Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Level of Knowledge, Attitude, and Behavior among Specialists of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery in West Java Towards Cochlear Implants Annisa Ramadhanti; Lina Lasminingrum; Sally Mahdiani; Arif Dermawan; Bambang Purwanto
Althea Medical Journal Vol 10, No 1 (2023)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15850/amj.v10n1.2684

Abstract

Background: Hearing loss and deafness are still an issue in Indonesia, especially in West Java, with a prevalence of 2.5% and 0.06%, respectively. Cochlear implants are intended for patients with severe sensorineural hearing loss to stimulate the remaining auditory nerves. Based on their competency standards, Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery (ORL-HNS) Specialists are expected to be able to inform patients and families about the cochlear implantation procedures. This study aimed to explore the level of knowledge, attitudes, and behavior of ORL-HNS Specialists in West Java towards cochlear implants.Methods: This study was a descriptive study with a cross-sectional approach. Primary data were collected through a questionnaire filled out by ORL-HNS Specialists who were actively working in West Java in 2021–2022.Results: Data from 157 specialists showed that 41.4% (n=65) had good knowledge about cochlear implants, and 43.9% (n=69) had adequate knowledge, however, 62.4% (n=98) showed a negative attitude. In addition, 99.3% (n=156) showed good behavior.Conclusions: ORL-HNS Specialists in West Java have a sufficient level of knowledge, negative attitude, and good behavior towards cochlear Implants. The negative attitude of the specialists need to be bettered, updating their knowledge about how cochlear implants work and their effectiveness for patients with hearing impairments might give them a new perspective and hopefully change their attitude towards cochlear implants.
Karakteristik Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Telinga dan Tulang Temporal Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Widya Maulina Lestari; Sally Mahdiani; Bambang Purwanto
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.598 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i12.10618

Abstract

Keganasan pada liang telinga merupakan kasus yang jarang terjadi, kurang dari 0.2% dari seluruh keganasan pada regio kepala dan leher. Secara histologis karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan jenis karsinoma terbanyak karena terjadi pada 80% kasus keganasan pada telinga luar. Prognosis KSS biasanya buruk dan mengancam jiwa. TUJUAN: Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik klinis pasien KSS di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian deskriptif dari data rekam medis pasien KSS telinga dan tulang temporal di RSUP DR Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2014 - Desember 2019. Didapatkan 49 pasien dengan KSS telinga dan tulang temporal, laki-laki dan perempuan sebesar 3:1.75. Usia termuda adalah 21 tahun dan tertua 62 tahun, umumnya bekerja sebagai petani dan buruh pabrik. Mayoritas IMT adalah kategori underweight dan normal. Predileksi KSS terbanyak di liang telinga (79.5%), sebanyak 57.1% dengan limfadenopati leher, sejumlah 10.2% dengan paralisis nervus fasialis HB V, dan gangguan pendengaran tipe konduktif derajat berat sebanyak 44.8%. Berdasarkan klasifikasi histopatologi, didapatkan 89.7% pasien tipe well differentiated, dengan 28.5% disertai metastasis, dan sebanyak 57.1% berada pada stadium IV. Tatalaksana yang dilakukan sebagian besar adalah operasi diikuti radioterapi, dengan angka kesembuhan 18.3% dan rekurensi 12.2%. KSS adalah keganasan telinga dan tulang temporal yang paling umum, namun jarang ditemukan di praktik sehari-hari. Gejala KSS menyerupai kelainan telinga jinak dan sifatnya agresif, biasanya pasien datang ketika sudah dalam stadium lanjut sehingga memiliki prognosis buruk dan mengancam jiwa. Angka harapan hidup yang lebih baik akan dicapai dengan diagnosis dan tatalaksana sedini mungkin pada pasien dengan risiko tinggi.
Gangguan pendengaran penderita Tuberkulosis Multidrug Resistant Yulianti, Yulianti; Mahdiani, Sally
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol. 45 No. 2 (2015): Volume 45, No. 2 July - December 2015
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v45i2.112

Abstract

Latar belakang: Tuberkulosis Multidrug Resistant (TB MDR) merupakan penyakit tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa resisten terhadap obat anti- TB lain. Terapi aminoglikosida pada TB MDR berisiko untuk terjadinya gangguan fungsi telinga dan sistem keseimbangan tubuh, yang dapat bersifat irreversible atau permanen. Kerusakan pada koklea dapat menimbulkan penurunan pendengaran permanen. Tujuan: Mengetahui gangguan pendengaran penderita TB MDR di poliklinik TB MDR Ilmu Penyakit Dalam RS Hasan Sadikin Bandung. Metode: Penelitian deskriptif secara retrospektif pada pasien TB MDR yang berobat jalan di poliklinik TB MDR Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2013. Hasil: Didapatkan gangguan pendengaran sebanyak 20,8% dari pasien TB MDR selama mendapat terapi TB MDR dengan keluhan tinitus dan gangguan pendengaran dengan onset timbulnya keluhan di bulan ke-3 (53,3%), kemudian bulan ke-6 (40%), dan bulan ke-10 (6,7%) setelah mulai pemberian terapi TB MDR. Pada pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan penurunan pendengaran sensorineural yang bervariasi dari derajat ringan sampai berat. Kesimpulan: Pengobatan TB MDR dapat menyebabkan penurunan pendengaran sensorineural.Kata Kunci : Tuberkulosis Multidrug Resistant, audiometri nada murni, gangguan pendengaran sensorineural ABSTRACT Background: Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR TB) is a tuberculosis (TB) which resistant to isoniazid and rifampin, with or without resistancy to other anti-TB drugs. Aminoglycoside therapy in MDR TB patients takes risks to malfunctioning of the ear and balance system. The hearing loss and balance system impairment that appeared are irreversible/permanent. Cochlear damage can cause permanent hearing loss. Purpose: To describe hearing loss in patients with MDR TB at MDR TB clinic of internal medicine in Hasan Sadikin hospital. Methods: A retrospective descriptive study on MDR TB patients in MDR TB outpatient clinic of Internal Medicine in Hasan Sadikin hospital in the period of January 1st to December 31th, 2013. Results: There were 20,8% of MDR TB patients who received treatment for MDR TB with tinnitus and hearing loss with onset of presentation at the 3rd month (53,3%), at the 6th month (40%), and at the 10th month (6,7%) of MDR TB therapy. Pure tone audiometry examination found sensorineural hearing loss with various degrees from mild to severe. Conclusion: Treatment of MDR TB could cause sensorineural hearing loss.Keywords: Tuberculosis Multidrug Resistant, pure tone audiometric, sensorineural hearing loss
POTENCY OF VINEGAR THERAPY IN OTOMYCOSIS PATIENTS Eman Sulaiman; Bambang Purwanto; Lina Lasminingrum; Yussy Afriani Dewi; Sally Mahdiani
Journal of Medicine and Health Vol 1 No 2 (2015)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jmh.v1i2.509

Abstract

Otomycosis is an outer ear canal infection caused by fungi. Clinicians are trying to find out the most effective antifungal drug for treating otomycosis. Traditionally Apple cider vinegar has been used for the treatment of various diseases, including antifungal.The high cost in otomycosis treatment effort, long duration of treatment, high recurrence rate, and the difficulty in the application of drugs in the otomycosis treatment have encouraged the researcher to do this study. Having evaluated  the improvement of clinical symptoms, otoscopy view and examination of KOH 10% in patients receiving apple cider vinegar therap, this study uses descriptive study design of four otomycosis patients in the ORL HNS outpatient clinic of Hasan Sadikin Hospital Bandung from July to August 2014. Having evaluated a clinical symptoms improvement, it is found out that there is an increase of otoscopy view and examination of KOH 10% in patients receiving apple cider vinegar. In other words, there is an Improvement of clinical symptoms, otoscopy view, and examination of KOH 10% in patients receiving apple cider vinegar therapy. Topical apple cider vinegar therapy gives a good result in the improvement of clinical symptom,otoscopy view, and examination of KOH 10% in otomycosis  patients. Keywords: otomikosis, sign and symptoms improvement, apple cider vinegar.
Case Report - Cogan Syndrome Atypical in Dr.Hasan Sadikin Hospital Prayudo M Putra; Sally Mahdiani; Lina Lasminingrum
Journal of Medicine and Health Vol 4 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jmh.v4i2.3255

Abstract

Sindroma Cogan merupakan suatu kelainan autoimun langka dengan sekitar 250 kasus di seluruh dunia yang mengenai dewasa muda Ras Kaukasia pada dekade ke tiga kehidupan.  Kelainan tersebut ditandai dengan gangguan audio-vestibular dan peradangan pada mata. Artikel ini merupakan case report dan di dalam artikel ini dilaporkan satu kasus Sindroma Cogan yang ditemukan di Poliklinik THT.KL. RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tujuan case report ini adalah untuk menjadi laporan kasus dan pengetahuan karena kasus Sindroma Cogan sangat jarang ditemukan. Kasus: Seorang wanita berusia 59 tahun dengan kelainan autoimun, keratitis interstitial pada mata dan penurunan pendengaran pada kedua telinga, tanpa gangguan vestibuler. Pemeriksaan audiogram menunjukkan gangguan dengar tipe sensorineural derajat ringan pada kedua telinga. Pasien didiagnosis dengan Sindroma Cogan tipikal. Tata laksana pasien Sindroma Cogan tipikal berupa pemberian metilprednisolon 48 mg per hari dengan penurunan dosis bertahap dan prednison tetes mata memberikan respons baik. Kesimpulan case report ini adalah Sindroma Cogan merupakan kasus yang jarang ditemukan dan biasanya berhubungan dengan gangguan audiovestibuler dan inflamasi pada mata. Pengobatan Sindroma Cogan dengan kortikosteroid dosis tinggi memberikan respons yang baik.
Intratemporal Meningioma: Serial Kasus Putra, Akbar Eka; Mahdiani, Sally; Lasminingrum, Lina; Dermawan, Arif
Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian Vol. 4 No. 5 (2025): JURNAL LOCUS: Penelitian & Pengabdian
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/locus.v4i5.4057

Abstract

Meningioma merupakan tumor yang muncul dari sel arachnoid yang menempel pada piamater dan bagian dalam lapisan arachnoid. Tumor ini merupakan tumor intrakranial, mewakili 12-25% dari neoplasma intrakranial. Meningioma intrakranial dapat menyebar secara ekstrakranial hingga melibatkan struktur di sekitarnya yang termasuk telinga dan tulang temporal. Meningioma ektopik, digambarkan sebagai meningioma primer tanpa keterlibatan intrakranial dan merupakan kasus yang jarang terjadi. Serial kasus ini menampilkan pasien dengan gambaran hiperostosis pada tulang temporal yang mengarah ke diagnosis meningioma intratemporal dan dilakukan tindakan mastoidektomi sebagai salah satu modalitas terapi. Ilustrasi Kasus 1: Seorang perempuan 53 tahun mengeluhkan penurunan pendengaran pada telinga kiri. pada pemeriksaan audiometri menunjukkan gangguan dengar tipe konduktif derajat berat 72,5 db. Hasil pemeriksaan ct scan menunjukkan gambaran hiperostosis disertai lesi sklerotik pada tulang temporal dan sphenoid. Pada pasien dilakukan tindakan operasi kanaloplasti dan mastoidektomi radikal. Ilustrasi Kasus 2: Seorang perempuan 50 tahun datang dengan keluhan telinga kiri mengeluarkan cairan kuning kehijauan yang sudah berlangsung sejak 3 tahun yang lalu dan hilang timbul, pada pemeriksaan audiometeri menunjukkan gambaran gangguan dengar tipe konduktif derajat berat 73,75 db. Hasil pemeriksaan ct scan menunjukkan hiperostosis disertai penebalan pada tulang temporal dan sphenoid wing kiri. Pada pasien dilakukan tindakan operasi kanaloplasti dan mastoidektomi radikal