Articles
TOKOH PANUTAN-KHARISMATIS DALAM KEBHINEKAAN
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol 14 No 2 (2017): Juni 2017
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (128.898 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v14i2.340
Isu kebhinekaan atau keberagaman akhir-akhir ini diserukan kembali oleh orang-orang yang dianggap tokoh atau menokohkan diri dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pengangkatan kembali isu-isu tersebut bisa dimaklumi karena akhir-akhir ini tindakan-tindakan yang mengarah pada radikalisme muncul di berbagai tempat di Indonesia. Artinya, terdapatnya kelompok masyarakat yang anti kebhinekaan (tidak terang-terangan) itu pernah muncul pada masa-masa sebelumnya tetapi frekuensinya tidak sebanyak yang terjadi pada akhir-akhir ini. Bukan tidak mungkin gerakan-gerakan tersembunyi seperti itu membahayakan keutuhan negara. Tokoh panutan-kharismatis yang mengedepankan kebhinekaan demi keutuhan negara selalu dibutuhkan agar masyarakat Indonesia terbebas dari kekacauan yang disebabkan oleh sara (suku, agama dan ras).
RUMAH TRADISIONAL BATAK TOBA MENUJU KEPUNAHAN : Suatu Analisis Antropologis
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol 4 No 2 (2005): Juni 2005
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (334.368 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v4i2.397
The progress of science and technology give a great effect to human culture. New inventions or methods, either they are beneficial or not for human life, slowly put aside the people way of life is the which has already been practiced along the centuries or even take its place. One of the richness of Indonesian cultures is that there are so many kinds of traditional houses. It is one of the identities of tribes. Almost in all places in Indonesia, the forms of the traditional house-buildings are changing, even some of them are going to be disappeared. This article is a result of research on a changing culture, especially that of orientation of the Bataks in building their dwelling. Through library research on the traditional-house building of Toba Batak’s and studies on theory of culture and field research, this article describes the causal factors of the decreasing of the traditional-house building among the Toba Bataks.
MANIFESTASI THE SACRED PADA MASYARAKAT INDONESIA: Adisi Substitusi dan Sinkretisasi
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol 16 No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (415.555 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v16i1.564
Selain yang diajarkan dalam agama-agama resmi, setiap suku bangsa Indonesia juga memiliki keyakinan-keyakinan asli terkait dengan apa saja yang dianggap sakral (the sacred). Lebih dari itu adat-istiadat yang ditampakkan dalam upacara-upacara tradisional bisa dengan mudah dicari hubungannya dengan apa yang dianggap sakral itu. Artikel ini akan menampilkan beberapa manifestasi yang sakral dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya bisa merupakan substitusi (penggantian), adisi (tambahan) dan sinkretisasi (penyesuaian, penyelarasan). Untuk memperluas sudut pandang terhadap fenomena itu, dalam artikel ini akan dihadirkan gagasan-gagasan antropolog dan sosiolog yang mendalami masalah keagamaan.
KEBUDAYAAN BUKAN HANYA SEKEDAR ADAT-ISTIADAT
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol 13 No 1 (2016): Januari 2016
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54367/logos.v13i1.869
Dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang kebudayaan sering dimengerti sebagai adat-istiadat suku bangsa tertentu atau kesenian daerah suku bangsa tertentu. Di sisi lain jika membaca tulisan-tulisan tentang kebudayaan, kita akan menemukan bermacam-macam definisi kebudayaan dan argumentasi-argumentasinya mengapa kebudayaan didefinisikan seperti itu. Tulisan ini mengangkat beberapa aspek yang biasanya dibicarakan para ahli jika mereka melukiskan kebudayaan.
PENYELESAIAN MASALAH MODEL ANIMISTIS
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol 11 No 1 (2014): Januari 2014
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54367/logos.v11i1.1525
Pemberian hadiah merupakan fenomena yang mudah dijumpai di berbagai kebudayaan yang ada di muka bumi. Melalui cara itu relasi antar sesama manusia dipererat dan dipelihara. Praktek pemberian hadiah dalam berbagai bentuknya dan juga istilah-istilahnya kepada para pejabat ataupun yang memiliki kewenangan juga telah lama ada. Istilah yang sering digunakan untuk praktek tersebut adalah suap. Suap merupakan model penyelesaian masalah-masalah profan yaitu masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Terkait dengan fenomena suap-menyuap, apakah religiositas tradisional berkontribusi dalam menyediakan model penyelesaian masalah seperti itu? Dalam artikel ini akan dibahas cara pandang masyarakat terhadap dunianya serta sikap-sikap yang diperlukan baik pada saat dalam keadaan biasa-biasa saja maupun ketika berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan serta cara penyelesiannya. Melalui pendapat para ahli Jawa, masyarakat Jawa akan dijadikan sebagai bahan analisa untuk menjawab pertanyaan di atas.
KONTRIBUSI RELIGIOSITAS JAWA PADA PERKEMBANGAN SITUS-SITUS ZIARAH KATOLIK
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol 12 No 1 (2015): Januari 2015
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54367/logos.v12i1.1526
Di Indonesia kita mudah menjumpai tempat-tempat yang dianggap sakral oleh masyarakatnya. Mengapa tempat-tempat tersebut dianggap sakral, jawabannya bisa dicari melalui ceritera-ceritera rakyat baik berupa mite maupun legenda. Tempat-tempat yang dianggap sakral ataupun ceritera-ceritera rakyat yang menyertainya merupakan bagian dari religiositas. Dalam tulisan singkat ini akan dipaparkan kontribusi religiositas pada berkembangan situs-situs ziarah Katolik dengan mengambil contoh masyarakat Jawa dari sisi religiositasnya.
PENYELESAIAN MASALAH MODEL ANIMISTIS
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol 11 No 2 (2014): Juli 2014
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54367/logos.v11i2.1536
Pemberian hadiah merupakan fenomena yang mudah dijumpai di berbagai kebudayaan yang ada di muka bumi. Melalui cara itu relasi antar sesama manusia dipererat dan dipelihara. Praktek pemberian hadiah dalam berbagai bentuknya dan juga istilah-istilahnya kepada para pejabat ataupun yang memiliki kewenangan juga telah lama ada. Istilah yang sering digunakan untuk praktek tersebut adalah suap. Suap merupakan model penyelesaian masalah-masalah profan yaitu masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Terkait dengan fenomena suap-menyuap, apakah religiositas tradisional berkontribusi dalam menyediakan model penyelesaian masalah seperti itu? Dalam artikel ini akan dibahas cara pandang masyarakat terhadap dunianya serta sikap-sikap yang diperlukan baik pada saat dalam keadaan biasa-biasa saja maupun ketika berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan serta cara penyelesiannya. Melalui pendapat para ahli Jawa, masyarakat Jawa akan dijadikan sebagai bahan analisa untuk menjawab pertanyaan di atas
ANTARA YANG SAKRAL DAN YANG PROFAN PADA MASA KONTAK SOSIAL DIBATASI
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol. 19 No. 1 (2022): Januari 2022
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54367/logos.v19i1.1633
Pandemi corona 19 yang berkepanjangan memaksa baik individu maupun masyarakat berada dalam kondisi yang sulit. Semua aspek kehidupan manusia harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Kegiatan-kegiatan baik dalam pekerjaan maupun dalam peribadatan-peribadatan yang melibatkan orang banyak harus dihindari. Interaksi sosial yang biasanya mengandaikan adanya tatap muka terpaksa menggunakan cara lain melalui berbagai media komunikasi baik cetak maupun elektronik. Faktanya, media elektronik yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai sarana bekerja atau hiburan (profan) sekarang digunakan juga sebagai sarana untuk urusan-urusan rohani (sakral) misalnya dalam perayaan ekaristi online. Fakta itu memaksa para akademisi untuk menafsirkan kembali penjelasan yang tegas mengenai batas-batas “yang sakral” dan “yang profan” yang selama ini dikemukakan. Artikel ini merupakan ulasan atas gagasan Emile Durkheim tentang agama dalam kaitannya dengan praktek peribadatan pada masa pandemi.
KESADARAN MORAL ORANG MUDA KATOLIK SEBAGAI MASA KINI ALLAH MENURUT PAUS FRANSISKUS DALAM SERUAN APOSTOLIK PASCA SINODE CHRISTUS VIVIT
Moa, Antonius;
Lahagu, Toni;
Antono, Yustinus Slamet;
Simanullang, Gonti
LOGOS Vol. 20 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54367/logos.v20i1.2550
Dewasa ini, manusia berada dalam suatu periode baru dalam perjalanan sejarah hidupnya. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, terutama jaringan telekomunikasi sosial memberi andil yang sangat besar dalam perubahan yang demikian pesat dan bersifat global bagi kehidupan manusia. Kemajuan yang pesat tersebut terjadi ibarat “pedang bermata dua”. Di satu sisi, kemajuan tersebut membawa dampak yang positif, serentak di disisi lain membawa juga dampak negatif. Dampak positif membawa manusia kepada kemajuan-kemajuan yang dicapai melampaui periode sebelumnya. Sebaliknya, dampak negatif membawa manusia ke dalam situasi kehidupan yang dilematis, sehingga mengakibatkan banyak orang “terendam dalam krisis” nilai moral. Orang muda sebagai generasi penerus kehidupan tidak luput dari situasi krisis tersebut. Banyak orang muda ikut terpapar oleh pengaruh tawaran kehidupan yang menggiurkan. Pada kahirnya, mereka jatuh pada kenikmatan-kenikmatan sesaat tanpa makna. Orang muda Katolik sebagai masa depan dan pengemban misi Gereja yang hidup dalam arus perubahan ini juga tidak luput dari situasi kehidupan yang dilematis tersebut. Mereka ikut terendam dalam situasi krisis nilai-nilai moral. Akibatnya, banyak orang muda Katolik tidak mampu berkembang dalam kekudusan dan komitmen panggilan mereka sebagai masa kini Allah. Melihat realitas perubahan terebut, Paus Fransiskus melalui Seruan Apostolik Christus Vivit mengajak orang muda dan semua umat Allah untuk menyadari kebaruan dan kemudaan Kristus. Panggilan orang muda Katolik sebagai masa kini merupakan karunia istimewa Allah untuk mewujudkan kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai manusia. Masa muda dipenuhi dengan suka cita dan harapan-harapan besar. Pada masa ini orang muda memiliki mimpi yang besar menuju hidup yang lebih baik dan indah. Untuk itu, orang muda Katolik hendaknya memiliki kesadaran dan pemahaman akan situasi serta posisi kemudaanya yang begitu penting bagi Gereja dan kehidupan manusia.
MANFAAT KATEKESE PERSIAPAN PERKAWINAN BAGI KELUARGA MUDA DALAM MEMBANGUN KELUARGA RUKUN KRISTIANI: Sebuah Studi Pastoral atas Kanon 1063 dan 1064, KHK 1983 di Paroki Santo joseph Jalan Kain Batik-Pematangsiantar
Purba, Asrot;
Sihombing, Junius Setiawan;
Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol. 20 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54367/logos.v20i2.2994
Gereja Katolik membuat aturan perihal katekese persiapan perkawinan, sebagaimana yang ditetapkan dalam Kitab Hukum Kanonik 1983, kanon 1063 dan 1064. Katekese persiapan perkawinan secara umum diberikan kepada orang muda dan secara khusus katekese persiapan perkawinan diperuntukkan bagi calon pasangan suami-istri yang hendak merayakan perkawinan. Gereja Keuskupan Agung Medan juga menegaskan hal ini, dengan membuat rancangan pelaksanaan katekese persiapan perkawinan bagi calon pasangan suami-istri. Pelaksanaan katekese persiapan perkawinan memiliki tujuan, yaitu agar keluarga-keluarga Katolik mampu membangun keluarga rukun kristiani. Keluarga rukun kristiani ialah keluarga yang berdasar pada kasih Allah. Tulisan ini hendak memaparkan manfaat katekese persiapan perkawinan bagi keluarga muda dalam membangun keluarga rukun kristiani. Manfaat tersebut digali lewat suatu penelitian kualitatif atas pelaksanaan katekese persiapan perkawinan di Paroki Santo Joseph Jalan Kain Batik – Pematangsiantar. Informan dalam penelitian ini, ialah keluarga muda yang tinggal di Gereja Paroki dan jumlan informan yang diambil sebanyak 4 keluarga dengan usia perkawinan pasangan suami-istri berada di antara 0-10 tahun. Usia perkawinan ini dibagi dua, yaitu usia perkawinan 0-5 tahun sebanyak 2 keluarga dan usia perkawinan 6-10 tahun sebanyak 2 keluarga