Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Keanekaragaman dan Potensi Pemanfaatan Makroalga di Pesisir Pulau Tunda Endang Sunarwati Srimariana; Mujizat Kawaroe; Dea Fauzia Lestari; Aditya Hikmat Nugraha
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 25 No. 1 (2020): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.801 KB) | DOI: 10.18343/jipi.25.1.138

Abstract

Macroalgae is one of the marine biological resources that has a potential to be utilized further by humans. This research aims to study macroalgae diversity and utilization potency by humans in the coastal area of Tunda Island. The study was conducted at 4 stations using the belt transect method. Results of this study indicated that there were 15 species of macroalgae found that came from 3 macroalgae classes, they were chlorophyceae, phaeophyceae, and rhodophycea. Macroalgae species that are often found are Padina minor, Halimeda macroloba, and Gracilaria salicornia. The highest macroalgae diversity was found at station 3 with a value of 2.44. Based on the type of macroalgae found in the field there are several macroalgae species that can be utilized, and the lack of information causes the low macroalgae utilization by the local community. Keywords: Biodiversity, Gracilaria salicornia, Halimeda macroloba, macroalgae, Padina minor
KANDUNGAN NUTRISI DAN PEMANFAATAN GONAD BULU BABI (Echinothrixs calamaris) DALAM PEMBUATAN KUE BLUDER Bernita br Silaban; Endang Sunarwati Srimariana
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 16 No 2 (2013): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.831 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v16i2.8045

Abstract

Penelitian ini bertujuan menentukan nutrisi, komposisi asam lemak, dan pengaruh komposisi telur ayamdan gonad bulu babi terhadap mutu kue bluder. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu karakterisasibahan baku, formulasi, dan karakterisasi kue bluder. Gonad bulu babi Echinothrix calamaris segar memilikikarakteristik sebagai berikut: kadar air 69,47%, abu 0,75%, lemak 9,02%, protein 18,46%, energi 164,22 kkal,miristat 11,89%, palmitat 25,63%, stearat 3,83%, palmitoleat 6,63%, oleat 7,87%, linolelaidat 2,63%, linolenat6,35%, dan arakhidonat 10,38%. Proporsi telur ayam dan gonad bulu babi sangat berpengaruh terhadapmutu kue bluder dengan kadar air (21,70-27,17)%, protein (4,59-5,02)%, lemak (17,68-29,30)%, abu (0,67-0,91)%, karbohidrat (38,61-50,62)%, dan energi (376,48- 437,9) kkal. Semua formula dapat diterima, tetapiformula yang paling disukai perbandingan telur ayam dan gonad 2:1.Kata kunci: asam lemak, Echinothrix calamaris, kue bluder, proksimat
Struktur ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau, pesisir bintan timur-Indonesia Aditya Hikmat Nugraha; Endang S Srimariana; Indra Jaya; Mujizat Kawaroe
Depik Vol 8, No 2 (2019): August 2019
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.666 KB) | DOI: 10.13170/depik.8.2.13326

Abstract

Abstract. Teluk Bakau Village is one of the largest conservation areas of seagrass ecosystem located in Bintan Island. This research aim to study the distribution of species, seagrass coverage and seagrass density in Teluk Bakau Village. The research was conducted at two stations, Beralas Pasir Island and Teluk Bakau Village Beach. Seagrass data collections are computed using transect quadrat method. The results of this study show that there is total 8 species of seagrasses found in the conservation area of seagrass ecosystem in Teluk Bakau, namelu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetifolium and Halodule uninervis. The highest seagrass cover value was found at Beralas Pasir Island station about 47%, while in Teluk Bakau Village Beach station the seagrass coverage value was arround 29%. Based on these coverage value, the seagrass ecosystem in Teluk Bakau area fall in the category of medium conditon. The excistence of seagrass ecosystem in Teluk Bakau village is utilized by the community in small scale fisheries activity, therefore it is utmost important that its biodiversity and level of coverage are maintaned or even improved.Keywords: Bintan, conservation, coverage, seagrass, teluk bakau Abstrak. Desa Teluk Bakau merupakan salah satu kawasan konservasi ekosistem padang lamun yang terletak di Pulau Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran spesies, tutupan dan kerapatan lamun di Desa Teluk Bakau. Metode pengamatan ekosistem padang lamun dengan menggunakan metode transek kuadrat. Penelitian dilakukan di dua stasiun yaitu Pantai Timur Teluk Bakau dan Pulau Beralas Pasir. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa total terdapat 8 spesies lamun yang ditemukan di kawasan konservasi ekosistem padang lamun di Teluk Bakau, meliputi spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetifolium dan Halodule uninervis. Nilai tutupan lamun tertinggi ditemukan di stasiun Pulau Beralas Pasir sebesar 47% dan stasiun Pantai Desa Teluk Bakau memiliki nilai tutupan lamun sebesar 29%. Berdasarkan nilai tutupannya ekosistem padang lamun di kawasan Teluk Bakau berada dalam kondisi sedang. Keberadaan ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam aktivitas perikanan skala kecil, sehingga sangat penting untuk menjaga keberagaman dan nilai tutupan ekosistem lamun.Kata Kunci: Bintan, konservasi, lamun, Teluk Bakau, tutupan
Struktur ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau, pesisir bintan timur-Indonesia Aditya Hikmat Nugraha; Endang S Srimariana; Indra Jaya; Mujizat Kawaroe
Depik Vol 8, No 2 (2019): August 2019
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.8.2.13326

Abstract

Abstract. Teluk Bakau Village is one of the largest conservation areas of seagrass ecosystem located in Bintan Island. This research aim to study the distribution of species, seagrass coverage and seagrass density in Teluk Bakau Village. The research was conducted at two stations, Beralas Pasir Island and Teluk Bakau Village Beach. Seagrass data collections are computed using transect quadrat method. The results of this study show that there is total 8 species of seagrasses found in the conservation area of seagrass ecosystem in Teluk Bakau, namelu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetifolium and Halodule uninervis. The highest seagrass cover value was found at Beralas Pasir Island station about 47%, while in Teluk Bakau Village Beach station the seagrass coverage value was arround 29%. Based on these coverage value, the seagrass ecosystem in Teluk Bakau area fall in the category of medium conditon. The excistence of seagrass ecosystem in Teluk Bakau village is utilized by the community in small scale fisheries activity, therefore it is utmost important that its biodiversity and level of coverage are maintaned or even improved.Keywords: Bintan, conservation, coverage, seagrass, teluk bakau Abstrak. Desa Teluk Bakau merupakan salah satu kawasan konservasi ekosistem padang lamun yang terletak di Pulau Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran spesies, tutupan dan kerapatan lamun di Desa Teluk Bakau. Metode pengamatan ekosistem padang lamun dengan menggunakan metode transek kuadrat. Penelitian dilakukan di dua stasiun yaitu Pantai Timur Teluk Bakau dan Pulau Beralas Pasir. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa total terdapat 8 spesies lamun yang ditemukan di kawasan konservasi ekosistem padang lamun di Teluk Bakau, meliputi spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetifolium dan Halodule uninervis. Nilai tutupan lamun tertinggi ditemukan di stasiun Pulau Beralas Pasir sebesar 47% dan stasiun Pantai Desa Teluk Bakau memiliki nilai tutupan lamun sebesar 29%. Berdasarkan nilai tutupannya ekosistem padang lamun di kawasan Teluk Bakau berada dalam kondisi sedang. Keberadaan ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam aktivitas perikanan skala kecil, sehingga sangat penting untuk menjaga keberagaman dan nilai tutupan ekosistem lamun.Kata Kunci: Bintan, konservasi, lamun, Teluk Bakau, tutupan
IDENTIFIKASI BERBAGAI JENIS SAMPAH LAUT DAN PENGELOLAANNYA BERSAMA MASYARAKAT PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Sri Pujiyati; Endang Sunarwati Srimariana; Dea Fauzia Lestari; Riza Aitiando Pasaribu; Mochamad Tri Hartanto; Nyoman Metta Natih; Rastina Rastina; Steven Solikin; Erwin Maulana
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2024): Jurnal Panrita Abdi - Januari 2024
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v8i1.22001

Abstract

Tidung Island is one of the islands in the Seribu Island area which has marine tourism destinations. To declare the achievement of SDGs no. 6 (Clean water and sanitation) and 14 (Life Below Water), then one of the community service activities (PPM) that can be done is cleaning garbage in the coastal areas. This activity aims to be directly involved in cleaning up garbage on Tidung Island. The method used was going directly to the field as well as conducting direct observations and interviews to find out the sources and types of existing waste and waste management that is already running. The result of this PPM activity is a clean beach on Tidung Island. This activity was carried out to get Tidung Island’s coast clean and healthy so that SDGs no. 6 and 14 can be reached. The results of community service activities show that the community is enthusiastic to carry out waste management independently and with related officers to create the Tidung Island area as marine tourism.  ---  Pulau Tidung adalah salah satu pulau di daerah Kepulauan Seribu yang memiliki destinasi wisata bahari. Dalam rangka mencanangkan capaian SDGs no. 6 (Clean water and sanitation) dan 14 (Life Below Water) maka salah satu kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dapat dilakukan adalah pembersihan sampah di wilayah pesisir. Kegiatan ini bertujuan untuk terlibat langsung dalam membersihkan sampah di Pulau Tidung. Metode yang digunakan adalah turun langsung di lapangan sekaligus melakukan pengamatan langsung dan wawancara untuk mengetahui sumber dan macam sampah yang ada serta pengelolaan sampah yang sudah berjalan. Hasil berkegiatan PPM ini yaitu membersihkan pantai di Pulau Tidung.  Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan pantai Pulau Tidung yang bersih dan sehat sehing-ga dapat tercapainya SDGs no. 6 dan 14. Hasil kegiatan pengabdiam masyarakat menunjukkan masyarakat bersemangat untuk melakukan pengelolaan sampah secara mandiri maupun bersama petugas terkait untuk menciptakan kawasan Pulau Tidung sebagai wisata bahari.
Struktur ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau, pesisir bintan timur-Indonesia Aditya Hikmat Nugraha; Endang S Srimariana; Indra Jaya; Mujizat Kawaroe
Depik Vol 8, No 2 (2019): August 2019
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.8.2.13326

Abstract

Abstract. Teluk Bakau Village is one of the largest conservation areas of seagrass ecosystem located in Bintan Island. This research aim to study the distribution of species, seagrass coverage and seagrass density in Teluk Bakau Village. The research was conducted at two stations, Beralas Pasir Island and Teluk Bakau Village Beach. Seagrass data collections are computed using transect quadrat method. The results of this study show that there is total 8 species of seagrasses found in the conservation area of seagrass ecosystem in Teluk Bakau, namelu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetifolium and Halodule uninervis. The highest seagrass cover value was found at Beralas Pasir Island station about 47%, while in Teluk Bakau Village Beach station the seagrass coverage value was arround 29%. Based on these coverage value, the seagrass ecosystem in Teluk Bakau area fall in the category of medium conditon. The excistence of seagrass ecosystem in Teluk Bakau village is utilized by the community in small scale fisheries activity, therefore it is utmost important that its biodiversity and level of coverage are maintaned or even improved.Keywords: Bintan, conservation, coverage, seagrass, teluk bakau Abstrak. Desa Teluk Bakau merupakan salah satu kawasan konservasi ekosistem padang lamun yang terletak di Pulau Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran spesies, tutupan dan kerapatan lamun di Desa Teluk Bakau. Metode pengamatan ekosistem padang lamun dengan menggunakan metode transek kuadrat. Penelitian dilakukan di dua stasiun yaitu Pantai Timur Teluk Bakau dan Pulau Beralas Pasir. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa total terdapat 8 spesies lamun yang ditemukan di kawasan konservasi ekosistem padang lamun di Teluk Bakau, meliputi spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetifolium dan Halodule uninervis. Nilai tutupan lamun tertinggi ditemukan di stasiun Pulau Beralas Pasir sebesar 47% dan stasiun Pantai Desa Teluk Bakau memiliki nilai tutupan lamun sebesar 29%. Berdasarkan nilai tutupannya ekosistem padang lamun di kawasan Teluk Bakau berada dalam kondisi sedang. Keberadaan ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam aktivitas perikanan skala kecil, sehingga sangat penting untuk menjaga keberagaman dan nilai tutupan ekosistem lamun.Kata Kunci: Bintan, konservasi, lamun, Teluk Bakau, tutupan
Phytoplankton Community Structure in Palabuhanratu Bay: Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Teluk Palabuhanratu Cakasana, Nadya; Sunuddin, Adriani; Srimariana, Endang Sunarwati; Lestari, Dea Fauzia; Setyaningsih, Wahyu Adi; Kusumastuti, Desi Nurulita; Az Zahra, Lilyana; Yonatika, Niken Oktaviandini; Ningtyas, Azizah Lutfia; Amigunani, Zahra Wajdini; Lotaldy, Alnodio; Kautsaharani, Fanasya; Cahyati, Nur Alam Dwi; Kamini, Qudsi Athiyyah
Habitus Aquatica Vol 5 No 1 (2024): Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/HAJ.5.1.1

Abstract

Fitoplankton sebagai organisme autotrof berperan sebagai produsen primer dan kerap digunakan untuk mengukur kesuburan suatu perairan. Perairan Palabuhanratu yang memiliki sumberdaya perikanan memiliki sejumlah aktivitas manusia di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas di Perairan Palabuhanratu. Sampel fitoplankton diambil pada Oktober 2022 dari empat stasiun, parameter fisika dan kimia air yang diambil antara lain suhu, salinitas, pH, dan DO. Terdapat enam kelas dan 27 genus fitoplankton yang ditemukan antara lain Dinophyceae, Bacillariophyceae, Oligotrichea, Chlorophyceae, Polycystina, dan Trebouxiophyceae dengan kelas yang dominan yaitu Bacillariophyceae. Kelimpahan fitoplankton tergolong rendah dengan kisaran 66–695 ind/l. Indeks keanekaragaman tergolong sedang dengan nilai 1,552–2,234. Parameter perairan menunjukkan bahwa kondisi masih mendukung pertumbuhan fitoplankton.
Toxicity and antibacterial activity of Rhizophora apiculata mangrove using different solvent extraction : Toksisitas dan aktivitas antibakteri mangrove Rhizophora apiculata dengan pelarut ekstraksi yang berbeda Muhammad Fachriza Imanditya; Meutia Samira Ismet; Neviaty Putri Zamani; Nyoman MN Natih; Endang Sunarwati Srimariana; Rita Andini; Nurlita Putri Anggraini
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 28 No 1 (2025): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 28(1)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v28i1.60031

Abstract

Rhizophora apiculata merupakan jenis mangrove yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Potensi ini dihasilkan oleh kandungan metabolit sekunder yang dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, usia, dan beragam faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pelarut terbaik ekstrak R. apiculate berdasarkan parameter toksisitas dan antibakteri. R. apiculata yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Kuala Langsa dan Pulau Telaga Tujuh (Aceh Timur), dengan ukuran diameter pohon yang berbeda (2,4; 4,8; 5; 13; 23,3; & 26 cm). Ekstraksi dengan pelarut metanol 99,8% (MeOH) dan etanol 99,9% (EtOH) dilakukan dengan maserasi (3x24 jam), ekstraksi dengan pelarut akuades dilakukan dengan perebusan (15 menit pada suhu 85-90°C). Ekstraksi menggunakan perbandingan 10:1 (v/w) dengan 2 g serbuk simplisia dan 20 mL pelarut. Uji toksisitas dilakukan dengan metode brine shrimp lethality assay dan uji antibakteri menggunakan metode disk diffusion assay. Uji toksisitas menunjukkan ekstrak etanol memiliki nilai toksisitas tertinggi dengan nilai LC50 sebesar 26,879 μg/mL. Ekstrak akuades menghasilkan zona hambat tertinggi dengan nilai 11,37±0,85 mm pada bakteri Escherichia coli dan 17,67±1,19 mm pada bakteri Staphylococcus aureus. Hasil ANOVA dua arah menunjukkan pelarut berpengaruh nyata terhadap zona hambat bakteri (p<0,05), sementara diameter pohon tidak berpengaruh nyata (p<0,05). Ekstrak pelarut etanol menghasilkan nilai toksisitas tertinggi, sedangkan ekstrak pelarut akuades menghasilkan zona hambat terbesar.
Biodegradation activities of microplastic polymers by Agelas conifera spongesymbiotic bacteria Ismet, Meutia Samira; Srimariana, Endang Sunarwati; Cahyati, Nur Alam Dwi; Anggraini, Nurlita Putri; Simbolon, Lenni Mariana; Cakasana, Nadya; Sari, Anita Edya Melliana; Rafi, Mohamad
Depik Jurnal Ilmu Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan Vol 14, No 2 (2025): JUNE 2025
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.14.2.35939

Abstract

Research on microplastic (MP) accumulation in marine organisms' tissue have been widely conducted, as well as research on microplastic biodegradation by microbial organisms from the environment. Agelas conifera sponge is proven to accumulate MP in its tissue as well as having bacteria as symbiotic organism. This research aims to screen and study biodegradation activities of A. conifera symbiotic bacteria on MP polymers, also to identify the species of those bacteria isolates. Bacterial Isolation of A. conifera sponge tissue was using Zobell 2216E agar media. Screening and biodegradation assay of the bacteria isolates was conducted on Marine Salt Media agar that was added with 0,5 g of MP polymers, using Kroc-Boral method. Diameter of clear (bacterial growth) zone surrounding Kroc-Boral indicated the biodegradation activity of the bacterial isolates. Statistical analysis on the activity was using Two Way ANOVA. Results showed that there were 9 bacterial isolates of 53 that could degrade several MP polymers, with different activities (ANOVA, p value 0.05). High and low-density polymers (Linear- Low Density PolyEthylene/ LLDPE, Polyethylene/PE, and Polyvinyl Chloride/ PVC) were found to be degraded by all 9 isolates. Meanwhile, Polyethylen Taraphtalene (PET) and Polystyrene (PS) only degraded by 8 and 3 isolates, respectively. There are only 5 isolates that have high biodegradation index (1.5) on different polymers, which mostly on PET polymer. Isolate Ac8MP found to be the most bacteria that have degradation index on all polymers more than 1. This research proves that symbiotic bacteria could have a biodegradation mechanism on MP polymers that accumulates by sponge-host. However, further study needs to be done to understand the mechanisms and effectiveness of sponge-bacterial biodegradation activity.Keywords:Dumbo catfishLeukocytesErythrocytesGlucoseMusa AcuminataAeromonas hydrophila
CONNECTIVITY OF BIVALVES BETWEEN MANGROVE AND SEAGRASS ECOSYSTEMS IN KELAPA DUA ISLANDS Srimariana, Endang Sunarwati; Ningtyas, Azizah Lutfia; Lestari, Dea Fauzia; Subhan, Beginer; Zamani, Neviaty Putri; Sidabutar, Tumpak
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 16 No 2 (2025): MEI 2025
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24319/jtpk.16.198-211

Abstract

Pulau Kelapa Dua, bagian dari Kepulauan Seribu, kaya akan keanekaragaman hayati dalam ekosistem mangrove dan lamun. Bivalvia berfungsi sebagai bioindikator yang penting untuk menilai kesehatan ekosistem ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keanekaragaman bivalvia antara lingkungan mangrove dan lamun dan mempelajari hubungan bivalvia pada kedua habitat ini. Data dikumpulkan melalui survei kepadatan mangrove dan lamun, pengukuran kualitas air, dan analisis sedimen. Metode transek garis dan plot digunakan untuk pengamatan mangrove, sedangkan metode Seagrass Watch diterapkan untuk pengamatan lamun. Sampel bivalvia dikumpulkan menggunakan pipa PVC (hingga kedalaman 10 cm) untuk individu di bawah permukaan dan survei visual untuk spesies yang terlihat di permukaan. Substrat berpasir di pulau ini mendukung berbagai spesies bivalvia. Sebanyak lima belas spesies bivalvia dari enam famili teridentifikasi: Tellinidae, Cardiidae, Veneridae, Lucinidae, Donacidae, dan Pinnidae. Kepadatan bivalvia secara signifikan lebih tinggi di ekosistem lamun (1.029 ind./100 m²) dibandingkan dengan ekosistem mangrove (366 ind./100 m²), dengan famili Tellinidae menunjukkan kepadatan tertinggi (664 ind./100 m²). Indeks ekologi menunjukkan kondisi yang stabil, dengan komunitas bivalvia yang beragam dan tersebar merata, mencerminkan lingkungan yang sehat. Analisis korespondensi mengungkapkan bahwa spesies bivalvia lebih terkonsentrasi di stasiun yang merepresentasikan ekosistem lamun, menegaskan hubungan yang lebih erat dengan habitat lamun.