Laurentius Tinambunan
Filsafat, Universitas Katolik Santo Thomas

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

SCIENCE AS PERSONAL ART Michael Polanyi on the Role of Scientist’s Personal Involvement in Scientific Knowledge Tinambunan, Laurentius
LOGOS - Jurnal Filsafat Teologi Vol 8, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai pengetahuan yang mengandalkan data yang dapat dibuktikan dan prosedur ilmiah yang baku, pengetahuan ilmiah dianggap sebagai pengetahuan yang paling dapat dipercaya dan meyakinkan. Keilmiahan disamakan dengan bebas dari segala faktor subjek, karena keterlibatan subjek dianggap menodai kemurnian pengetahuan. Ilmuwan dalam pengertian yang demikian disamakan dengan mesin pencari kebenaran yang tidak memiliki kebebasan dan kreativitas. Pandangan ini, menurut Mikael Polanyi, tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Proses yang ditempuh oleh seorang ilmuwan dalam mengusahakan suatu penemuan, misalnya, tidak terlepas dari faktor-faktor personal yang tidak seluruhnya bisa dijelaskan dan ditetapkan secara baku. Berangkat dari pengalaman Michael Polanyi sebagai ahli dalam bidang fisika dan kimia, refleksinya mengenai bagaimana sesungguhnya ilmuwan bekerja menjadi lebih otentik dan aktual.
REALITY AND ITS HIERARCHY Polanyi’s Critics on Material Reductionism Tinambunan, Laurentius
LOGOS - Jurnal Filsafat Teologi Vol 1, No 1 (2002)
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk menjawab kecenderungan ilmu-ilmu modern yang menciutkan segala sesuatu kepada hal-hal yang material, Michael Polanyi menawarkan sebuah alternatif pemahaman realitas. Menurut Polanyi, ada hirarki kenyataan. Suatu realitas dari tingkat yang lebih tinggi tidak dapat direduksi pada tingkat yang lebih rendah. Misalnya, kesadaran tidak dapat dijelaskan dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang terjadi pada otak. Pengetahuan menyeluruh tentang setiap bagian dari suatu kenyataan, tidak dapat menjelaskan keseluruhan kenyataan tersebut. Dalam cahaya pemahaman kenyataan seperti itu Polanyi membela adanya realitas metafisis dan spiritual yang harus diakui bila martabat manusia ingin dihormati.
REALITY AND ITS HIERARCHY "Polanyi’s Critics on Material Reductionism" Tinambunan, Laurentius
LOGOS Vol 1 No 1 (2002): Januari 2002
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.036 KB) | DOI: 10.54367/logos.v1i1.213

Abstract

Untuk menjawab kecenderungan ilmu-ilmu modern yang menciutkansegala sesuatu kepada hal-hal yang material, Michael Polanyimenawarkan sebuah alternatif pemahaman realitas. Menurut Polanyi, adahirarki kenyataan. Suatu realitas dari tingkat yang lebih tinggi tidak dapatdireduksi pada tingkat yang lebih rendah. Misalnya, kesadaran tidak dapatdijelaskan dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang terjadi pada otak.Pengetahuan menyeluruh tentang setiap bagian dari suatu kenyataan,tidak dapat menjelaskan keseluruhan kenyataan tersebut. Dalam cahayapemahaman kenyataan seperti itu Polanyi membela adanya realitasmetafisis dan spiritual yang harus diakui bila martabat manusia ingindihormati.
SCIENCE AS PERSONAL ART Michael Polanyi on the Role of Scientist’s Personal Involvement in Scientific Knowledge Tinambunan, Laurentius
LOGOS Vol 8 No 1 (2011): Januari 2011
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.413 KB) | DOI: 10.54367/logos.v8i1.267

Abstract

Sebagai pengetahuan yang mengandalkan data yang dapat dibuktikan dan prosedur ilmiah yang baku, pengetahuan ilmiah dianggap sebagai pengetahuan yang paling dapat dipercaya dan meyakinkan. Keilmiahan disamakan dengan bebas dari segala faktor subjek, karena keterlibatan subjek dianggap menodai kemurnian pengetahuan. Ilmuwan dalam pengertian yang demikian disamakan dengan mesin pencari kebenaran yang tidak memiliki kebebasan dan kreativitas. Pandangan ini, menurut Mikael Polanyi, tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Proses yang ditempuh oleh seorang ilmuwan dalam mengusahakan suatu penemuan, misalnya, tidak terlepas dari faktorfaktor personal yang tidak seluruhnya bisa dijelaskan dan ditetapkan secara baku. Berangkat dari pengalaman Michael Polanyi sebagai ahli dalam bidang fisika dan kimia, refleksinya mengenai bagaimana sesungguhnya ilmuwan bekerja menjadi lebih otentik dan aktual.
FILSAFAT SEBAGAI PREPARATIO EVANGELICA: Selayang Pandang Peranan Filsafat Hellenisme Pada Awal Pewartaan Kekristenan Tinambunan, Laurentius
LOGOS Vol. 6 No. 2 (2008): Juni 2008
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v6i2.1833

Abstract

The intertestamental period is the time that elapsed from the last writings of the Old Testament to the early formulation of Christian Theology (New Testament). The period was marked by a powerful cultural heritage called Hellenism that influenced also the Jews community. One of the most notable effects that Hellenism was to have upon the Jews was the translation of the Hebrew Old Testament into the Greek language (the Septuagint LXX). Philosophy, as the teaching of how to achieve happiness, is one of the element which spread across the Mediteranean during the long period of hellenisation. There is no doubt that the Hellenistic philosophy played a significant role in Jews community before and during the New Testament era. This fact rises a question about the relation of the Hellenistic Philosophy and the formulation of early Christian Theology. This paper tries to show several Hellenistic philosophical thoughts which, in certain sense, resound in the New Testament.
MEMAKNAI HIDUP SEBAGAI PERSIAPAN MENYONGSONG KEMATIAN YANG BAIK BERDASARKAN PEMIKIRAN SENECA Mulyatno, Carolus Borromeus; Woda, Thomas Aquinas Rengo; Tinambunan, Laurentius
LOGOS Vol. 20 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v20i1.2545

Abstract

Hidup manusia merupakan perjalanan untuk membangun makna sampai pada akhir hayat. Hidup bermakna menjadi bentuk persiapan menyongsong saat kematian yang tidak terduga datangnya dan sering menggelisahkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman para lansia dalam memaknai hidupnya sebagai persiapan menyambut kematian yang baik. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara mendalam untuk mengumpulkan data-data penting. Instrumen untuk menggali data berupa pertanyaan-pertanyaan dirumuskan berdasarkan kerangka pikir Seneca. Responden yang dipilih untuk menggali data adalah empat lanjut usia (lansia) yang berusia antara 65 sampai 83 tahun. Mereka berdomisili di Sleman, Yogyakarta. Pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) dipilih sebagai kerangka analisis data tentang pengalaman para lansia mengisi hari-hari di masa lansia. Hasil penelitian menunjukan bahwa para lansia memaknai hidup mereka melalui kegiatan sehari-hari. Dengan mengisi kegiatan-kegiatan positif di hari tua, para lansia lebih merasakan bahwa hidupnya diberkati. Kehadiran orang lain juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan para lansia. Praktik hidup yang baik, sikap lepas bebas dan kehadiran orang lain menjadi wujud nyata memaknai hidup sebagai persiapan menyongsong kematian yang baik.
"HOMO SOMATICUS": Persoalan Manusia dan Tubuhnya Gunawan, Leo Agung Srie; Tinambunan, Laurentius
LOGOS Vol. 21 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v21i1.3413

Abstract

Homo somaticus is the primary reality of human beings. Humans are recognized as such through their bodies and interact with both others and the world using their bodies. This article aims to argue for the existential importance of the human body. The article explores the nature and functions of the human body through the lens of phenomenology. Homo somaticus acknowledges that the human body possesses uniqueness among other creatures. As homo somaticus, humans have five fundamental body functions. Firstly, the worldly body signifies that humans are “beings-in-the world,” integrating with the world through their bodies. Secondly, the epistemological body indicates that humans acquire, assimilate, and convey knowledge through their bodies. Thirdly, the economic body suggests that the body becomes a determinant of possession, assuming the existence of a body. Fourthly, the ascetical body highlights the necessity of engaging in human activities to cultivate valuable virtues. Fifthly, the sexual body identifies the experiences shared by men and women, enabling biological reproduction and shaping social relationships. Homo somaticus underscores that the spirit is embodied, with the spirit being manifested through the body in the world. Nevertheless, the body is an integral part of human existence in the world
“HOMO AXIOLOGICUS” DIMENSI FENOMENOLOGIS DAN ONTOLOGIS NILAI Gunawan, L.A.S.; Tinambunan, Laurentius; Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol. 22 No. 1 (2025): Januari 2025
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v22i1.4470

Abstract

Homo axiologicus starts from the concept of human nature as a thoughtful animal (animal rationale). Human beings are part of the animal kingdom, but they transcend it due to their capacity for thinking. By thought, humans differentiate themselves from other animals. One key distinction is their ability to engage with and live by values, which is what defines homo axiologicus. This article aims to explain the phenomenological and ontological dimensions of value. The phenomenological dimension deals with how values appear or present themselves in human experience. The central question posed here is: How do values appear in human consciousness? Furthermore, the ontological dimension concerns the existence and nature of values, addressing questions such as: What are values? How do values exist? Where do values originate? Through these two dimensions, values in human consciousness possess two aspects: on one hand, values manifest in daily life and academic life; on the other hand, the values that appear in consciousness have an essential foundation. Therefore, values in the life of homo axiologicus present themselves existentially through both the phenomenological and ontological dimensions, demonstrating that human beings are rational beings as well as volitional beings in the world.
BERSAMA BERTRANSFORMASI MENJADI MANUSIA MENURUT GAMBAR ALLAH Nadeak , Largus; Tinambunan, Laurentius; Moa, Antonius
LOGOS Vol. 22 No. 2 (2025): Juli 2025
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manusia yang dicipta bereksistensi menurut gambar Allah mengandung potensi ciptaan (awal) dan juga mengaktualisasi proses pembetukan baru (transformasi) sepanjang sejarah kemanusiaan. Sejak awal, rencana Allah yaitu kebahagiaan bersama sesama manusia, bersama ciptaan lain, dan bersama Allah tergganggu oleh tindakan berdosa manusia, karena manusia mencedarai kebersamaan dengan mengalienasi sesama manusia, mengeksploitasi ciptaan lain, dan menjauh dari Pencipta. Bersama bertransformasi menjadi manusia menurut gambar Allah sangat relevan disuarakan agar terjadi reformasi hidup secara kontinu. Kenyataan dan proses transformasi manusia dilukiskan dengan baik dalam kiasan Pokok Anggur yang Benar dalam Yohanes 15: 1-8. Transformasi manusia menjadi diri yang terbaik adalah menjadi ciptaan baru sebagaimana direncanakan Tuhan. Kebaruan manusia akan terealisir kalau manusia berada di dalam Tuhan, dan Tuhan berada dalam manusia. Keberadaan insani yang berisi daya ilahi membangunkan kehendak manusia sehingga manusia tetap terjaga dan siap menghadapi perubahan dan bergerak menuruti perintah Yesus, yakni saling mengasihi satu sama lain. Murid Yesus dibentuk menjadi pakar kebersamaan transformatif di zaman aktual. Zaman sekarang berciri globalisasi, kecerdasan artifisial, dan perubahan disruptif. Dalam hal ini, kecerdasan manusia harus mencerminkan Kecerdasan Allah Pencipta segala sesuatu, dengannya manusia secara bersama bahagia mengalami penyelenggaraan-Nya, dan saat manusia menggunakan kecerdasan tersebut Allah dimuliakan.
REALITY AND ITS HIERARCHY "Polanyi’s Critics on Material Reductionism" Tinambunan, Laurentius
LOGOS Vol 1 No 1 (2002): Januari 2002
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v1i1.213

Abstract

Untuk menjawab kecenderungan ilmu-ilmu modern yang menciutkansegala sesuatu kepada hal-hal yang material, Michael Polanyimenawarkan sebuah alternatif pemahaman realitas. Menurut Polanyi, adahirarki kenyataan. Suatu realitas dari tingkat yang lebih tinggi tidak dapatdireduksi pada tingkat yang lebih rendah. Misalnya, kesadaran tidak dapatdijelaskan dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang terjadi pada otak.Pengetahuan menyeluruh tentang setiap bagian dari suatu kenyataan,tidak dapat menjelaskan keseluruhan kenyataan tersebut. Dalam cahayapemahaman kenyataan seperti itu Polanyi membela adanya realitasmetafisis dan spiritual yang harus diakui bila martabat manusia ingindihormati.