Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

BERTUKAR TANGKAP DENGAN RAJA PENYAIR PUJANGGA BARU: PENGARUH AMIR HAMZAH TERHADAP CHAIRIL ANWAR (Seizing words with the King of the New Writer: The influence of Amir Hamzah on Chairil Anwar) Dipa Nugraha
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.957 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.734

Abstract

This article aims to describe the influence of the poem “Padamu Jua” by Amir Hamzah on two poems written by Chairil Anwar, “Di Mesjid” dan “Doa.” It is a qualitative study. The study was conducted using close reading. The result of the analysis showed that Chairil Anwar useds symbolic expressions from Amir Hamzah’s poem. Nevertheless, Chairil Anwar transformeds these symbolic expressions creatively based on his situation in adaptation with his situation when making his poems. The poems where analysed in this study showed a distance issue between the poets and their God.AbstrakArtikel penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengaruh sajak “Padamu Jua” karya Amir Hamzah yang tampak di dalam dua sajak karya Chairil Anwar yang berjudul “Di Mesjid” dan “Doa.” Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pembacaan cermat (close reading). Hasil pembacaan cermat menunjukkan bahwa meski kedua sajak Chairil Anwar yang menjadi objek pembacaan menunjukkan jejak pengaruh ekspresi simbolik Amir Hamzah namun Chairil Anwar secara kreatif mentransformasikan ekspresi simbolik tersebut sesuai dengan situasinya. Sajak-sajak yang dianalisis juga menunjukkan adanya masalah jarak antara kedua penyair dengan Tuhan.
Moralitas, Keberterimaan, Pendidikan Karakter, HOTS, dan Kelayakan Bahan dalam Pembelajaran Sastra Dipa Nugraha
JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Vol 5, No 2 (2020): VOLUME 5 NUMBER 2 SEPTEMBER 2020
Publisher : STKIP Singkawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26737/jp-bsi.v5i2.1843

Abstract

Artikel ini bertujuan membahas beberapa isu dalam pembelajaran sastra yang terkait dengan moralitas, keberterimaan, pendidikan atau pembentukan karakter, HOTS, dan kelayakan karya sastra. Metode penelitian  kajian literatur dipergunakan di dalam membandingkan dan mengintegrasikan teori, hasil penelitian, dan pendapat ahli berkenaan dengan pembelajaran sastra dan isu yang relevan di dalam tujuan penelitian. Sumber data berasal dari buku, artikel penelitian, dan tulisan ahli di dalam pembelajaran sastra. Dari pembahasan dan analisis, ditemukan bahwa keterkaitan moralitas dan karya sastra di dalam pembelajaran sastra adalah unik. Ia menempatkan guru sebagai penanggung jawab dengan segala risikonya. Karya sastra memiliki potensi di dalam pendidikan karakter dan HOTS dengan kehadiran guru sebagai fasilitator dan pendamping. Hal lainnya yang menjadi bahasan di dalam artikel ini adalah mengenai isu kelayakan sebuah karya sastra sebagai bahan pembelajaran sastra yang tidak bisa melepaskan diri dari isu penjenjangan karya sastra menurut tahapan usia pebelajar dan kelayakan karya sastra di dalam memenuhi ekspektasi kurikulum dan diskursus kesastraan nasional.
Representasi Maskulinitas di Tahun 1970-1980an dalam Lagu Ebiet G. Ade Dipa Nugraha
LINGUA : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 18 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Center of Language and Cultural Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30957/lingua.v18i1.668

Abstract

This study focuses on the representation of masculinity in Ebiet G. Ade’s songs. This is the implementation of gender or masculinity studies on pop culture products. It aims to provide evidence on the variety of masculine representations in pop culture products in the same period of time. This is qualitative research. Content analysis with transcript method is used. Data is taken from Ebiet G. Ade’s 1988 music album 20 Lagu Terpopuler Ebiet G. Ade Vol. 1-10 1977-1987. The result of this study shows that the masculine representation in Ebiet G. Ade’s songs is different from previous research on the masculine representation of Indonesian men in other pop culture products from the same period.
Literasi Digital dan Pembelajaran Sastra Berpaut Literasi Digital di Tingkat Sekolah Dasar Dipa Nugraha
Jurnal Basicedu Vol 6, No 6 (2022): December 2022
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.3318

Abstract

Pembicaraan tentang literasi digital di Indonesia masih dominan pada keterampilan penggunaan teknologi komunikasi & informasi dan internet serta pencegahan dari pengaruh negatif yang ada. Artikel ini bertujuan memberikan rujukan tambahan di dalam kepustakaan literasi digital agar pembicaraan tentang literasi digital dapat diperluas tidak sekadar pada isu tersebut. Artikel ini adalah artikel tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan terhadap artikel-artikel yang diperoleh dengan metode survei internet melalui penelusuran dengan menggunakan kata kunci “literasi digital” melalui Google Scholar. Literatur lainnya di dalam pembahasan adalah peta jalan literasi digital dari Kominfo dan tulisan-tulisan akademisi internasional yang dipilih secara selektif berdasarkan jumlah kutipan tertentu melalui metode gelinding bola salju (snowballing). Hasil dari tinjauan pustaka berkenaan dengan literasi digital menghasilkan satu pendefinisian literasi digital sebagai seperangkat keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), dan kesadaran (awareness) yang dapat membuat seseorang untuk kritis, kreatif, produktif, bertanggung jawab, dan aman di dalam menggunakan teknologi informasi & komunikasi dan internet serta hadir ke dalam dunia digital sesuai dengan konteks kebutuhan dan atau lingkungan tertentu. Artikel ini juga sampai pada kesimpulan bahwa integrasi literasi digital di dalam pembelajaran di sekolah merupakan satu kemestian meskipun perlu dicermati pula akan adanya hambatan kesenjangan digital (digital divide) dalam konteks keindonesiaan.
Literasi Digital dan Pembelajaran Sastra Berpaut Literasi Digital di Tingkat Sekolah Dasar Dipa Nugraha
Jurnal Basicedu Vol 6, No 6 (2022): December 2022
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.3318

Abstract

Pembicaraan tentang literasi digital di Indonesia masih dominan pada keterampilan penggunaan teknologi komunikasi & informasi dan internet serta pencegahan dari pengaruh negatif yang ada. Artikel ini bertujuan memberikan rujukan tambahan di dalam kepustakaan literasi digital agar pembicaraan tentang literasi digital dapat diperluas tidak sekadar pada isu tersebut. Artikel ini adalah artikel tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan terhadap artikel-artikel yang diperoleh dengan metode survei internet melalui penelusuran dengan menggunakan kata kunci “literasi digital” melalui Google Scholar. Literatur lainnya di dalam pembahasan adalah peta jalan literasi digital dari Kominfo dan tulisan-tulisan akademisi internasional yang dipilih secara selektif berdasarkan jumlah kutipan tertentu melalui metode gelinding bola salju (snowballing). Hasil dari tinjauan pustaka berkenaan dengan literasi digital menghasilkan satu pendefinisian literasi digital sebagai seperangkat keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), dan kesadaran (awareness) yang dapat membuat seseorang untuk kritis, kreatif, produktif, bertanggung jawab, dan aman di dalam menggunakan teknologi informasi & komunikasi dan internet serta hadir ke dalam dunia digital sesuai dengan konteks kebutuhan dan atau lingkungan tertentu. Artikel ini juga sampai pada kesimpulan bahwa integrasi literasi digital di dalam pembelajaran di sekolah merupakan satu kemestian meskipun perlu dicermati pula akan adanya hambatan kesenjangan digital (digital divide) dalam konteks keindonesiaan.
The Campaign to Remove Si Kancil from Indonesian Schools (Kampanye Hapus Si Kancil dari Sekolah Indonesia) Dipa Nugraha; Suyitno Suyitno; Elisabeth Ashton
Indonesian Language Education and Literature Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Tadris Bahasa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/ileal.v8i1.10890

Abstract

In 2010, the Indonesian Corruption Eradication Commission (KPK) declared a campaign against the most well-known trickster fable or folktale in Indonesia, Si Kancil. They urged for Si Kancil’s removal from the reading materials for young children in schools. This article aims to provide a literature review relating to the arguments over the campaign to remove or preserve Si Kancil from Indonesian schools. A comparative literature review is used to compare the arguments over trickster folktales’ impact on children and how Si Kancil was put within this context. This article concludes that Si Kancil should not have been blamed for the difficulties of eradicating corruption in Indonesia. Si Kancil can benefit the cognitive and metacognitive development of Indonesian school children. It is also suggested that Si Kancil, as an Indonesian cultural artifact, should be preserved and indeed celebrated as reading material in Indonesian schools and bedtime storytelling.Pada tahun 2010, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendeklarasikan kampanye melawan fabel atau cerita rakyat hewan cerdik yang paling terkenal di Indonesia, Si Kancil. Si Kancil mengajarkan manipulasi dan tipu muslihat kepada anak-anak Indonesia. KPK mendesak agar Si Kancil dihapus dari bahan bacaan untuk anak-anak di sekolah. Artikel ini bertujuan memberikan kajian pustaka berkenaan dengan argumen penghapusan atau pelestarian cerita Si Kancil di sekolah. Metode tinjauan pustaka komparatif dipergunakan dalam rangka membandingkan argumen tentang dampak Si Kancil pada anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa seharusnya Si Kancil tidak dipersalahkan atas sulitnya pemberantasan korupsi di Indonesia. Di sisi lain, dongeng Si Kancil justru dapat bermanfaat bagi perkembangan kognitif dan metakognitif siswa di Indonesia. Malah disarankan agar Si Kancil sebagai artefak budaya Indonesia untuk dilestarikan dan dirayakan sebagai bahan bacaan di sekolah-sekolah Indonesia dan dongeng pengantar tidur.
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA): Masalah Kefasihan, Kebakuan, Rujukan Belajar, dan Kesusastraan Dipa Nugraha
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/sap.v7i2.13788

Abstract

Bahasa Indonesia is one of the languages with the most speakers in the world. However, Bahasa Indonesia still needs to be campaigned to become one of the most important languages in the international arena. This is the context of why the BIPA or Indonesian Language for Foreign Speakers program was born. It has been going on for a long time, the BIPA program continues to experience improvements. This article aims to provide some input into improving Indonesian language learning through the BIPA program. Observation, survey, and interview through informal conversations were used in conducting qualitative investigations to describe BIPA learning related to fluency, standard language, learning tool or reference, and literature. These were conducted from around February to early August 2022. This research shows that active class participation and learning consistency of BIPA students have a major impact on the progression speed of Indonesian language mastery. This study also shows that the misuse of Google Translate has caused a negative impact on BIPA students and the urgency of using local folklore materials in BIPA learning in Indonesia.
POSISI PENGARANG DALAM INTERPRETASI: PEMBACAAN DUA SAJAK TERKENAL SITOR SITUMORANG Dipa Nugraha
Widyaparwa Vol 48, No 1 (2020)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.753 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v48i1.414

Abstract

On how interpretation must position the author of the text is still discussed and always relevant in literary criticism. From mimetic, expressive, social context and creative process, objective approaches towards Barthes’ the death of the author, to the Foucauldian function of the author, the positions of the author with and within his text have always been disputed. This study uses comparative approach. It applies reading with multiple lenses of interpretation to compare the interpretations from different literary approaches in regard to the position of the author in interpretation. Interpretive readings using multiple lenses of interpretation on the status of the author with and within the text are described to show the differences among them. Two most celebrated poems from one of the Indonesian best poets Sitor Situmorang,“Cathedrale de Chartres” and “Malam Lebaran,” are selected and interpreted in this article. The basis for every interpretive reading based on every theory discussed is also provided and explained. This study shows that the author is always present with or within the text he creates. His existence manifests in various ways and in different contexts. Pembicaraan mengenai relevansi pengarang di dalam pembacaan atau interpretasi karya sastra tidak pernah lekang hingga kini. Dari pendekatan mimetik, ekspresif, situasi sosial dan interaksi kreatif, objektif, kematian pengarang oleh Barthes, hingga berlanjut dengan fungsi pengarang oleh Foucault, posisi pengarang terus diperbincangkan. Kajian ini menggunakan pendekatan komparatif.  Kerangka kerja pembandingan mengacu pada interpretasi berlensa jamak yang menyuguhkan berbagai interpretasi dengan pendekatan yang ada sejak masa Yunani kuno hingga masa pascastrukturalisme berkait dengan posisi pengarang dalam interpretasi karya sastra. Dua sajak terkenal Sitor Situmorang, “Cathedrale de Chartres” dan “Malam Lebaran,” diletakkan dalam contoh kerja interpretasi. Di dalam setiap interpretasi yang disuguhkan diberikan acuan teoretis paradigma mengenai bagaimana operasi pembacaan atau interpretasi diberlakukan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa posisi pengarang di dalam interpretasi tidak bisa dihilangkan dari setiap usaha interpretasi teks. Pengarang selalu hadir dan termanifestasikan dalam berbagai cara dan muncul lewat beraneka konteks.  
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Warga Binaan yang Sedang Menjalani Masa Tahanan Di Rutan Ali Imron Al-Ma'ruf; Gallant Karunia Assiddik; Dipa Nugraha
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 16th University Research Colloquium 2022: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehidupan di dalam penjara mengakibatkan warga binaan mengalami masalah psikologis. Beberapa masalah psikologis yang sering di temui adalah kecemasan dan kualitas tidur. Cemas adalah perasaan yang tidak santai karena adanya ketidaknyamanan yang disertai oleh suatu respon. Selain itu, dampak kecemasan dapat bermanifestasi pada fisik dan psikologis salah satunya adalah gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur warga binaan yang sedang menjalani masa tahanan di Rutan Kelas 2a Kota Pekalongan. Penelitian ini melibatkan warga binaan sebanyak 119 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi meliputi warga binaan Rutan Kelas 2A Kota Pekalongan dan responden berusia >17 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan deskripsi korelasi, pendekatan cross sectional. Alat ukur menggunakan kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale dan Kuesioner Kualitas Tidur. Analisa data menggunakn uji chi square corelation. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur warga binaan (pvalue = 0,044). Selain itu, hasil penelitian menujukan mayoritas kecemasan sedang dan kualitas tidur cukup pada warga binaan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas tingkat kecemasan sedang dan kualitas tidur cukup. Selain itu, hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur warga binaan. Berdasarkan hasil penelitian maka perlunya memperhatikan kondisi fisik maupun psikis pada warga binaan sebagai bentuk upaya untuk menjaga kesehatan mental warga binaan yang sedang menjalani masa tahanan di rutan khususnya.
ISU TERKINI DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: KELIMPAHAN INFORMASI, KECERDASAN BUATAN, DAN LITERASI DIGITAL Dipa Nugraha; Main Sufanti
Kajian Linguistik dan Sastra Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/kls.v8i1.22024

Abstract

Chairil Anwar's poems have been discussed by dozens of Indonesian literary critics and academics. Even so, there could still be cases of incorrect identification of Chairil Anwar's poetry by Indonesian literary academics. This article is an investigative research article. Data was obtained from surveys through cyberspace using the Google search engine with certain keywords and applying snowballing techniques. In order to enrich the data in explaining cases of incorrect identification of Chairil Anwar's poetry, class simulations were carried out. The first class simulation resulted in findings of the phenomenon of information overload as the cause of the identification of Chairil Anwar's poetry. In another class simulation, it was found that artificial intelligence in open-access conversation formats such as the GPT Chat which was just present at the time this article was written needs to be closely observed for its development and potential in literary learning. The conclusion of this article is that there is an urgency to increase Indonesian literary literacy in literary learning in tertiary institutions as well as the need for its integration with digital literacy learning.Keywords:  Literary Myopia, Digital Literacy, Information Overload, Artificial Intelligence, ChatGPT