyak 24 unit percobaan. Data mutu fisik dan sensoris yang diperoleh dianalisa menggunakan SPSS dengan taraf nyata BNJ 5%. Konsentrasi daging keong sawah berpengaruh nyata terhadap mutu fisik (tekstur, warna (L, a dan b)), dan mutu sensoris (warna dan tekstur secara hedonik). Konsentrasi tepung porang berpengaruh nyata terhadap mutu fisik (warna L dan b). Interaksi perlakuan antara konsentrasi daging keong sawah dan konsentrasi tepung porang berpengaruh nyata terhadap mutu fisik (warna a dan b) dan mutu sensoris tekstur secara hedonik. Perlakuan konsentrasi daging keong sawah 20% dengan penambahan tepung porang 0,3% merupakan perlakuan yang terbaik. Nilai mutu fisik diperlakuan terbaik untuk tekstur 3,38 N, warna L 42,46, warna a 2,92 dan warna b 16,31. Nilai mutu sensoris diperlakuan terbaik untuk warna agak suka dan tekstur suka. Kata Kunci : bakso, daging keong sawah, tepung porang
Keragaman Pangan Lokal di Pulau Lombok untuk Menunjang Pengembangan Pariwisata Zainuri Zainuri; Abbas Zaini; Wiharyani Werdiningsih; Taslim Sjah
agriTECH Vol 36, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.278 KB) | DOI: 10.22146/agritech.12866

Abstract

Lombok Island is potential in providing agricultural raw materials that can be developed into local food products that in turn support the development of tourism in this island. This study aimed at identifying kinds of local food products available in Lombok Island, and their quantity. To achieve these purposes, research was designed in descriptive method such that the study revealed the picture of the situation of local food in Lombok Island. Data analyses were follow-on, and revealed that there are several local foods made of/from agricultural raw materials. They have various production values, and there ais adjustment of production (supply) to demand that exists. Some major local food products include ’Bulayak’ satay and kerupuk kulit (animal skin crackers). There are also products that are typical to Lombok Island, i.e. Bulayak satay, Taliwang chicken, Tanjung satay (of fish)(from North Lombok), Opak-opak (sort of cracker), pelecing kangkung (traditional Lombok salad), and jajan bantal (made of mix glutinised rice and bananas) (from East Lombok).ABSTRAKPotensi hasil pertanian sangat besar untuk dikembangkan menjadi produk pangan lokal yang dapat mendukung pengembangan pariwisata daerah, dan saat ini telah ada beberapa produk pangan lokal direalisasikan di berbagai wilayah di Pulau Lombok. Tujuan dari tulisan ini antara lain untuk: (1) mengidentifikasi keragaman pangan lokal yang ada di Pulau Lombok, dan (2) mengetahui jumlah ketersediaan pangan lokal di Pulau Lombok.Untuk mencapai tujuan penulisan ini telah dilakukan penelitian yang dirancang untuk mendeskripsikan kondisi yang ada, dengan melakukan survei ke lokasi-lokasi yang dapat memberikan data yang dibutuhkan.Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Pulau Lombok terdapat beberapa produk pangan lokal dengan nilai produksi (omzet penjualan) yang bervariasi dari yang besar hingga yang kecil. Besar-kecilnya produksi produk pangan lokal ini terjadi karena produsen menyesuaikan diri dengan permintaan yang ada. Beberapa produk yang menonjol (dihitung dari nilai produksinya) di seluruh Pulau Lombok adalah sate bulayak dan kerupuk kulit. Produk-produk pangan lokal yang dinilai mempunyai kekhasan Pulau Lombok adalah sate bulayak, ayam Taliwang, sate Tanjung (Lombok Utara), opak-opak, pelecing kangkung, dan jajan bantal (Lombok Timur).
PRE-HARVEST MANAGEMENT WITH FRUIT RESISTANCE INDUCERS DECREASED ANTHRACNOSE DISEASE IN MANGO Zainuri .
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 3 No 1 (2010): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Mango industry has developed significantly worldwide in recent years and there is increasing demand for fresh mangoes (Mangifera indica L.). However, postharvest disease anthracnose, caused by Colletotrichum gloeosporioides, causes major losses. The objectives of this research were to determine the effect of resistance activators (BionÒ and KasilÒ) on anthracnose severity and mango fruit ripening. There were four treatments including BionÒ (150 mg L-1), KasilÒ (200 mg L-1 and 1000 mg L-1), and water as control. The treatments were applied 3 times at 3, 2 and 1 month before harvest. Fruit were assessed during storage for disease severity and incidence, skin colour and hand firmness. Results from this research indicated that pre-harvest dips of Bion® and KasilÒ significantly reduced anthracnose disease severity in mango fruit, although the fruit were not completely free from anthracnose disease. Bion® and KasilÒ treated fruit had significant lower disease severity compared with the control fruit. However, BionÒ was not able to significantly reduce anthracnose incidence on the fruit. In addition, BionÒ and KasilÒ did not significantly affect mango fruit ripening. Further research will be required to confirm the effectiveness of these two defence activators in inducing mango fruit resistance. ABSTRAK Industri mangga berkembang dengan pesat akhir-akhir ini dan permintaan buah mangga segar mengalami peningkatan. Akan tetapi penyakit pasca panen anthraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides menyebabkan kehilangan produksi buah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh aktivator ketahanan (BionÒ dan KasilÒ) terhadap intensitas penyakit anthraknosa dan kematangan buah mangga. Percobaan ini terdiri atas empat perlakuan yaitu BionÒ (150 mg L-1), KasilÒ (200 mg L-1 dan 1000 mg L-1), dan air sebagai Kontrol. Semua perlakuan diaplikasikan tiga kali yaitu 3, 2, dan 1 bulan sebelum panen. Pengamatan intensitas penyakit dan perubahan warna serta tekstur buah dilakukan setiap hari selama penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pra-panen dengan Bion® and KasilÒ secara signifikan menurunkan intensitas penyakit pasca panen anthraknosa pada buah mangga meskipun buah tidak bebas dari serangan penyakit anthraknosa. Buah yang diperlakukan dengan Bion® and KasilÒ mempunyai intensitas penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan control. Walaupun perlakuan Bion® tidak berpengaruh secara nyata terhadap penurunan persentase buah yang terserang penyakit, buah yang diperlakukan dengan Bion® mempunyai kejadian penyakit yang lebih rendah. Perlakuan Bion® and KasilÒ juga tidak berpengaruh terhadap proses kematangan buah mangga. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan keefektifan Bion® and KasilÒ dalam menginduksi ketahanan buah mangga.
2. AGROINDUSTRI DAN AGROWISATA DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT Zainuri Zainuri; Taslim Sjah; Ahmad Sauq; Jayaputra Jayaputra
JURNAL AGRIMANSION Vol 19 No 1 (2018): JURNAL AGRIMANSION APRIL 2018
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v19i1.227

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini memberi analisis tentang peranan agroindustri bersama agrowisata dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Secara khusus penelitian ini dilaksanakan di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Di lokasi ini dilakukan pengembangan agrowisata dengan penanaman tanaman-tanaman yang mempunyai daya tarik keindahan dan juga menguntungkan bagi petani pelaku. Nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan diciptakan dengan cara melakukan kegiatan pengolahan (agroindustri) produk hasil pertanian menjadi produk-produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan dinilai sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan agrowisata yang dilanjutkan dan dikombinasikan dengan kegiatan agroindustri dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat. ABSTRACT This paper provides an analysis of the role of agro-industry along with agro-tourism in improving the food security of the community. Specifically this research was conducted in Gumantar Village, Kayangan District, North Lombok Regency. In this location, the development of agro-tourism is implemented by planting of plants that have atractions of beauty and also provitable to the farmers. Added value to the resulted product is created by processing of agricultural products into processed products that have high economic value and viewed can meet the needs of tourists. The result of analysis shows that the development of agro-tourism which is combined with agroindustry activities can increase the food security of the community.
Dekafeinasi Kopi Robusta (Coffea canephora) Lombok Menggunakan Sari Labu Siam (Sechium edule): Decaffeination of Lombok Robusta Coffee (Coffea canephora) using Chayote (Sechium edule) Juice Qabul Dinanta Utama; Zainuri Zainuri; Dewa Nyoman Adi Paramartha; Rucitra Widyasari; Nurul Aini
Pro Food Vol. 8 No. 1 (2022): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan )
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v8i1.253

Abstract

Kopi Robusta (Coffea canephora) Lombok merupakan salah satu komoditi dengan potensi produksi dan permintaan pasar yang cukup tinggi di wilayah NTB. Namun, kandungan kafein pada kopi robusta hampir dua kali lipat lebih tinggi daripada kopi arabika. Kandungan kafein yang cukup tinggi ini dapat memberikan efek negatif bagi sebagian orang. Untuk menekan efek samping dari kafein pada tubuh, dilakukan upaya menurunkan kadar kafein dengan cara proses dekafeinasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan konsentrasi terbaik sari labu siam (Sechium edule) dalam menurunkan kandungan kafein pada pada biji kopi robusta Lombok. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yang terdiri dari 6 perlakuan konsnetrasi yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Parameter yang diamati yaitu Kadar Kafein, Kadar Protein, Kadar Total Asam Tertitrasi, Warna, Rasa dan Aroma. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis keragaman pada taraf signifikansi 5% dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) menggunakan software Co-Stat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman menggunakan sari labu siam berpengaruh nyata terhadap kadar kafein, kadar protein, kadar total asam tertitrasi, dan rasa (skala skoring), namun tidak berpengaruh nyata terhadap warna (tingkat kecerahan), rasa (skala hedonik), dan aroma (skala skoring dan hedonik) pada taraf signifiknasi 5%. Perlakuan terbaik yaitu konsentrasi 3% dengan karakteristik kadar kafein 0.24%, kadar protein 14.27%, kadar total asam tertitrasi 2.85%, tingkat kecerahan (L*) 44,34 , aroma kopi agak kuat yang agak disuka panelis dan rasa pahit yang agak disukai panelis.
PENGARUH PERLAKUAN PADA KLOBOT JAGUNG SEBAGAI KEMASAN TERHADAP MUTU KERAKE SELAMA PENYIMPANAN Desy Ambar Sari; Zainuri Zainuri; Wiharyani Werdiningsih
Food Technology and Halal Science Journal Vol. 4 No. 1 (2021): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.341 KB) | DOI: 10.22219/fths.v4i1.14903

Abstract

The aim of this research was to determine the effect of pre-treatment on corn husks as primary packaging for kerake quality during storage. The design used in this research was Completely Randomized Design (CRD) with a single factor i.e. pretreatment consisted of K1 (drying), K2 (combination of steaming and drying), K3 (heating with irons), K4 (sterilization by autoclave), and K5 (oven) and it was repeated three times. Data were analyzed using Co-Stat software with 5% significance differences. The treatments that were significantly different were then analyzed using Honestly Significance Difference (HSD). The results showed that pretreatment of the corn husks as primary packaging was not significantly different on moisture content, fat content, taste, and texture kerake during storage. But were significantly different on flavor kerake. Steaming and drying treatment was able to decrease the growth of total fungi to <1.0 x 102 CFU/gr during 14 days of storage, which means total fungi were still accepted according to SNI (maximum 1.0 x 102 CFU/gr). Steaming and drying treatment also produced kerake with flavor, texture, and aroma that is preferred by panelists.
PELATIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN EMPON-EMPON INSTAN DIDUSUN JERUK MANIS DESA PEMENANG BARAT, KABUPATEN LOMBOK UTARA Rucitra Widyasari; Zainuri Zainuri; Yeni Sulastri; Rini Nofrida
Jurnal Abdi Insani Vol 5 No 1 (2018): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dusun Jeruk Manis yang terlatak di Desa Pemenang Barat adalah salah satu dusun yang memiliki banyak potensi alam. Salah satu hasil pertanian yang banyak terdapat di dusun ini dalah tanaman rimpang atau yang biasa dikenal dengan sebutan empon-empon. Sejauh ini tanaman empon-empon hanya dimanfaatkan sebagai bahan bumbu dapur sehingga pemanfaatannya belum terlalu optimal. Jika dijual pun masih berupa empon-empon segar dengan harga yang relatif sangal murah, sehingga empon-empon instant dirasa dapat menjadi solusi yang tepat knrena seIain teknologi yang digunakan sangat sederhana, relative dapat proses pembuatannya juga hasil yang didapat dapat meningkatkan umur simpan sehingga memperluas pasar. Kegiatan pelatihan empon-empon tersebut telah dilakukan sebagai rangkaian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dosen Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram yang diikuti oleh kelompok perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Karya Ibu yang ada di Dusun Jeruk Manis Desa Pemenang Barat. Seiain proses pengolahan peserta pelatihan juga diberikan pelatihan tentang cara pengolahan empon-empon instant dengan menerapkan prinsip cara pengolahan yang baik dan benar dalam rangka menghasilkan produk olahan yang bermutu dan aman serta memenuhi syarat standar nasional untuk kemanan pangan serta materi tentang pengemasan dan perijinan tidak lupa pula peluang pasar produk empon-empon instan juga diberikan pada saat pelatihan sebagai upaya untuk menghasilkan produk yang berdaya saing.
FORTIFIKASI SARI DAUN KELOR UNTUK MENINGKATKAN MUTU JELLY DRINK DALUMAN : Fortification of Moringa Leaf Juice to Improve Quality of Daluman Jelly Drink Ana Juliana; Zainuri Zainuri; Siska Cicilia
Pro Food Vol. 9 No. 1 (2023): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan )
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v9i1.293

Abstract

Jelly drink is a drink made of fruit juice. In general, jelly drink is only a source of vitamins, minerals, fiber and sodium, while the content of other nutrients such as protein is still relatively low. The aim of this study was to discover the effect of fortification of moringa leaf juice on the quality of daluman jelly drink. This study used Completely Randomized Design (CRD) with a single factor, namely the fortification of moringa leaf juice which consisted of 6 treatments including 0%, 10%, 20%, 30%, 40% and 50%. Each treatment was repeated 3 times to obtain 18 experimental units. The jelly drink parameters tested were chemical quality (protein and vitamin C content), physical quality (color and texture) and organoleptic quality (color, aroma, texture and taste). Data were analyzed by the Anova using Co-stat Software at the 5% level and further tested using the Honest Significant Difference (HSD) test. The treatments significantly affected the protein and vitamin C content, lightness, texture, aroma and taste of daluman jelly drink. The treatment of 20% moringa leaf juice was recommended as the best treatment to improve quality of daluman jelly drink with a protein content of 7.44%; vitamin C content 87.82 mg/100g; lightness 19.85; oHue value 188,42; texture 0.30 (N), and the organoleptic properties were rather preferred by the panelists
PENAMBAHAN TEPUNG PORANG SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN PENGENYAL SINTETIS PADA PRODUK BAKSO IKAN KURISI: The addition of Porang Flour as an Alternative to Synthetic Gelling Agents in Kurisi Fish Balls Products Novia Rahayu; Meydia Kusuma Wardani; Agustono Prarudiyanto; Zainuri Zainuri
Pro Food Vol. 9 No. 1 (2023): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan )
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v9i1.310

Abstract

Meatballs are a popular processed food product made primarily from beef, enjoyed by individuals across various age groups. In addition to beef, fish meat can also be used as a raw material for meatballs. However, the conventional production of meatballs often involves the utilization of synthetic gelling agents that pose potential health risks to consumers. This study aimed to assess the chemical, physical, and organoleptic attributes of kurisi fish balls fortified with porang flour (Amorphophallus oncophillus) as a substitute for synthetic gelling agents..  The research method used was a Group Randomized Design (RAK) comprising six treatment groups with varying proportions of porang flour 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, and 5%  with  3 replication. Analysis of variance (ANOVA) at a 5% significance level was conducted using Co-stat software to evaluate the data, followed by Polynomial Orthogonal tests to assess chemical and physical quality parameters. Organoleptic quality was evaluated using the Honestly Significant Difference test (BNJ). The findings indicated that the addition of porang flour significantly influenced water content, ash content, protein content, as well as chewiness, color, and texture assessed hedonically. However, taste and aroma were not significantly affected. Based on the results of chemical and organoleptic analysis, the best treatment of kurisi fish balls in this study was the addition of porang flour concentration by 3%, having water content (70.25%), ash content (1.54%), protein content (15.27%) and organoleptic favored by panelists.
A Puding Kedelai Porang Instan dengan fortifikasi tepung daun kelor Sebagai Pangan Fungsional Pencegah Stunting: Instant Porang Soy Puding with Fortification of Moringa Leaf Flour as a Functional Food to Prevent Stunting Rini Nofrida; Novia Rahayu; Zainuri Zainuri; Indra Kurniawan Saputra
Pro Food Vol. 9 No. 1 (2023): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan )
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v9i1.320

Abstract

Stunting adalah kondisi kronis kekurangan gizi yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Tepung daun kelor dapat ditambahkan kedalam makanan selingan seperti puding untuk meningkatkan nilai gizi puding. Puding dibuat dengan penambahan glukomanan porang dan tepung kedelai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun kelor pada formulasi pembuatan bubuk puding kedelai porang instan sebagai bahan baku pembuatan puding kedelai porang terhadap tingkat kesukaan (hedonik) dan penilaian secara organoleptic skoring serta kandungan gizi dan % Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada formula terbaik berdasarkan uji organoleptik. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan penambahan tepung daun kelor, yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% dari jumlah tepung kedelai yang digunakan, emua perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data yang terkumpul dianalisa menggunakan analisa keragaman dengan taraf 5%. Jika terjadi perbedaan nyata antar perlakuan diuji lanjut dengan menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Berdasarkan hasil uji organoleptik skoring dan hedonik perlakuan terbaik adalah pada penambahan tepung daun kelor sebanyak 3% dengan kandungan nutrisi pada bubuk puding kedelai porang instan yaitu kadar air 6.7 %, protein 36.5%, dan kalsium 419,1 mg/100 g. Kandungan nutrisi pada puding kedelai porang adalah kadar air 87.4 %, protein 4.12 %, dan kalsium 33,03 mg/100 g, serta memenuhi 7.62 % kebutuhan kalsium dan 30,9 % kebutuhan protein harian anak usia 1-3 tahun dan 4.95% kebutuhan kalsium dan 24,72% kebutuhan protein harian anak usia 4-5 tahun.