Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

KINERJA BALOK BETON PRA TEGANG PARSIAL PRATARIK YANG TELAH DIPERBAIKI AKIBAT PEMBEBANAN SILKLIK Suharwanto; Artiningsih, Titik Penta; Budiono, Bambang
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Vol 2 No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1579.831 KB)

Abstract

Pembangunan gedung bertingkat dan jembatan pada umumnya mengunakan rangka baja atau beton. Beton yang digunakan khususnya untuk elemen struktur balok pada umunya menggunakan system prategang. Sistem ini memungkinkan balok beton yang digunakan mempunyai bentang panjang. Namun apabila elemen struktur balok tersebut mengalami kerusakan tidak dapat di lakukan penggantian secara sebagian atau parsial, sehingga perlu ada cara lain untuk perbaikannya, yaitu dengan cara prepack dan grouting. Bahan yang digunakan untuk perbaikannya adalah beton polimer. Perbaikan ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali kinerja dan memperpanjang umur rencana. Perbaikan secara nyata di lapangan sulit untuk langsung diketahui kinerjanya dalam waktu yang singkat, sehingga dibuat pemodelan benda uji yang dibuat dengan skala laboratorium, tetapi dapat menstimulasikan keadaan di lapangan. Pembebanan dilaboratorium dilakukan terhadap model benda uji tersebut pada keadaan awal/original dan setelah dilakukan perbaikan dengan beban siklik kembali yang sama agar elemen struktur balok tersebut dapat mensimulasikan beban dinamis dari gempa atau kendaraan yang bergerak, sehingga pemodelan dan pengaturan pengujian mendekati kondisi lapangan atau kenyataan yang ada seperti kondisi sebelum dan sesudah diperbaiki. Jumlah beban siklik yang diberikan adalah 6 siklus dengan maksud agar model benda uji dapat dibebani hingga daktilitas tingkat 3, sehingga kinerja balok prategang tersebut dapat diketahui dengan cepat. Hasil pengujian yang diperoleh adalah bahwa semua jenis balok beton prategang yang telah diperbaiki (balok retrofit) mengalami defleksi yang lebih besar dari balok beton prategang original, karena pengurangan daya prategang awal pada kabel prategang, serta baja tulangan dan kabel prategang sudah mengalami sedikit leleh. Kekuatan daya layan balok prategang masih relatif sama pada setiap siklusnya, namun sedikit penurunan daya layan beban siklus terakhir yaitu rata – rata adalah 10 % untuk penurunan kapasitas beban, 17% untuk kekuatan dan 7% untuk kekakuan. Pola retak yang terjadi benda uji (yang awal dan setelah diperbaiki) relatif sama yaitu retak lentur, sehingga kinerja beton yang telah diperbaiki masih dalam kondisi baik dan hamper sama dengan benda uji awalnya.
ANGIOGRAFI KORONER INDIKASI, KONTRAINDIKASI, DAN PROTEKSI TERHADAP RADIASI Wangko, Loretta C; Budiono, Bambang; Lefrandt, Reginald L
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.794

Abstract

Abstract: Coronary angiography is the main component in cardiac catheterization. Its aim is to determine all coronary vessels, whether with original or graft bypass. According to ACC/AHA guidelines, coronary angiography is indicated (class 1) for patients with chest pain that survived after an acute cardiac arrest; chronic coronary disease with clear symptoms or high risks in non invasive tests; or there is clinical evidence of heart failure. There is no absolute contraindication for coronary angiography, so far. Albeit, renal and non-renal disturbances have to be taken care of while analysing the risks and benefits of coronary angiography, which involve the patient, a cardiologist, a nephrologist, and the other competent specialists. Protection of radiation for the patient, staff, and operators has to be considered very carefully by using the principle of as low as reasonably achievable (ALARA). By understanding the indications and contraindications of coronary angiography, and protection from radiation to all the involved people in the catheterization laboratory, coronary angiography can be used safely, precisely, economically, with highly optimal diagnostic results.Key words: coronary angiography, indication, contraindication, radiation, risk and benefitAbstrak: Angiografi koroner merupakan komponen utama dalam kateterisasi jantung yang bertujuan untuk memeriksa keseluruhan cabang pembuluh darah koroner baik pembuluh darah asli maupun graft bypass. Menurut Guidelines ACC/AHA, angiografi koroner diindikasikan (Kelas 1) untuk pasien dengan keluhan nyeri dada yang bertahan hidup setelah henti jantung mendadak; penyakit koroner kronis dengan simtom jelas atau tanda-tanda risiko tinggi pada pemeriksaan non-invasif; serta terdapatnya bukti klinis yang menunjukkan adanya gagal jantung. Sampai saat ini tidak terdapat kontraindikasi absolut untuk angiografi koroner. Walaupun demikian, adanya gangguan renal maupun non-renal perlu diatasi terlebih dahulu dengan mempertimbangkan analisis risiko dan manfaat yang melibatkan pasien, kardiologi, nefrologi, serta para ahli yang berkompetensi menangani pasien tersebut. Proteksi terhadap radiasi perlu dicermati baik terhadap pasien, staf dan operator dengan prinsip as low as reasonably achievable (ALARA). Dengan memahami indikasi dan kontraindikasi dari angiografi koroner serta proteksi terhadap radiasi baik bagi staf maupun pasien dalam laboratorium kateterisasi maka pemanfaatan angiografi koroner dapat dicapai dengan aman, tepat, ekonomis, dan disertai keberhasilan diagnostik yang optimal.Kata kunci: angiografi koroner, indikasi, kontraindikasi, radiasi, risiko dan manfaat
THE IMPACT OF METABOLIC SYNDROME ON RADIAL ARTERY DIAMETERS Luntungan, Marshell; Purabaya, Andhi; Budiono, Bambang; Pangemanan, Janry A.; Lefrandt, Reginald L.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 2 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.2.2013.2593

Abstract

Abstrak: Dewasa ini akses arteri radialis telah digunakan secara luas pada intervensi koroner transkateter. Pada pasien sindroma metabolik (MetS) yang berisiko tinggi diabetes melitus tipe 2 (DMT2), proses aterosklerosis sistemik telah memengaruhi struktur arteri radialis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap diameter arteri radialis pada pasien MetS. Penelitian ini bersifat prospektif dan dilaksanakan di Laboratorium Kateterisasi Rumah Sakit Awal Bros Makassar sejak 1 Januari sampai dengan 15 Ferbuari 2013 (45 hari). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 40 pasien yang menjalani prosedur angiografi koroner melalui akses transradial, 22 di antaranya (55%) menyandang MetS. Rerata diameter arteri radialis pada kelompok pasien MetS dan non-MetS ialah 2,13 mm dan 2 mm. Lingkar pinggang, lingkar pergelangan, kolesterol total, HDL-C, dan trigliserida berbeda secara bermakna antara kedua kelompok. Analisis statistik dengan regresi linear menunjukkan korelasi bermakna antara diameter arteri radialis terhadap usia saja (r = 0,185;  P < 0,05). Simpulan: Terdapat korelasi bermakna antara diameter arteri radialis dengan usia, dan tidak dengan faktor lainnya. Kata kunci: diameter arteri radialis, sindroma metabolik.     Abstract: Nowadays, radial artery access is widely used as a route for transcatheter coronary interventions. Albeit, in metabolic syndrome (MetS) patients who are at high risks of developing type 2 diabetes mellitus, the systemic atheroslerosis process may have influenced the radial artery structures. This study aimed to determine factors that might influence the radial artery diameters in MetS patients. This was a prospective study conducted in the Catheterization Laboratory Awal Bros Hospital Makassar from 1st January until 15th Febuary 2013 (45 days). The results showed that in this study there were 40 consecutive patients who underwent coronary angiography procedures using the transradial apporach, of these 22 patients (55%) were with MetS. The mean radial artery diameters in MetS and non-MetS patients were 2.13 mm and 2 mm, respectively. The waist circumference, wrist circumference, total cholesterol, HDL-C, and triglyceride were significantly different between the two groups. The data were analyzed by using a  linear regression resulting in radial artery diameters (RAD) which were significantly and positively correlated only with age among  the MetS subjects (r = 0.185, P < 0.05). Conclusion: Among the metabolic syndrome patients radial artery diameters were only significantly correlated to ages, and not other factors. Keywords: radial artery diameter, metabolic syndrome.
THE IMPACT OF CORONARY ARTERY DISEASE RISK FACTORS ON INNER DIAMETERS OF RIGHT RADIAL ARTERIES Wangko, Loretta C.; Budiono, Bambang; Lefrandt, Reginald L.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 2 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.2.2013.2592

Abstract

Abstrak: Dewasa ini, akses transradial  lebih banyak digunakan oleh para ahli kardiologi intervensi, baik untuk prosedur diagnosis maupun intervensi koroner. Diameter dalam arteri radialis kanan berperan penting dalam keberhasilan prosedur transradial ini. Faktor risiko penyakit arteri koroner (CAD) dapat memengaruhi diameter dalam arteri radialis kanan, antara lain melalui vasokonstriksi, pembentukan plak ateroma, dan arteriosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan korelasi diameter dalam arteri radialis kanan dengan faktor risiko CAD tertentu (hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, dan merokok). Sebagai subyek penelitian, digunakan pasien yang menjalani angiografi koroner di Rumah Sakit Awal Bros Makassar sejak Juli sampai dengan Desember 2012 secara retrospektif. Jumlah sampel sebesar 110 pasien; 43 pasien dengan fakor risiko 0 (skor 0); 32 dengan satu faktor risiko (skor 1); 23 dengan dua faktor risiko (skor 2); dan 12 dengan tiga atau lebih faktor risiko (skor 3). Korelasi diameter dalam arteri radialis kanan dengan jumlah faktor risiko dihitung dengan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat korelasi negatif yang kuat antara diameter dalam arteri radialis kanan dan peningkatan faktor risiko (korelasi Spearman -0,001). Uji Spearman menunjukkan bahwa hipertensi dan diabetes melitus berkorelasi negatif dengan diameter dalam arteri radialis kanan (koefisien korelasi -0,067 dan -0,176), sedangkan dislipidemia dan merokok tidak. Simpulan: Pada pasien yang menjalani angiografi koroner di Rumah Sakit Awal Bros Makassar sejak Juli sampai dengan Desember 2012 terdapat faktor risiko CAD yang berpengaruh negatif terhadap diameter dalam arteri radialis kanan. Hipertensi dan diabetes melitus memperkecil diameter dalam arteri radialis kanan secara bermakna, sedangkan dislipidemia dan merokok tidak memengaruhinya. Kata kunci: diameter dalam, arteri radialis kanan, faktor risiko, penyakit arteri koroner.     Abstract: Nowadays, the transradial access has become the preference of most intervention cardiologists, either for diagnostic or intervention coronary procedures. The inner diameter of the right radial artery plays a very important role in the success of this transradial procedure. Risk factors of coronary artery diseases (CAD) can influence the diameter of the right radial arteries (RRAs), e.g. by vasocontriction, atheroma plaque forming, and arteriosclerosis. This study aimed to find out the correlation of inner diameters of the RRAs to certain risk factors of CAD (hypertension, diabetes mellitus, dyslipidemia, and smoking). We retrospectively reviewed all patients that underwent coronary angiography in Awal Bros Hospital Makassar from July until December 2012. The total number of patients was 110: 43 patients with zero risk factor (scored 0); 32 with one risk factor (scored 1); 23 with two risk factors (scored 2); and 12 with three or more risk factors (scored 3). The correlation of inner diameters of the right radial arteries with the number of risk factors was calculated by using the correlative test of Spearman. The results showed that there was a strong negative correlation between the inner diameters of RRAs and the increase of risk factors (Spearman correlation - 0.001). The Spearman test showed that hypertension and diabetes melllitus was negatively correlated to the inner diameters of RRAs (correlation coefficient - 0.067 and – 0.176, respectively), while dyslipidemia and smoking showed no correlation with the decrease of the inner diameters of RRAs. Conclusion: Among patients that underwent coronary angiography in Awal Bros Hospital Makassar from July until December 2012, there were certain risk factors that negatively affected the inner diameters of RRAs. Hypertension and diabetes mellitus significantly decreased the inner diameters of RRAs, while dyslipidemia and smoking did not affect the radial arteries. Keywords: inner diameter, right radial artery, risk factors, coronary artery disease.
CORRELATION BETWEEN ALLEN’S AND INVERSE ALLEN’S TESTS WITH DIAMETERS OF ULNAR AND RADIAL ARTERIES Supit, Alice I.; Budiono, Bambang; Lefrandt, Reginald L.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 2 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.2.2013.2590

Abstract

Abstrak: Arteri radialis semakin sering dipergunakan sebagai akses alternatif angiografi koroner dan intervensi karena dibanding akses femoralis, komplikasi perdarahan lebih rendah, mobilisasi lebih dini, dan biaya lebih murah. Terdapat beberapa hal yang dapat mengurangi keberhasilan prosedur ini; salah satunya ialah kegagalan pungsi karena ukuran a. radialis yang kecil. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa uji Allen dapat digunakan untuk mendeteksi arteri dengan diameter yang lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah uji Allen dan inverse Allen berkorelasi dengan diameter a. ulnaris dan a. radialis. Penelitian ini berlangsung dari Juli hingga Desember 2012 di Laboratorium Kateterisasi Rumah Sakit Awal Bros Makassar. Pasien menjalani uji Allen dan inverse Allen sebelum prosedur. Ukuran diameter dalam dari lumen arteri radialis dan ulnaris diukur oleh operator dengan menggunakan analisis angiografi kuantitatif (operator tidak mengetahui hasil uji Allen). Uji Spearman?s rho digunakan untuk menganalisis korelasi antara uji Allen dan inverse Allen dengan diameter a. radialis dan a. ulnaris dengan P < 0,05 dianggap bermakna. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 19. Hasil penelitian memperlihatkan 121 pasien (98 laki-laki dan 23 perempuan, rerata usia 57,5 (SD ± 11,9 tahun). Frekuensi crossover 3,3%. Uji Allen dan inverse Allen normal pada 116 pasien (95,8%). Rerata diameter a. radialis dan ulnaris ialah 2,14 (SD ± 0,34 mm) dan 1,95 (SD ± 0,45 mm). Uji korelasi Spearman?s rho menunjukkan korelasi bermakna antara uji Allen dan diameter a. ulnaris (P = 0,000; r = -0,485); uji inverse Allen dan diameter a. radialis (P = 0,015; r = -0,220). Simpulan: Terdapat korelasi bermakna antara uji Allen  dengan diameter a. ulnaris, dan uji inverse Allen dengan diameter a. radialis. Kedua uji ini sederhana dan dapat memberikan informasi tentang arteri mana memiliki diameter yang lebih besar. Bila uji Allen normal, maka a.ulnaris dapat dipergunakan sebagai akses alternatif ketika akses radialis gagal atau bahkan sebagai akses inisial jika uji inverse Allen abnormal atau waktu uji Allen lebih singkat dari inverse Allen, terutama untuk prosedur intervensi yang memerlukan arteri yang lebih besar sebagai akses. Kata kunci: uji Allen, uji inverse Allen, diameter, arteri radial, arteri ulnaris.   Abstract: Radial artery has been increasingly used as an alternative site for coronary angiography and intervention because of its advantages over femoral access, such as: a reduction in bleeding complications, early mobilisation, and lower cost. Despite these advantages, there are some challenges that reduce procedural success. One of them is the puncture failure owing to the small vessel size. A previous study has demonstrated consistently that the Allen test may be used for detecting the artery with the largest diameter. This study aimed to evaluate whether the Allen?s and inverse Allen?s tests correlate to the diameters of ulnar and radial arteries. This study was conducted from July to December 2012 in the Catheterization Laboratory of Awal Bros Hospital Makassar. Patients underwent the Allen?s and inverse Allen?s test before the procedure. The inner luminal diameters of radial and ulnar arteries were measured by an operator using quantitative angiographic analysis software. The operator was blinded to the results of the Allen?s tests. The Pearson correlation test was used to analyze the correlation between Allen?s and inverse Allen?s test with the diameters of the radial and ulnar arteries. A P-value of < 0.05 was considered as statistically significant. Statistical analysis was performed with Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 19. The results showed that there were 121 patients (98 males and 23 females, the mean age being 57.5 (SD ± 11.9 years). The crossover rate was 3.3%. Both of the Allen?s and inverse Allen?s tests were normal in 116 patients (95.8%). By using a quantitative coronary analysis software, the mean diameters of the radial and the ulnar arteries were  2.14 (SD ± 0.34 mm) and 1.95 (SD ± 0.45 mm), respectively. The Spearman?s rho correlation test showed significant correlations between the Allen?s test and diameters of ulnar arteries (P = 0.000; r = -0.485), and between the inverse Allen?s test and diameters of radial arteries (P = 0.015; r = -0.220). Conclusion: The Allen?s test correlated to the diameters of the ulnar arteries and the inverse Allen?s test correlated to the diameters of the radial arteries. The normal Allen?s test indicated that the ulnar artery might be used as an alternative access site when the radial approach failed or even as an initial access if the inverse Allen?s test was abnormal or the Allen?s test was shorter than the inverse Allen?s test, especially for the intervention procedure which needed a larger artery as the access site. These tests are simple and may provide some important information about arteries with larger diameters. Future studies with larger series of patients will be necessary to confirm our results. Keywords: Allen?s test, inverse Allen?s test, diameter, radial artery, ulnar artery.
TYPES OF LESIONS AND THE INCIDENCE OF TOTAL OCCLUSION OF CORONARY ARTERY IN METABOLIC SYNDROME Purabaya, Andhi; Luntungan, Marshell; Budiono, Bambang; Lefrandt, Reginald L.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 2 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.2.2013.2591

Abstract

Abstrak: Sindroma metabolik merupakan gabungan kelainan-kelainan metabolik, termasuk obesitas sentral, penurunan high density lipoprotein, peningkatan trigliserida, peningkatan tekanan darah, dan hiperglikemia, yang berpotensi meningkatkan risiko aterosklerosis. ACC/AHA membuat klasifikasi lesi koroner (tipe A, B, dan C) untuk memrediksi tingkat keberhasilan dan risiko tindakan intervensi. Beberapa studi lain menunjukkan derajat keparahan dari jenis lesi koroner terkait dengan outcome jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis lesi dan insidensi dari lesi oklusi total pada pasien dengan sindrom metabolik. Sejumlah 43 pasien berturut-turut dengan atau tanpa sindrom metabolik yang menjalani angiografi koroner di Rumah Sakit Awal Bros sejak tanggal 1 Jan sampai 15 Februari 2013 dimasukkan sebagai sampel penelitian. Pasien dikategorikan sebagai penyandang sindrom metabolik bila memenuhi definisi NCEP ATP III untuk populasi Asia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 43 pasien, 25 (58%) didiagnosis sebagai sindrom metabolik. Pada kelompok sindrom metabolik ditemukan  jenis lesi koroner tipe A 0%, tipe B 40%, dan tipe C 60%, dengan insidensi oklusi total 48%. Pada kelompok bukan sindrom metabolik ditemukan bahwa lesi koroner yang tidak bermakna 16,5%, tipe A 22,5%, tipe B 55,5%, dan tipe  C 5,5%, dengan insidensi oklusi total 0%. Terdapat perbedaan bermakna dalam tingkat keparahan lesi koroner dan insidensi oklusi total arteri koroner di antara kedua kelompok (P < 0.001). Simpulan: Sindrom metabolik berhubungan dengan tingkat keparahan jenis lesi koroner dan peningkatan insidensi oklusi total pada arteri koroner. Kata kunci: sindroma metabolik, tipe lesi, penyakit arteri koroner.  Abstract: The constellation of metabolic abnormalities including centrally distributed obesity, decreased high-density lipoprotein, elevated triglycerides, elevated blood pressure, and hyperglycaemia are known as the metabolic syndrome. Metabolic syndrome amplifies and accelerates the risk of atherosclerosis. ACC/AHA classified coronary lesions into type A, B, and C to predict successful intervention rates and risks. Other studies show the severity of coronary type lesions associated with long-term outcomes. This study aimed to find out the difference in types of lesions and incidence of total occlusion lesions in patients with metabolic syndrome. A total 43 consecutive patients with or without metabolic syndrome who underwent coronary angiography in Awal Bros Hospital were enrolled from 1st January until 15th February 2013. Patients were categorized as having metabolic syndrome when they met the NCEP ATP III definition for Asian Population. The results showed that from 43 patients, 25 (58%) considered as having metabolic syndrome. In the metabolic syndrome group, it was found that the coronary type lesion A was 0%, B was 40%, and C was 60%, with the incidence of total occlusion being 48%. In non-metabolic syndrome, it was found that non-significant coronary lession was 16.5%, type A was 22.5%, B was 55.5%, and C was 5.5%, with the incidence of total occlusions being 0%. There was a significant difference in the severity of coronary lesions and the incidences of total occlusion in the coronary artery between the two groups (P < 0.001). Conclusion: Metabolic syndrome was associated with changes in severity of types of coronary lesions  and an increased incidence of total occlusions in the coronary artery. Keywords: metabolic syndrome, type of lesion, coronary artery disease.
PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN PADA RESTORAN CEPAT SAJI X MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL (SERVICE QUALITY) DAN QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) budiono, bambang; Ari Zaqi Al-Faritzy
JURITI (Jurnal Ilmiah Teknik Industri )Prima Vol 8 No 1 (2024): Juriti Prima (Jurnal Ilmiah Teknik Industri Prima)
Publisher : Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/juritiprima.v8i1.5199

Abstract

Sebuah usaha di Yogyakarta yang bergerak di bidang makanan atau minuman cepat saji adalah Restoran cepat saji X. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mendapatkan kesenjangan antara harapan dan persepsi. selanjutnya mendapatkan kualitas yang diinginkan pelanggan. Dalam penelitian ini, strategi Service Quality memanfaatkan kredit aspek kualitas administrasi, khususnya tanglibel, reability, responsiveness, assurance, dan empaty terhadap survei. Dari pemeriksaan gap 5 yang mempunyai nilai negatif sebagai ciri bahwa pembeli perlu melakukan perbaikan ke VoC (Voice of customer), untuk dimanfaatkan dalam kerangka kebutuhan pembeli di HoQ yang merupakan kebutuhan QFD. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifat substansial yaitu kualitas kenyamanan dalam berbagai media dapat berfungsi dengan baik, untuk kemajuan dengan nilai 1,8 pada tingkat persepsi, 4,08 pada tingkat asumsi, sehingga diperoleh nilai negatif terbesar khususnya ( - 2.22).
Kajian Numerik terhadap Perilaku Seismik Link Panjang dengan Pemasangan Pengaku Diagonal Badan pada Sistem Struktur Rangka Baja Tahan Gempa Tipe Eccentrically Brace Frames (EBF) Yurisman, Yurisman; Budiono, Bambang; Nidiasari, Nidiasari; Misriani, Merley; Suardi, Enita
Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil Vol 15 No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (P3M), Politeknik Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1706.719 KB) | DOI: 10.30630/jirs.15.2.131

Abstract

Makalah ini merupakan hasil studi numerik yang meneliti perilaku seismik terhadap link panjang dengan menggunakan pengaku diagonal pada bagian badan untuk meningkatkan kinerjanya, pada sistem struktur baja berpengaku eksentrik (EBF). Perilaku seismik ini mencakup kekuatan (strength), kekakuan (stiffeness), daktilitas (ductility) dan dissipasi energi (energy of dissipation). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perilaku link panjang dengan menggunakan pengaku diagonal pada bagian badan dibawah pembebanan statik monotonik dan siklik dengan kontrol perpindahan (displacement control), riwayat pembebanan yang diberikan dalam pengujian ini sesuai dengan standar pembebanan AISC 2010. Analisis dilakukan dengan pendekatan elemen hingga Non-Linier dengan menggunakan perangkat lunak komputer MSC/NASTRAN. Link dimodelkan sebagai elemen shell CQUAD yang ditumpu pada kedua ujungnya sedangkan beberapa nodal pada posisi pembebanan diperbolehkan untuk bertranslasi dalam satu arah saja (arah sumbu-y). Panjang link yang digunakan dalam analisa ini adalah 1555 mm penampang link profil WF 150.75. Perilaku link panjang dengan pengaku diagonal badan dibandingkan dengan perilaku link panjang standard yang direncanakan sesuai dengan ketentuan AISC 2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaku diagonal badan dapat meningkatkan kinerja link panjang dalam hal : kekuatan kekakuan dan dissipasi energi dalam menahan beban lateral. Namun, perbedaan perilaku antara link panjang dengan pengaku diagonal badan dan link panjang yang direncanakan sesuai standar AISC tidak begitu signifikan.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI AHLI WARIS PEMEGANG LETTER C ATAS TANAH YANG BELUM MELAKSANAKAN PENDAFTARAN TANAH (Studi Di Desa Getas Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk) Budiono, Bambang; Nurbaedah, Nurbaedah
MIZAN, Jurnal Ilmu Hukum Vol 13 No 1 (2024): Mizan: Jurnal Ilmu Hukum
Publisher : Universitas Islam Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32503/mizan.v13i1.5330

Abstract

This study examines the legal protection for heirs of letter c holders on land who have not carried out land registration. Land is something that is very important and has a high value, because land is synonymous with running the wheel of people's lives. Ownership of land rights which has been explained by the UUPA must go through registration of ownership rights to the land so as to give rise to legal certainty over these rights. The purpose of this study is to analyze how the legal rights for heirs to land with proof of letter c have never been carried out by land registration and how land rights are transferred to heirs in connection with the obligation to register land which is still registered as evidence of letter c. This research method uses empirical legal research. The results of this study explain that where letter c is proof of the right to ownership of a land before the existence of the UUPA which regulates certificates as proof of legal land rights and has been regulated therein so that people currently use legal certificates for ownership of land rights. And the legal transfer of ownership from Letter C to a certificate has been regulated in Article 19 of the UUPA, through the National Land Agency so that the proof of ownership of the land which was originally letter c changed to form in the form of a certificate, due to the existence of the UUPA which regulates certificates as land ownership rights to make letter c has no definite legal force
PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN PADA RESTORAN CEPAT SAJI X MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL (SERVICE QUALITY) DAN QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) budiono, bambang; Ari Zaqi Al-Faritzy
JURITI (Jurnal Ilmiah Teknik Industri )Prima Vol 8 No 1 (2024): Juriti Prima (Jurnal Ilmiah Teknik Industri Prima)
Publisher : Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/juritiprima.v8i1.5199

Abstract

Sebuah usaha di Yogyakarta yang bergerak di bidang makanan atau minuman cepat saji adalah Restoran cepat saji X. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mendapatkan kesenjangan antara harapan dan persepsi. selanjutnya mendapatkan kualitas yang diinginkan pelanggan. Dalam penelitian ini, strategi Service Quality memanfaatkan kredit aspek kualitas administrasi, khususnya tanglibel, reability, responsiveness, assurance, dan empaty terhadap survei. Dari pemeriksaan gap 5 yang mempunyai nilai negatif sebagai ciri bahwa pembeli perlu melakukan perbaikan ke VoC (Voice of customer), untuk dimanfaatkan dalam kerangka kebutuhan pembeli di HoQ yang merupakan kebutuhan QFD. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifat substansial yaitu kualitas kenyamanan dalam berbagai media dapat berfungsi dengan baik, untuk kemajuan dengan nilai 1,8 pada tingkat persepsi, 4,08 pada tingkat asumsi, sehingga diperoleh nilai negatif terbesar khususnya ( - 2.22).