Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Lokalitas Tafsir Al-Qur’an Minangkabau (Studi Tafsir Minangkabau Abad ke-20) Aldomi Putra; Hamdani Anwar; Muhammad Hariyadi
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.365 KB) | DOI: 10.29240/alquds.v5i1.2550

Abstract

Locality of Minangkabau in Interpretation of the Qur’an: (the study of Minangkabau interpretation of the 20th century)This study aims to find the absorption of locality in the interpretation of the Qur'an in Minangkabau, and to prove that Anthony H. Johns 'statement "cannot be denied the influence of local language in explaining the Al-Qur'an" and Islah Gusmian's statement "tafsir Al-Qur'an as a cultural product, it certainly struggles with tradition, culture, and socio-political realities”. This research is a qualitative research type of library research (library research), which uses a historical-philosophical approach. The primary sources of this research are the interpretation of Tafsir al-Burhân by Haji Abdul Karim Amarullah, Risâlah al-Qaul al-Bayyân fî Tafsîr al-Qur'ân, the work of Syeikh Sulaiman Arrasuli, and the tafsir of al-Da'wah wa al-Irsyâd ilâ Sabîl al -Rasyad by Abdul Lathif Syakur. This research found several aspects of locality in the interpretation of the Al-Qur'an Minangkabau, namely; first, the writing of interpretation as a request from the community, second, the absorption of local languages in translating and interpreting the Qur'an, third, using local samples in interpretation, fourth, the absorption of local customs in interpretation, and fifth using Minangkabau adagium in interpretation. Thus, the Minangkabau tafsir al-Qur'an is full of locality absorption
KAREKTERISTIK KOMUNIKASI NABI MUHAMMAD SAW BERBASIS KHITHAB QUL DALAM AL-QUR’AN Muhammad Hariyadi; Ali Mahfudz
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol 4, No 01 (2021): Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
Publisher : STIT AL-AMIN KREO TANGERANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36670/alamin.v4i01.85

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap karakteristik komunikasi Nabi Muhammad SAW dalam perspektif Al-Qur’an. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode tafsir tematik kosa kata. Artikel ini memfokuskan kepada khithab Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW berupa kata qul yang merupakan pengajaran Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam berkomunikasi kepada ragam komunikan. Beberapa karakteristik komunikasi Nabi SAW yang ditemukan dari penelitian ini diantaranya memiliki integritas keimanan, memiliki keahlian dan dapat dipercaya, tidak meminta imbalan, rendah hati, menempatkan diri pada situasi yang dihadapi komunikaan (empati), sadar otoritas diri, berserah diri (tawakal) kepada Allah SWT, peka konteks, dan strategi moderasi.
PENDIDIKAN GENDER: KAJIAN ATAS HAK SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Dewi Murni; Muhammad Hariyadi
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam Vol 3, No 1 (2021): Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/andragogi.v3i01.158

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji data-data empirik terkait fenomena sexualitas dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan bahwa hak seksual antara suami dan istri harus didasarkan pada cinta, keinginan biologis yang kuat, dan cara yang halal dan normal, bukan dalam hubungan haram dan menyimpang. Kedudukan laki-laki/suami dan perempuan/istri pada hakikatnya adalah sama alias pasangan, baik dari sisi peran laki-laki dan perempuan aktif dan utama. Tawaran interpretasi baru dan solusi dalam pemenuhan hak seksual perspektif Al-Qur’an meliputi beberapa hal. Pertama, interpretasi ajaran agama laki-laki dan perempuan sama-sama menjaga pandangan dan kehormatan diri, sederajat, dan bertanggung jawab. Hal ini semua untuk menepis pandangan inferior terhadap jenis kelamin perempuan. Kedua, solusinya adalah dengan menjaga ketahanan keluarga yang sakînah, mawaddah, warahmah. Membangun masyarakat yang ideal, berkualitas, serta menata ulang kebijakan publik yang ramah terhadap perlindungan perempuan dari kejatahatan seksual.
Integrasi Sekolah dan Keluarga Pada Anak Usia Dini Nurul Hikmah; Muhammad Hariyadi; Aas Siti Sholichah
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 10, No 02 (2021): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v10i02.2345

Abstract

Penelitian ini fokus pada integrasi sekolah dan keluarga pada pendidikan anak usia dini.  Penelitian ini dibatasi pada RA Bait Qur’any. Secara umum, penelitian ini memiliki tujuan khusus penelitian ini yaitu: menganalisa bagaimana integrasi sekolah dan keluarga pada anak usia dini di RA Bait Qur’any dan menganalisa type kerjasamanya. Adapun manfaat penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan pengetahun tentang integrasi sekolah dan keluarga pada anak usia dini. Hasil penelitian ini yaitu, RA Bait Qur’any memiliki tipe kerjasama keluarga dan sekolah yang mencakup beberapa type yaitu: parenting, communicating dan decision making, dan learning At Home. Tipe kerjasama sekolah dan keluarga di RA Bait Qur'any belum ada yang berupa Collaborating with the comunity. 
Pendidikan Karakter Melalui Tasawuf Akhlaki Perspektif Al-Quran Muhammad Hariyadi; Roihan Alansyari; Nurbaiti Nurbaiti
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 11, No 01 (2022): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v11i01.2265

Abstract

Artikel ini menyimpulkan bahwa pengamalan maqamat dalam tasawuf akhlaki perspektif al-Quran memberi kontribusi terhadap pendidikan karakter, seperti maqam tobat mendidik karakter komitmen, maqam sabar mendidik karakter pengendalian diri, maqam zuhud mencegah karakter terlalu mencintai dunia, maqam tawakal mendidik karakter kesungguhan, maqam syukur mendidik karakter peduli sosial, maqam fakir mencegah karakter materialistis dan maqam rida mendidik karakter berlapang dada. Temuan ini mendukung pendapat Sayyed Hossein Nasr (2001) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter yang didasarkan pada kerangka nilai agama semestinya melalui pendekatan sufistik dan menolak pendapat Aguste Comte (1857), Karl Marx (1883), Herbert Spencer (1903), Emile Durkheim (1917), Max Weber (1920) dan Sigmund Freud (1939) yang meyakini bahwa manusia mampu menyelesaikan persoalan kehidupan (termasuk persoalan karakter) tanpa melibatkan agama. Metode penelitian yang digunakan dalam disertasi adalah penelitian kualitatif melalui riset kepustakaan (library research).
TRADISI DALAM AL-QUR’AN ( Studi Tematik Paradigma Islam Nusantara dan Wahabi) Muhammad Hariyadi; Ardiansyah
Madani Institute : Jurnal Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan dan Sosial-Budaya Vol. 9 No. 1 (2020): Madani Institute | Jurnal Politik, Hukum, Pendidikan, sosial dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Studi kebijakan MADANI Instutute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Maraknya fenomena sikap dan pemahaman yang antipati terhadap tradisi di masyarakat Islam, seperti pengharaman selametan tiga hari, tujuh hari dari kematian, peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW (maulȗd an-Nabi) dan tradisi-tradisi lainnya, membuat resah sebagian masyarakat Islam, karena bagi sebagian umat Islam tradisi adalah sesuatu yang sangat sakral. Pelarangan dan penghapusan tradisi itu ada yang beralasan karena merupakan bentuk bid’ah, syirik, dan khurafat. Tradisi di dalam Al-Qur’an Allah SWT sebut dengan al’urf, yang maknanya adalah perkara yang baik (al-amru al-mustahsin), demikianlah Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan makna al-‘urf. Islam Nusantara dan Wahabi dalam dakwah dan ajarannya sama-sama mengajak manusia pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, berusaha mengembalikan masyarakat Islam pada ajaran Islam yang benar, yaitu kembali dari praktek tradisi-tradisi yang dianggap bid’ah, syirik dan khurafat tersebut kepada ajaran Islam yang benar. Tanpa melihat apakah tradisi itu bertentangan dengan syari’at atau tidak, Islam Nusantara berdakwah dengan tidak memberhangus tradisi, bahkan menjadikan tradisi itu terasimilasi dengan ajaran Islam, dan ini sebagaimana yang digaung-gaungkan oleh tokoh-tokoh Islam Nusantara seperti Abdurrahman Wahid (Gusdur) dengan wacana pribumisasi Islam, Hasbi As-Shidqi dengan wacana Fikih Indonesia, serta tokoh tokoh lainnya seperti Abdul Muqsith Ghazali, Akhmad Sahl, Nurcholish majid, Afifudin Muhajir, dan Said Aqil Siraj. Adapun Wahabi berusaha untuk menghapuskan tradisi, tradisi-tradisi yang ada di masyarakat. Seperti dengan konsep pemurnian tauhid tokoh utamanya Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu menolak tradisi yang dianggap penuh dengan kebid’ahan dan mengandung unsur syirik. Ini juga sesuai dengan pemahaman Ibnu Taimiyyah, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Ahmad bin Abdul Halim Al-Harani Ad-Dimasyqi dan Muhammad bin Abdus Salâm Khadr As Syuqairy
Karateristik Pendidikan Inter-Religius Dalam Al-qur’an Muhammad Hariyadi; Imronuddin Imronuddin
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v20i1.20649

Abstract

The conclusion of this article is that inter-religious education in the Quran is an education that encourages all students to have an intellectual, moral, achievement and noble personality with humanity and togetherness orientation to develop the principles of democracy, equality and justice in social life and compassion for the universe on the basis of faith in God. Students are required to know the background of each religion and not see it from just one perspective, but also through the perspectives of others to avoid excessive fanaticism in religion that can be a trigger for conflict so far. The article also found two things needed in the construction of Inter-Religious Education, namely; firs! to carry out dialogue by placing each religion in an equal position. Second, develop an attitude of tolerance by providiug opportunities for each religion to urderstand each other. The method that authors use in this study is a qualitative method that is supported by research libraries. While the method of interpretation that authors use is the method of interpretation maudu'i, the authors chose this method because this method can be used as an excavator of lnter-Religious Education according to the Qur'an more comprehensively.
Sisi Pendidikan dalam Metode Drama Kisah Qabil dan Habil Muhammad Hariyadi; M Subki
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 11, No 02 (2022): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v11i02.2652

Abstract

Tidak semua orang dapat memahami maksud Al-Qur’an dengan baik, apalagi mengambil sisi pendidikannya, padahal salah satu fungsi Al-Qur’an harusnya mampu menjadi petunjuk bagi manusia. Beberapa diantaranya disebabkan oleh rumitnya komponen yang harus dikuasai oleh seorang mufasir, seperti harus menguasai nahwu sharf, ilmu lughah, ilmu isytiqâq, ilmu ma’âni, ilmu bayân, ilmu badî’, ilmu qirâ’at, ilmu kalam, ilmu Ushul Fiqh, ilmu qashash, ilmu manthiq, nâsikh mansûkh, ilmu hadits dan ilmu munâsabah. Metode drama dengan mengandalkan visualisasi dapat memudahkan pembaca memahami isi Al-Qur’an, tanpa dibatasi oleh penguasaan syarat-syarat di atas. Sebagaimana dalam kisah Qabil dan Habil yang tertuang dalam Surah Al-Ma’idah 5/: 27-31. Dengan metode drama imajinasi pembaca akan memudahkan untuk mengakses kandungan ayat tersebut secara baik dan akan memudahkan pula dalam mengambil sisi pendidikannya, karena inti dari semua kisah dalamAl-Qur’an adalah bagaimana mengambil intisari sisi pendidikannya untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
PENANGGULANGAN ANTISOSIAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN Ahmad Nur Fathoni; Muhammad Hariyadi
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol 5, No 01 (2022): Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
Publisher : STIT AL-AMIN KREO TANGERANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36670/alamin.v5i01.147

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menanggulangi gangguan kepribadian (antisosial) yang dalam perspektif al-Qur’an mencakup terma: nifāq, ya’s wa qunūth, thama’, ghadhab, dzulm, fasād, dan bukhl. Penanggulangan gangguan kepribadian (antisosial) ditemukan melalui tiga strategi ilmu kesehatan yaitu: preventif, kuratif dan rehabilatitif yang dikorelasikan dengan petunjuk Al-Qur’an. Gangguan kepribadian (antisosial) tersebut bermuara dari sifat keluh kesah (halū’an) pada diri manusia (QS. Al-Maarij/70:19-23) yang disebabkan oleh kurangnya aspek keimanan, pemahaman agama, dan kekosongan hati dari ajaran-ajaran agama. Dari sisi preventif, penanggulangan dilakukan melalui penguatan kehendak (political will) dan pengoptimalan peran tanggung jawab keluarga, sekolah serta masyarakat. Sedangkan dari sisi kuratif melalui terapi kepribadian dengan memperkuat keimanan dan terapi kepribadian dengan ibadah (shalat, puasa, haji, sabar, taubat dan dzikir). Sementara dari sisi rehabilitatif, ditempuh dengan cara terapi psikologis dan menghidupkan nilai-nilai agama.
TRADISI DALAM AL-QUR’AN ( Studi Tematik Paradigma Islam Nusantara dan Wahabi) Muhammad Hariyadi; Ardiansyah
Madani Institute : Jurnal Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan dan Sosial-Budaya Vol. 9 No. 1 (2020): Madani Institute | Jurnal Politik, Hukum, Pendidikan, sosial dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Studi kebijakan MADANI Instutute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.792 KB)

Abstract

Maraknya fenomena sikap dan pemahaman yang antipati terhadap tradisi di masyarakat Islam, seperti pengharaman selametan tiga hari, tujuh hari dari kematian, peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW (maulȗd an-Nabi) dan tradisi-tradisi lainnya, membuat resah sebagian masyarakat Islam, karena bagi sebagian umat Islam tradisi adalah sesuatu yang sangat sakral. Pelarangan dan penghapusan tradisi itu ada yang beralasan karena merupakan bentuk bid’ah, syirik, dan khurafat. Tradisi di dalam Al-Qur’an Allah SWT sebut dengan al’urf, yang maknanya adalah perkara yang baik (al-amru al-mustahsin), demikianlah Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan makna al-‘urf. Islam Nusantara dan Wahabi dalam dakwah dan ajarannya sama-sama mengajak manusia pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, berusaha mengembalikan masyarakat Islam pada ajaran Islam yang benar, yaitu kembali dari praktek tradisi-tradisi yang dianggap bid’ah, syirik dan khurafat tersebut kepada ajaran Islam yang benar. Tanpa melihat apakah tradisi itu bertentangan dengan syari’at atau tidak, Islam Nusantara berdakwah dengan tidak memberhangus tradisi, bahkan menjadikan tradisi itu terasimilasi dengan ajaran Islam, dan ini sebagaimana yang digaung-gaungkan oleh tokoh-tokoh Islam Nusantara seperti Abdurrahman Wahid (Gusdur) dengan wacana pribumisasi Islam, Hasbi As-Shidqi dengan wacana Fikih Indonesia, serta tokoh tokoh lainnya seperti Abdul Muqsith Ghazali, Akhmad Sahl, Nurcholish majid, Afifudin Muhajir, dan Said Aqil Siraj. Adapun Wahabi berusaha untuk menghapuskan tradisi, tradisi-tradisi yang ada di masyarakat. Seperti dengan konsep pemurnian tauhid tokoh utamanya Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu menolak tradisi yang dianggap penuh dengan kebid’ahan dan mengandung unsur syirik. Ini juga sesuai dengan pemahaman Ibnu Taimiyyah, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Ahmad bin Abdul Halim Al-Harani Ad-Dimasyqi dan Muhammad bin Abdus Salâm Khadr As Syuqairy