Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Insidensi dan Faktor Risiko Hipotensi pada Pasien yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Rustini, Rini; Fuadi, Iwan; Surahman, Eri
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.485 KB) | DOI: 10.15851/jap.v4n1.745

Abstract

Hipotensi merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah tindakan anestesi spinal pada pasien seksio sesarea. Hipotensi terjadi akibat blokade simpatis terhadap aktivitas vasomotor pembuluh darah serta penekanan aorta dan vena kava inferior oleh uterus yang membesar terutama pada saat pasien telentang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui insidensi hipotensi dan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipotensi pada pasien yang menjalani seksio sesarea dengan anestesi spinal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian observasional potong lintang (cross sectional) ini dilakukan pada 90 subjek pasien yang menjalani seksio sesarea dengan anestesi spinal pada periode bulan April–Mei 2015. Pengolahan data dengan analisis univariabel untuk melihat gambaran proporsi variabel masing-masing yang disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan insidensi hipotensi 49%. Faktor risiko yang menyebabkan hipotensi maternal menunjukkan hasil yang tidak signifikan berhubungan dengan kejadian hipotensi (p>0,05). Perbedaan insidensi hipotensi maternal setelah tindakan anestesi spinal dan faktor risiko yang memengaruhinya dengan penelitian sebelumnya karena perbedaan jumlah sampel penelitian, perbedaan definisi hasil yang digunakan, perbedaan tempat penelitian, dan perbedaan metode pengumpulan data.Kata kunci: Anestesi spinal, faktor risiko, hipotensi, insidensi, seksio sesareaIncidence and Risk Factors of Hypotension in Patients Undergoing Cesarean Section with Spinal Anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital BandungAbstractThe most common serious complication associated with spinal anesthesia for C-section is hypotension. These hemodynamic changes result from a blockade of sympathetic vasomotor activity that is accentuated by the compression of the aorta and inferior vena cava by the gravid uterus when the patient is in the supine position. The purpose of this study was to describe the incidence of hypotension in patients undergoing cesarean section with spinal anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung and to obtain a description of risk factors associated with the incidence of hypotension. A cross–sectional observational study was conducted on 90 subjects consisting of patients undergoing cesarean section with spinal anesthesia during the period of April–May 2015. The data processing performed was the univariable analysis to see the picture of the proportion of each variable, which were presented descriptively. The results showed 49% incidence of hypotension. There was an insignificant association between the risk factors of maternal hypotension after spinal anesthesia for cesarean section insignificant association with the incidence of hypotension (p>0.05). Differences in the incidence of maternal hypotension after spinal anesthesia and risk factors as stated in this study when compared to previous studies are due to differences sample size, definitions, place, and data collection methods.Key words: Cesarean section, hypotension, incidence, risk factors, spinal anesthesia DOI: 10.15851/jap.v4n1.745
Insidensi dan Faktor Risiko Hipotensi pada Pasien yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Rini Rustini; Iwan Fuadi; Eri Surahman
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.485 KB) | DOI: 10.15851/jap.v4n1.745

Abstract

Hipotensi merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah tindakan anestesi spinal pada pasien seksio sesarea. Hipotensi terjadi akibat blokade simpatis terhadap aktivitas vasomotor pembuluh darah serta penekanan aorta dan vena kava inferior oleh uterus yang membesar terutama pada saat pasien telentang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui insidensi hipotensi dan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipotensi pada pasien yang menjalani seksio sesarea dengan anestesi spinal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian observasional potong lintang (cross sectional) ini dilakukan pada 90 subjek pasien yang menjalani seksio sesarea dengan anestesi spinal pada periode bulan April–Mei 2015. Pengolahan data dengan analisis univariabel untuk melihat gambaran proporsi variabel masing-masing yang disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan insidensi hipotensi 49%. Faktor risiko yang menyebabkan hipotensi maternal menunjukkan hasil yang tidak signifikan berhubungan dengan kejadian hipotensi (p>0,05). Perbedaan insidensi hipotensi maternal setelah tindakan anestesi spinal dan faktor risiko yang memengaruhinya dengan penelitian sebelumnya karena perbedaan jumlah sampel penelitian, perbedaan definisi hasil yang digunakan, perbedaan tempat penelitian, dan perbedaan metode pengumpulan data.Kata kunci: Anestesi spinal, faktor risiko, hipotensi, insidensi, seksio sesareaIncidence and Risk Factors of Hypotension in Patients Undergoing Cesarean Section with Spinal Anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital BandungAbstractThe most common serious complication associated with spinal anesthesia for C-section is hypotension. These hemodynamic changes result from a blockade of sympathetic vasomotor activity that is accentuated by the compression of the aorta and inferior vena cava by the gravid uterus when the patient is in the supine position. The purpose of this study was to describe the incidence of hypotension in patients undergoing cesarean section with spinal anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung and to obtain a description of risk factors associated with the incidence of hypotension. A cross–sectional observational study was conducted on 90 subjects consisting of patients undergoing cesarean section with spinal anesthesia during the period of April–May 2015. The data processing performed was the univariable analysis to see the picture of the proportion of each variable, which were presented descriptively. The results showed 49% incidence of hypotension. There was an insignificant association between the risk factors of maternal hypotension after spinal anesthesia for cesarean section insignificant association with the incidence of hypotension (p>0.05). Differences in the incidence of maternal hypotension after spinal anesthesia and risk factors as stated in this study when compared to previous studies are due to differences sample size, definitions, place, and data collection methods.Key words: Cesarean section, hypotension, incidence, risk factors, spinal anesthesia DOI: 10.15851/jap.v4n1.745
Perbandingan Nilai APGAR Bayi yang Lahir melalui Sectio Caesarea dengan Anestesia umum dan Anestesia Spinal dari Ibu Eklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang Angga Kesumah; Rini Rustini; Roslaili Rasyid
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1S (2020): Online January 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1S.1163

Abstract

Pemilihan anestesia yang digunakan untuk pasien eklampsia masih menjadi kontroversi. Teknik anestesia spinal atau anestesia umum pada seksio sesarea dapat menpengaruhi luaran neonatus. Tujuan: Membandingkan nilai APGAR neonatus yang lahir melalui sectio caesarea antara anestesia umum dan anestesia spinal pada ibu eklampsia. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Sampel adalah 63 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat anestesia spinal sebanyak 30 dan anestesia umum sebanyak 33. Data diperoleh dari rekam medik RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2015 sampai Desember 2018. Data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil: Pada menit pertama asfiksia (APGAR1<7) terjadi pada 12 (40%) neonatus kelompok spinal dan 32 (97%) neonatus kelompok umum. Sementara itu, pada menit kelima asfikasia (APGAR5<7) terjadi pada 5 (16,7%) neonatus kelompok spinal dan 18 (54,5%) neonatus kelompok umum. Terdapat perbedaan nilai APGAR yang bermakna dengan nilai p<0,01 pada menit pertama dan p=0,02 pada menit kelima (p<0,05). Simpulan: Penggunaan anestesia spinal untuk sectio caesarea pada ibu eklampsia memberikan luaran nilai APGAR yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan anestesia umum.
Perbandingan Lama Rawatan Pasien Sectio Caesarea Metode ERACS dengan Metode Konvensional di RSIA Restu Ibu Padang Harbaindo, Shavira Quincy; Effendi, Rinal; Linosefa, Linosefa; Suharti, Netti; Rustini, Rini; Antonius, Puja Agung
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol. 5 No. 4 (2024): Desember 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v5i4.989

Abstract

Latar Belakang. Angka sectio caesarea yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun mendorong banyaknya potensi yang timbul untuk mengembangkan pelayanan, salah satunya dari aspek kecepatan pemulihan yang ditawarkan metode ERACS (Enhanced Recovery After Caesarean Surgery). Metode ERACS memiliki beberapa perbedaan dari metode konvensional, dan menurut penelitian terdahulu, metode ERACS menunjukan lebih banyak keunggulan yang dapat menguntungkan pasien, salah satunya dari segi lama rawatan. Objektif. Mengetahui perbandingan lama rawatan pasien sectio caesarea metode ERACS dengan metode konvensional di RSIA Restu Ibu Padang. Metode. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain kohort. Data diambil secara retrospektif dari rekam medik pasien sectio caesarea di RSIA Restu Ibu periode November-Desember 2021. Sampel berjumlah 67 pasien yang dipilih menggunakan total samplingberdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil. Frekuensi lama rawatan paling tinggi pada pasien sectio caesarea dengan metode konvensional adalah lebih dari atau sama dengan 3 hari, sedangkan lama rawatan pada metode ERACS menunjukan paling banyak pasien dirawat selama 2 hari. Hasil analisis dengan uji Chi-square pada perbandingan lama rawatan antara metode ERACS dengan metode konvensional di rumah sakit tempat penelitian menunjukan nilai p=0,002. Kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) dari perbandingan lama rawatan antara metode ERACS dengan metode konvensional di RSIA Restu Ibu Padang.
Efektivitas Edukasi dan Pelatihan Early Warning System (EWS) untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Kurnia, Dedy; Indra, Beni; Effendi, Rinal; Rustini, Rini; Usman, Elly; Aulia, Apif
Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian Vol. 4 No. 5 (2025): JURNAL LOCUS: Penelitian & Pengabdian
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/locus.v4i5.4011

Abstract

Pelatihan Early Warning System (EWS) memiliki peran penting dalam kesiapsiagaan prabencana, terutama bagi tenaga kesehatan yang berperan sebagai garda depan dalam situasi darurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan EWS dalam meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan di Rumah Sakit Dr. Adnaan WD Payakumbuh. Sebanyak 40 petugas kesehatan mengikuti pelatihan ini, yang terdiri dari sesi pre-test, pelatihan, dan post-test menggunakan 20 pertanyaan pilihan ganda untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pelatihan, sebagian besar peserta berada pada kategori pengetahuan kurang (75%) dan cukup (25%), tanpa ada peserta yang mencapai kategori baik. Setelah pelatihan, terjadi peningkatan signifikan, dengan 40% peserta mencapai kategori baik, 60% berada dalam kategori cukup, dan tidak ada lagi peserta dalam kategori kurang. Secara keseluruhan, terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 62% setelah pelatihan, yang menegaskan efektivitas metode pelatihan berbasis kuliah dan simulasi langsung. Pelatihan EWS terbukti dapat meningkatkan kesiapan tenaga kesehatan dalam menghadapi situasi prabencana. Implementasi pelatihan ini secara rutin dan meluas, didukung dengan penggunaan teknologi simulasi modern, dapat semakin memperkuat kesiapsiagaan prabencana dalam menghadapi berbagai ancaman bencana di masa depan.
Assessing Chicken Rendang in Padang: Quality, Nutrition, and Sensory Analysis Novia, Deni; Yuherman; Winda Sartika; Rini Rustini
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak Vol. 19 No. 1 (2024)
Publisher : Faculty of Animal Science Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jitek.2024.019.01.1

Abstract

Chicken rendang is loved by children and adults alike but is still often found in restaurants in Padang City. As a representative of the Minang Region, the city of Padang is very representative of sampling chicken rendang because each rendang has a different process and taste. This research examined the quality, nutritional value, and taste of chicken rendang sold in Padang City. The method used in this research was a survey method with random sampling (purposive sampling), and then laboratory analysis was carried out. Data processing used a 9x2 randomized block design (nine samples and two groups), with samples being places where chicken rendang was taken from 8 restaurants in the city of Padang and one chicken rendang sold commercially (packing) as a control, while quality test without using controls. The parameters observed were quality (FFA, TBA, and cholesterol levels), nutritional value (moisture content, protein content, fat content, ash content), and sensory analysis (color, aroma, texture, and taste of 30 untrained panelists) of chicken rendang. Sample G had the highest nutritional value but was lower than the sensory analysis. On the other hand, the sample I had the highest sensory assessment and high-fat content. Sample D was the best sample regarding quality, nutritional value, and sensory with FFA 0.800%, TBA 0.021 mg malonaldehyde/kg, cholesterol levels 44.35 mg/dl), nutritional value (moisture content 45.03%, protein content 14.48%, fat content 15.44%, ash content 2.80%), and sensory analysis neutral.
Physicochemical and Sensory Value of Frozen Egg Tea Drinks with Addition Carboxymethyl Cellulose (CMC) Novia, Deni; Nadira, Diny; Melia, Sri; Rustini, Rini
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak Vol. 19 No. 3 (2024)
Publisher : Faculty of Animal Science Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jitek.2024.019.03.2

Abstract

Egg tea is a nutritious traditional drink popular in Minangkabau and West Sumatra and outside this area. Drinks usually consumed hot can be frozen to expand marketing, extend shelf life, and enjoy egg tea at low temperatures while maintaining its quality. This research proposed the physicochemical and sensory value of adding carboxymethyl cellulose (CMC) to frozen egg tea drinks. This research used an experimental, completely randomized design of five treatments and four replications. The CMC percentages were used from 0% to 0.8%. The parameters observed in the study were protein content, fat content, total solids, and sensory value. The results of the research showed that the addition of CMC to frozen egg tea drinks had a significant effect (p < 0.05) on protein content, fat content, total solids, and sensory tests (sensory value of texture and overall acceptability) but had no significant effect (p > 0.05) on sensory test for color, taste, and aroma. This research concludes that frozen egg tea drinks with the best CMC percentage was obtained by adding 0.6% CMC with a protein content of 3.09±0.25%, fat content of 1.12±0.02%, total solids of 12.13±0.18%, and a favorable sensory assessment.
Gambaran Kematian di RSUP Dr M Djamil Padang Rahmadiyani, Rahmadiyani; Susanti, Rika; Putri, Biomechy Oktomalio; Manela, Citra; Lestari, Tuti; Rustini, Rini
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 9 (2024): Volume 4 Nomor 9 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i9.14854

Abstract

ABSTRACT The definition of death is stated in the Law of the Republic of Indonesia, this law explains the diagnostic criteria for clinical death and brain stem death. In forensic medicine, we study death, changes after death, and what is behind these changes. Forensic and Medicolegal Department of RSUP Dr. M. Djamil has a body register book which contains data on the deaths of incoming bodies containing name, gender, age, registration number, diagnosis, actions taken and so on. However, there has been no research regarding the alleged cause and manner of death at Dr. M. Djamil Padang. The aim of this study was to determine the description of deaths at RSUP Dr. M. Djamil Padang in 2018-2022. This research is a descriptive study which takes data from the body register book which is entered into the Forensic and Medicolegal Department of RSUP Dr. M. Djamil Padang 2018-2022. The number of bodies entered into the Forensic and Medicolegal Department of RSUP Dr. M. Djamil Padang from 2018 to 2022 is 16,765 bodies. Every year more than 50% of deaths occur in men with the largest age group being the late elderly at 24.2%-25.6% per year and 46.1%-53.1% per year of deaths from West Sumatra outside Padang. The largest group of causes of death based on ICD-10 is the group of symptoms, signs and other disorders at 33%-45% per year with the most frequent diagnoses being septic shock and MODS. Deaths occurring outside hospitals are less than 2% per year. The percentage of unnatural deaths is below 7% per year, of which as many as 40.5%-78.1% per year are not examined because of refusal from the family. Description of death at RSUP Dr. M. Djamil Padang is relatively same every year. Keywords: Forensics, Cause of Death, Description of Death  ABSTRAK Definisi kematian tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia, yang menjelaskan tentang kriteria diagnosis mati klinis dan mati batang otak. Dalam kedokteran forensik dipelajari tentang kematian, perubahan setelah kematian, dan apa yang melatarbelakangi perubahan tersebut. Departemen Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. M. Djamil memiliki buku register jenazah yang berisi data kematian jenazah yang masuk berisi nama, jenis kelamin, usia, nomor registrasi, diagnosis, tindakan yang dilakukan dan sebagainya. Namun, belum ada penelitian terkait dugaan sebab dan cara kematian di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kematian di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018-2022. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana mengambil data dari buku register jenazah yang masuk ke Departemen Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018-2022. Jumlah jenazah yang masuk ke Departemen Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018 hingga 2022 adalah 16.765 jenazah. Setiap tahunnya lebih dari 50% kematian pada laki-laki dengan kelompok usia terbanyak masa lansia akhir sebesar 24,2%-25,6% pertahun dan 46,1%-53,1% pertahun jenazah dari Sumatera Barat diluar Padang. Kelompok penyebab kematian berdasarkan ICD-10 yang terbanyak adalah kelompok gejala, tanda, dan kelainan lainnya sebesar 33%-45% pertahun dengan diagnosis terbanyak syok sepsis dan MODS. Kematian yang terjadi diluar rumah sakit kurang dari 2% pertahun. Persentase mati tidak wajar berada dibawah 7% pertahun, dimana sebanyak 40,5%-78,1% pertahun tidak dilakukan pemeriksaan karena penolakan dari pihak keluarga. Gambaran kematian di RSUP Dr. M. Djamil Padang relatif sama setiap tahunnya. Kata Kunci: Forensik, Penyebab Kematian, Gambaran Kematian